05. Pertemuan pertama

"Kasian si Ajeng ya, pacaran lama banget eh...malah di tinggal kawin!"

"Iya, padahal mereka cocok banget."

"Namanya belum jodoh, mau bagaimana lagi."

"Iya betul! Pak Hudi sama Bu Suryati pasti ya pengen punya menantu guru juga. Walau pun pak Amri termasuk orang berada juga sih sebenarnya."

Obrolan para ibu-ibu yang sedang belanja di salah satu warung kampung itu terdengar oleh Bu Yati.

Dia tak munafik, kalau ada kebanggaan tersendiri jika memiliki menantu Novita. Tapi ia juga menyayangi Ajeng yang sudah menemani Ranu sejak kecil.

Menjadi bahan ghibah ibu-ibu kampung tak lantas membuat Bu Yati marah. Ia memilih untuk melanjutkan langkahnya ke rumah.

Di sekolah, Ranu dan Novita yang sedang beristirahat pun memilih mengobrol di ruangan guru. Ada beberapa guru yang lain di sana.

Tapi mereka juga tak mau kepo urusan para staf atau guru yang lain.

"Kamu sudah mengatakan rencana pernikahan kita ke Ajeng, mas?", tanya Novita.

Ranu menganggukkan kepalanya.

"Sudah."

Laki-laki yang berprofesi sebagai guru tersebut hanya menjawab singkat.

"Kamu menyesal?", tanya Novita yang terpancing emosi. Pasalnya calon suaminya seperti galau.

"Kamu ngomong apa sih, Nov!", sahut Ranu pelan. Mau bagaimana pun ,ia tak ingin rekan guru yang lain mendengar mereka bertengkar.

"Lagian, kamu keliatan banget bete begitu. Wajar aku tanya kamu nyesel apa ngga! Dia cantik!", kata Novita melipat kedua tangannya di dada.

Ranu menatap calon istrinya tersebut dengan lembut.

"Cepat atau lambat Ajeng kan memang harus tahu, Nov. Jadi ini bukan perkara aku menyesal atau ngga Nov. Toh pada akhirnya aku memilih kamu kan?"

Novita berdiri dan meninggalkan bangkunya tanpa menoleh sedikit pun kepada Ranu.

"Nov...Novita!", panggil Ranu. Guru yang lain menggeleng pelan. Lalu salah seorang guru senior menghampiri Ranu yang terlihat sangat tertekan itu.

"Kadang ujian orang mau menikah itu macam-macam, pak Ranu."

Ranu menatap guru senior yang mengampuh pelajaran agama Islam.

"Iya, pak Shodiq."

"Sabar ya, perempuan memang selalu mengedepankan perasaan di bandingkan logika."

"Iya pak, Insya Allah."

Karena bel berbunyi ,para guru pun kembali melanjutkan pekerjaan mereka. Termasuk Novita yang masuk ke ruangan tersebut untuk mengambil bahan untuk mengajar.

Ranu hanya menatap calon istrinya yang sedang kesal itu.

Ranu pikir Novita begitu tenang saat bertemu dengan Ajeng secara langsung. Tapi ternyata...gadis itu tetap saja menaruh cemburu.

Lalu bagaimana dengan Ajeng? Bukan hanya cemburu, tapi hatinya sudah patah tak berbentuk.

💐💐💐💐💐💐💐💐

"Kamu mbok ya jangan balik ke Jakarta dulu tah, nduk!", kata Amri. Gadis nya sedang mengikat tali sepatunya.

"Pak...Ajeng pengen nenangin diri, boleh kan?", tanya Ajeng balik.

"Iya bapak tahu, tapi kamu di Jakarta itu sendiri lho. Kalau kamu butuh teman curhat gimana?"

Amri masih mengkhawatirkan anak gadisnya.

"Tinggal telpon bapak apa ibu, beres!", sahut Ajeng sambil menggendong ranselnya yang tak seberapa besar.

"Ibu, nitip baju kotor tolong cuciin ya heheh!"

Jaenah tersenyum meski sebenarnya hatinya kelu. Anak gadisnya hanya ingin menunjukkan dirinya baik-baik saja meski pada kenyataannya....

Amri mengantar Ajeng ke stasiun kota. Kereta berangkat pukul delapan. Dan di perkirakan akan tiba di jakarta pukul dua dini hari nanti.

