DHIEN ~ Bab 14

Dibalik cobaan, ada kemudahan, dibalik kesedihan ada kebahagiaan.

......................

Tiga anak laki-laki yang hanya mengenakan celana sekolah pendek berwarna merah itu lari tunggang-langgang mendekati tempat kejadian kecelakaan.

“Ya Rabb, tolong selamatkan mereka, terutama Kak Mala, tapi kalau Kak Dhien dan Meutia … jangan juga ya Allah, walaupun mereka suka sekali menyuruh kami!” Danang terus berdoa sambil berlari.

“Ya Allah.” Mala yang terjatuh di atas rumput pinggir jalan bersebelahan dengan parit kering, meringis menahan sedikit nyeri di pergelangan kakinya, beruntung dirinya melompat tepat waktu.

“Kak Mala, tak apa?” tanya Rizal yang ingin membantu untuk berdiri.

Amala menggeleng, meraih uluran tangan Rizal, lalu dirinya berdiri, menepuk-nepuk baju dan celana panjangnya yang penuh debu.

“Alamak … Kak Dhien nyungsep. Wee bantu sini! Alhamdulillah, guru kita tak kejet-kejet macam Ayam setelah di gorok!” Ayek berteriak nyaring, dia sudah masuk parit, tangannya memukul kuat punggung Dhien yang jatuh telungkup.

Rizal, Danang dan Mala, mendekati tempat di mana Dhien tersungkur.

“Kak Dhien masih hidup ‘kan? Mengapa nya tak bergerak?” Ayek mulai nangis, cepat-cepat mengemut kompengnya.

“AYEK PAOK! Kau kira tak sakit pukulan mu tu! Awas kan kaki hitam mu, Yek!” Dhien menjerit sakit, kala tangan yang terbenam di rerumputan, dipijak Ayek.

Ayek cepat-cepat menggeser kakinya, melepaskan kompengnya. “Ternyata betulan kakiku menginjak lengan Kak Dhien, pantas saja tadi terasa mengganjal.”

Dhien berbalik menjadi terlentang, mulutnya terasa pahit. “Peh … udah macam Kambing makan rumput awak dibuat si gila tu!”

Amala yang berjongkok di pinggir parit mengulurkan tangannya, yang langsung disambut oleh Dhien.

“Kau tak apa, Mala? Bagian mana yang mencium tanah?” tanya Dhien sambil mengibaskan kaos longgarnya.

“Cuma pergelangan kaki saja sedikit nyeri, sebentar lagi pasti sudah hilang rasa sakitnya, tapi … Meutia di mana nya?” Mala mengedarkan pandangannya, sama sekali tidak terlihat si bungsu keluarga Siddiq.

“Kak Meutia tak bersama Samson!” seru Danang yang memeriksa motor berbesi kuat itu.

“Lantas, telbang kemana Kak Meutia? Apa telscangkut nya di pohon jeluk?”

PLAK.

“Kalau nak cakap tu, empeng mu di buka dulu! Biar otak sebesar upil kau tu bisa berfungsi dengan benar! Tak nya kau tengok, bila perkebunan jeruk ada di sisi kanan, sedangkan Samson nyungsep nya pada bagian kiri!” Dhien memukul pundak Ayek.

Ayek melepaskan kompeng yang selalu diemut dan lepaskan. “Maaf Kak, tapi nanti aku nangis kalau tak mengompeng, sebab takut kali kalau Kakak sampai tak mati ….”

“Kau mengharapkan ku tak selamat ya, Yek?!” mata Dhien membesar.

“Bukan tu maksudnya, tadi aku salah ucap! Ni bibir mengapa tak pintar-pintar sih?!” Ayek memukul mulutnya sendiri.

“Lagi pula cuma kelebihan tiga huruf aja nya ... salahkan tu ‘tak’ yang ikut berbasis rapi,” lanjutnya, tidak mau disalahkan.

“Sudahlah! Daripada ribut, apa tak sebaiknya kita cari Meutia? Kasihan nya kalau kenapa-kenapa.” Mala yang paling normal diantara lainnya, mulai menyusuri pinggiran jalan, diikuti lainnya, mata mereka bergerak liar mencari keberadaan si pengendara tadi.

“Kak Meutia! Di mana dikau?” Danang.

“Meutia! Berteriak lah bila membutuhkan pertolongan!” Amala.

“Kak Tia, main yok!” Ayek.

“Kak Meutia! Kami punya pelepah pinang baru loo!” Rizal.