Ajeng berpamitan kepada bapaknya sebelum ia masuk peron.

"Hati-hati! Anak bapak ngga boleh cengeng!", kata Amri mengusap puncak kepala Ajeng dengan lembut.

Ajeng hanya menganggukkan kepalanya dan setelah itu ia pun bersiap untuk naik kereta yang ia pesan.

💐💐💐💐💐💐💐

"Ayah kerja dulu sayang...!", kata Bhumi pada Khalis yang tumben pagi itu begitu rewel seolah tak mau di tinggal.

"Tahu nih anak, kesel dengerin dia nangis!", Bu Tinia menyeret paksa cucunya agar Bhumi bisa berangkat kerja.

Walau pun sebenarnya berat, ia harus meninggalkan Khalis dengan neneknya. Setelah tangis Khalis tak terdengar lagi, Bhumi pun berangkat ke sebuah bank di mana dirinya akan bertukar shift dengan temannya.

Karena sedikit terburu-buru, Bhumi tak sengaja menyerempet seseorang hingga orang itu terjatuh.

Mau tak mau Bhumi pun berhenti untuk memastikan kondisi orang yang tak sengaja ia senggol dengan motor.

"Mba ngga apa-apa?", tanya Bhumi. Orang yang di tanya hanya menggeleng. Tapi terlihat jika ada luka di punggung tangannya yang tergores aspal jalan gang kampung itu.

"Mba, maaf sekali. Bukan saya ngga mau bertanggung jawab tapi ...saya buru-buru mau berangkat kerja. Kalo mba tidak keberatan ,saya minta nomor mba deh. Barangkali habis ini mba butuh tukang urut atau ke dokter."

"Ngga perlu mas, saya ngga apa-apa!", jawab gadis itu yang tak lain adalah Ajeng.

"Benar?", tanya Ranu. Ajeng pun menganggukkan kepalanya. Saat ia bangkit, tak tahunya kakinya terkilir.

Beruntung Bhumi sigap menangkapnya, kalah tidak tentu Ajeng akan kembali jatuh.

"Gini aja, mba tinggal di mana? Biar saya antar sampai ke rumah."

"Saya kost di haji Udin, mas."

" Ayo saya anterin mba."

"Ngga apa-apa?", tanya Ajeng ragu-ragu. Lelaki di hadapannya ganteng pakai banget. Bagaimana kalau istrinya melihat suaminya membonceng gadis lain, apa ngga di kira pelakor???

Tak butuh waktu lama, mereka pun tiba.

"Makasih udah di antar!", kata Ajeng. Bhumi pun mengangguk pelan.

"Saya Bhumi! Restu Bhumi!", Bhumi mengulurkan tangannya di depan Ajeng.

"Diajeng Larasati. Sekali lagi terimakasih, mas Bhumi."

"Sama-sama mba. Kalau begitu saya pamit mba Diajeng, assalamualaikum!"

"Walaikumsalam!", jawab Ajeng. Lalu ia pun masuk ke dalam kostnya yang di sambut ramah oleh pemilik kost.

Apalagi melihat Ajeng yang berjalan terpincang-pincang membuat ibu kost iba dan memanggil tukang urut untuk menangani Ajeng.

"Kok bisa di antar sama Bhumi?", tanya ibu kost.

"Ibu kenal sama mas Bhumi?", tanya Ajeng.

"Lha, rumahnya aja gang belakang gimana ibu ngga kenal. Itu lho, yang ada warungnya."

Ajeng mengangguk pelan. Kemana saja dirinya selama ini yang tak pernah melihat Bhumi?

Setiap ke warung , selalu bu Tini yang jualan.

"Oh....!", Ajeng manggut-manggut.

"Hati-hati kepincut duda ganteng, Jeng!", canda Bu kost sambil tertawa cekikikan.

"Apa sih, Bu!", sahut Ajeng yang wajahnya memerah.

Lagian aneh, apa hubungannya coba? Mereka baru bertemu pagi menjelang siang ini.

Ajeng pun menunggu tukang urut untuk memijat kakinya yang terkilir.

💐💐💐💐💐💐

Terimakasih.

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

smg bhumi itu memang jodoh buat kamu yg terbaik ya jeng dan di mudahkn..
smg aja si ranu ga nyesel nilah sm novita,memang uijian lski² itu hrta ketika susah dia sm ajang sdh punya jabatan nerpaling..