“Meutia! Tak nya kau khawatir dengan si Samson ni? Nya sudah pantas di jual pada tukang rongsokan!” Dhien berteriak sekuatnya, memancing emosi jiwa seorang Meutia yang sangat menyayangi motornya.

“Samson, kenapa nya? Wee … mengapa semua gelap? Apa ada gerhana Matahari?” Sosok yang sedari tadi terbaring dan malas membuka mata, kini mulai mengerjap, perlahan dirinya berusaha bangun.

Sayup-sayup, Dhien dan lainnya mendengar gerutuan itu. Begitu menangkap siluet sosok seperti Ubi bakar gosong, bergegas mereka histeris.

“Allaahu laailaaha illa huwal hayyul qayyum ….” Danang mulai melantunkan ayat kursi.

“Wee … ada hantu Belawu! Tapi mengapa badannya hitam bukannya biru ya?!” Ayek berteriak ketakutan, bersembunyi di belakang Amala, dengan wajah menyamping menatap sosok yang dia kira hantu.

“Peh … peh …Kakak! Samson kenapa?” teriaknya sambil meludah, melototkan mata.

Kira-kira seperti itulah wajah si Cegil Meutia.

“Astagfirullah … Meutia! Mengapa kau gosong macam pantat kuali?” Mala tertawa terpingkal-pingkal, sampai dirinya berjongkok memegangi perut.

“Kau memang cocok berteman dengan alam, Tia! Sampai abu pun sangat menyayangimu!” Dhien menghentakan kakinya di tanah, tawanya membahana, yang lainnya pun sama tertawa sampai air mata mereka merebak.

Meutia terlempar lalu terguling-guling di lahan bekas pembakaran ilalang yang entah mau ditanami apa.

“Memang PAOK kalian tu! Bukannya membantu malah menertawai ku!” Hatinya begitu kesal, apalagi melihat rupanya yang sudah seperti arang, hijab dan baju berwarna birunya sekarang menjadi abu-abu kehitaman.

Meutia terseok-seok melangkah mendekati motornya, begitu melihat benda kesayangannya tergeletak mengenaskan, terbalik dengan roda di atas, histeris lah dirinya.

“Samson! Kau baik-baik saja kan Nak! Jangan sekarat duhai kesayanganku! Nanti Mamak ikutan sakit loo …!” Seketika air matanya luruh, dan warna hitam bercampur putih menghiasi wajah Meutia.

“Eh ….” Meutia menghapus kasar air matanya. “Jangan Mamak deng, geli kali rasanya. Masa masih gadis dipanggil macam tu! Samson sebut Induk saja ya Nak? Biar macam Ayam dan anaknya … ha ha ha, itu lebih enak didengar telinga ni!”

Dhien berdiri dan mendekati Meutia. “Ada gila-gilaan nya kau ni! Di panggil Mamak geli, tapi menyebut Induk … terpingkal-pingkal, dasar tak masuk akal! Bukannya mengkhawatirkan diri sendiri dan kami, malah menangisi benda mati!”

Meutia mendengus, muka jeleknya menatap sengit Dhien. “Nyatanya Kakak masih bisa berdiri, jadi apa yang hendak di tangisi? Kalaupun kita luka-luka bisa langsung diobati dengan pergi ke puskesmas Desa. Tapi, bila si Samson … harus dibawa ke kota kecamatan dulu baru nya sembuh! Malang betul nasibmu Nak!”

“Bantu Tia mengangkat Samson! Biar nya tak terlihat sangat mengenaskan.” Meutia mencoba menarik motornya, tetapi tidak berhasil.

Dhien dan lainnya ikut masuk parit, berusaha membalikkan bodi motor.

“Huwwaaa … kepalanya Samson patah! Jahat betul yang membuatnya sampai menderita!” Lagi-lagi Meutia histeris, ternyata stang motornya patah jadi dua.

“Kau lah orang jahat tu, Tia! Karena mu kita sampai terbang lalu terhempas dan berakhir nyungsep!” Dhien menatap galak.

"Enak saja. Bukan Tia, ya! Tapi mereka para Kurcaci jelek!” Tunjuknya pada Ayek dan lainnya. “Harusnya langsung mendekat bukannya minggat! Jadi tak payah Tia mengejarnya!”

“Tak mau! Nanti yang ada kami disuruh cari pelepah pinang! Terus, sepanjang jalan menyeret Kak Meutia!” Protes Ayek dengan bibir mencebik.

“Sudah, sudah, janganlah berdebat terus! Lebih baik kita tinggalkan saja si Samson disini dulu! Ayo bersihkan diri di sungai, setelahnya ke rumah Nini dan Aki!” Mala menghentikan perdebatan tadi, lalu memimpin jalan menuju sungai.

.

.

“Dhien … buku nikah mu di mana? Tak ketinggalan ‘kan? Terus macam mana dengan sepedamu …?"

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Reni

Reni

astaga.... astaga..... Meutia bikin kram perut 🤣😂😅
hadehhhh ini masalah yg bakal timbul Dhien lupa bawa buku nikahnya ini 😬😬😬😬

semangat kak hidup dirantau memang luar biasa susah seneng harus dijalani sendiri saya 18 tahun merantau sama suami demi hidup lebih baik gpp jauh dari keluarga yg penting g jadi beban mereka justru bisa bantu dikit2 😊
mudahan tangan2 jahat segera insyaf dan kakak dikelilingi orang2 baik aamiin
keep smile 😊bahagia selalu🥰🤩 semangat 💪💪💪

2025-02-13

2

𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊 🦂🦂 🦂

𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊 🦂🦂 🦂

terimakasih sdh memilih bertahan thor.. tetep semangat ya... biarkan Allah sja yg menghukum tangan2 jail tak bertanggung jawab itu

2025-02-12

2

Yana Phung

Yana Phung

ayo tetap semangat kak
org2 spt itu tetap ada walaupun kakak sudah jd penulis terkenal didunia sekalipun
mungkin org2 spt itu mengidap npd atau yg merasa kecewa dg dunia nyata sehingga melampiaskan di dunia maya
lebih baik pikirkan kami kak yg bolak balik buka nt demi melihat si dhien udah up apa belum? 🤭🤭🤭

2025-02-12

2

lihat semua
Episodes
1 DHIEN ~ Bab 01
2 DHIEN ~ Bab 02
3 DHIEN ~ Bab 03
4 DHIEN ~ Bab 04
5 DHIEN ~ Bab 05
6 DHIEN ~ Bab 06
7 DHIEN ~ Bab 07
8 DHIEN ~ Bab 08
9 DHIEN ~ Bab 09
10 DHIEN ~ Bab 10
11 DHIEN ~ Bab 11
12 DHIEN ~ Bab 12
13 DHIEN ~ Bab 13
14 DHIEN ~ Bab 14
15 DHIEN ~ Bab 15
16 DHIEN ~ Bab 16
17 DHIEN ~ Bab 17
18 DHIEN ~ Bab 18
19 DHIEN ~ Bab 19
20 DHIEN ~ Bab 20
21 DHIEN ~ Bab 21
22 DHIEN ~ Bab 22
23 DHIEN ~ Bab 23
24 DHIEN ~ Bab 24
25 DHIEN ~ Bab 25
26 DHIEN ~ Bab 26
27 DHIEN ~ Bab 27
28 DHIEN ~ Bab 28
29 DHIEN ~ Bab 29
30 DHIEN ~ Bab 30
31 DHIEN ~ Bab 31
32 DHIEN ~ Bab 32
33 DHIEN ~ Bab 33
34 DHIEN ~ Bab 34
35 DHIEN ~ Bab 35
36 DHIEN ~ Bab 36
37 DHIEN ~ Bab 37
38 DHIEN ~ Bab 38
39 DHIEN ~ Bab 39
40 DHIEN ~ Bab 40
41 DHIEN ~ Bab 41
42 DHIEN ~ Bab 42
43 DHIEN ~ Bab 43
44 DHIEN ~ 44
45 DHIEN ~ Bab 45
46 DHIEN ~ Bab 46
47 DHIEN ~ Bab 47
48 DHIEN ~ Bab 48
49 DHIEN ~ Bab 49
50 DHIEN ~ Bab 50
51 DHIEN ~ Bab 51
52 DHIEN ~ Bab 52
53 DHIEN ~ Bab 53
54 DHIEN ~ Bab 54
55 DHIEN ~ Bab 55
56 DHIEN ~ Bab 56
57 DHIEN ~ Bab 57
58 DHIEN ~ Bab 58
59 DHIEN ~ Bab 59
60 DHIEN ~ Bab 60
61 DHIEN ~ Bab 61
62 DHIEN ~ Bab 62
63 DHIEN ~ Bab 63
64 DHIEN ~ Bab 64
65 DHIEN ~ Bab 65
66 DHIEN ~ Bab 66
67 DHIEN ~ Bab 67
68 DHIEN ~ Bab 68
69 DHIEN ~ Bab 69
70 DHIEN ~ Bab 70.
71 DHIEN ~ Bab 71
72 DHIEN ~ Bab 72
73 DHIEN ~ Bab 73
74 DHIEN ~ Bab 74
75 DHIEN ~ Bab 75
76 DHIEN ~ Bab 76
77 DHIEN ~ Bab 77
78 DHIEN ~ Bab 78
79 DHIEN ~ Bab 79
80 DHIEN ~ Bab 80
81 DHIEN ~ Bab 81
82 DHIEN ~ Bab 82
83 DHIEN ~ Bab 83
84 DHIEN ~ Bab 84
85 DHIEN ~ Bab 85
86 DHIEN ~ Bab 86
87 DHIEN ~ Bab 87
88 DHIEN ~ Bab 88
89 DHIEN ~ Bab 89
90 DHIEN ~ Bab 90
Episodes