2025-02-10

1

hidagede1

hidagede1

dapet mertua kaya gini gmna nasib ajeng 😳

2025-02-11

0

indy

indy

lanjut kakak

2025-02-10

0

lihat semua
Episodes
1 01. Mengakhiri Hubungan
2 02. Bersabarlah
3 03. Restu Bhumi
4 04. Sederhana
5 05. Pertemuan pertama
6 06
7 07. Salah
8 08. Perkenalan
9 09. Khalis Hilang
10 10. Pelukan Hangat
11 11. Tuduhan
12 12. Tak di sangka
13 13. Tentang Hati
14 14. Tak Sengaja
15 15. Semakin Dekat
16 16.
17 17
18 18. Ikhlas Yang Sesungguhnya
19 19. Nyaman
20 20. Berubah
21 21. Senyuman itu...
22 22. Emosi
23 23. Keputusan Bhumi
24 24. Pindah
25 25. Malu
26 26. Jatuh cinta?
27 27. Rasa Apa Ini?
28 28. Ternyata Aku Rapuh
29 29. Seperti keluarga kecil
30 30. Pernyataan dan Kenyataan
31 31. Di terima
32 32. Kedatangan Resti
33 33. Jalan-jalan
34 34. Diskusi
35 35. Gara-gara Uang
36 Bab 36
37 37. Fakta
38 38. Di Luar Dugaan
39 39. Sulit
40 40. Toxic
41 41. Bukti Keseriusan
42 42. Pertemuan dua pria
43 43. Calon
44 44. Di terima
45 45. Tamparan
46 46. Abai
47 47. Ranu Tertekan
48 48. Bukan Perbandingan
49 49. Resti Marah
50 50. Bersyukur Memiliki mu
51 51. Niat Baik
52 52. Meminta Restu
53 53. Berharap yang terbaik
54 54. Ujian
55 55. Ide Resti
56 56. Sebentar lagi
57 57. Percaya lah
58 58. Toxic
59 59. Tiba di Kampung Halaman
60 60. H- 1
61 61. cemas
62 62. Sah!!
63 63. Rasa Itu....
64 64. Gagal
65 65. Masih tertunda
66 66. Semua tentang uang!
67 67. Tak seperti yang di harapkan
68 68. Pindah
Episodes

Updated 68 Episodes

1
01. Mengakhiri Hubungan
2
02. Bersabarlah
3
03. Restu Bhumi
4
04. Sederhana
5
05. Pertemuan pertama
6
06
7
07. Salah
8
08. Perkenalan
9
09. Khalis Hilang
10
10. Pelukan Hangat
11
11. Tuduhan
12
12. Tak di sangka
13
13. Tentang Hati
14
14. Tak Sengaja
15
15. Semakin Dekat
16
16.
17
17
18
18. Ikhlas Yang Sesungguhnya
19
19. Nyaman
20
20. Berubah
21
21. Senyuman itu...
22
22. Emosi
23
23. Keputusan Bhumi
24
24. Pindah
25
25. Malu
26
26. Jatuh cinta?
27
27. Rasa Apa Ini?
28
28. Ternyata Aku Rapuh
29
29. Seperti keluarga kecil
30
30. Pernyataan dan Kenyataan
31
31. Di terima
32
32. Kedatangan Resti
33
33. Jalan-jalan
34
34. Diskusi
35
35. Gara-gara Uang
36
Bab 36
37
37. Fakta
38
38. Di Luar Dugaan
39
39. Sulit
40
40. Toxic
41
41. Bukti Keseriusan
42
42. Pertemuan dua pria
43
43. Calon
44
44. Di terima
45
45. Tamparan
46
46. Abai
47
47. Ranu Tertekan
48
48. Bukan Perbandingan
49
49. Resti Marah
50
50. Bersyukur Memiliki mu
51
51. Niat Baik
52
52. Meminta Restu
53
53. Berharap yang terbaik
54
54. Ujian
55
55. Ide Resti
56
56. Sebentar lagi
57
57. Percaya lah
58
58. Toxic
59
59. Tiba di Kampung Halaman
60
60. H- 1
61
61. cemas
62
62. Sah!!
63
63. Rasa Itu....
64
64. Gagal
65
65. Masih tertunda
66
66. Semua tentang uang!
67
67. Tak seperti yang di harapkan
68
68. Pindah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!