Updated 90 Episodes

1
DHIEN ~ Bab 01
2
DHIEN ~ Bab 02
3
DHIEN ~ Bab 03
4
DHIEN ~ Bab 04
5
DHIEN ~ Bab 05
6
DHIEN ~ Bab 06
7
DHIEN ~ Bab 07
8
DHIEN ~ Bab 08
9
DHIEN ~ Bab 09
10
DHIEN ~ Bab 10
11
DHIEN ~ Bab 11
12
DHIEN ~ Bab 12
13
DHIEN ~ Bab 13
14
DHIEN ~ Bab 14
15
DHIEN ~ Bab 15
16
DHIEN ~ Bab 16
17
DHIEN ~ Bab 17
18
DHIEN ~ Bab 18
19
DHIEN ~ Bab 19
20
DHIEN ~ Bab 20
21
DHIEN ~ Bab 21
22
DHIEN ~ Bab 22
23
DHIEN ~ Bab 23
24
DHIEN ~ Bab 24
25
DHIEN ~ Bab 25
26
DHIEN ~ Bab 26
27
DHIEN ~ Bab 27
28
DHIEN ~ Bab 28
29
DHIEN ~ Bab 29
30
DHIEN ~ Bab 30
31
DHIEN ~ Bab 31
32
DHIEN ~ Bab 32
33
DHIEN ~ Bab 33
34
DHIEN ~ Bab 34
35
DHIEN ~ Bab 35
36
DHIEN ~ Bab 36
37
DHIEN ~ Bab 37
38
DHIEN ~ Bab 38
39
DHIEN ~ Bab 39
40
DHIEN ~ Bab 40
41
DHIEN ~ Bab 41
42
DHIEN ~ Bab 42
43
DHIEN ~ Bab 43
44
DHIEN ~ 44
45
DHIEN ~ Bab 45
46
DHIEN ~ Bab 46
47
DHIEN ~ Bab 47
48
DHIEN ~ Bab 48
49
DHIEN ~ Bab 49
50
DHIEN ~ Bab 50
51
DHIEN ~ Bab 51
52
DHIEN ~ Bab 52
53
DHIEN ~ Bab 53
54
DHIEN ~ Bab 54
55
DHIEN ~ Bab 55
56
DHIEN ~ Bab 56
57
DHIEN ~ Bab 57
58
DHIEN ~ Bab 58
59
DHIEN ~ Bab 59
60
DHIEN ~ Bab 60
61
DHIEN ~ Bab 61
62
DHIEN ~ Bab 62
63
DHIEN ~ Bab 63
64
DHIEN ~ Bab 64
65
DHIEN ~ Bab 65
66
DHIEN ~ Bab 66
67
DHIEN ~ Bab 67
68
DHIEN ~ Bab 68
69
DHIEN ~ Bab 69
70
DHIEN ~ Bab 70.
71
DHIEN ~ Bab 71
72
DHIEN ~ Bab 72
73
DHIEN ~ Bab 73
74
DHIEN ~ Bab 74
75
DHIEN ~ Bab 75
76
DHIEN ~ Bab 76
77
DHIEN ~ Bab 77
78
DHIEN ~ Bab 78
79
DHIEN ~ Bab 79
80
DHIEN ~ Bab 80
81
DHIEN ~ Bab 81
82
DHIEN ~ Bab 82
83
DHIEN ~ Bab 83
84
DHIEN ~ Bab 84
85
DHIEN ~ Bab 85
86
DHIEN ~ Bab 86
87
DHIEN ~ Bab 87
88
DHIEN ~ Bab 88
89
DHIEN ~ Bab 89
90
DHIEN ~ Bab 90

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!