DHIEN ~ Bab 03

Aku bahkan tak tahu, bagaimana rupa Ayah.

......................

“Sudah hampir petang mengapa tak menghidupkan lampu penerangan, Mak?” Dhien tersenyum lembut, tidak langsung menjawab pertanyaan ibunya, dia berjalan ke meja tungku mengambil korek kayu, lalu ke ruang tamu tidak seberapa luas meraih lampu teplok yang tergantung di dinding tembok, membuka kacanya dan memutar sumbu.

Saat ini, listrik belum masuk di wilayah pemukiman transmigrasi, para warga menggunakan lampu teplok, adapun yang ekonominya lebih bagus maka akan menghidupkan lampu petromak.

“Duduk sini, Mak!” Dhien menggelar tikar anyaman daun pandan yang sudah terlihat usang.

Emak Inong yang sedari tadi menatap intens gerak-gerik putrinya pun menurut, mereka duduk berhadapan, masih saling diam.

“Emak tahu darimana kabar tu?”

“Tadi Abang mu datang bersama istrinya! Nya cakap kalau kau sudah menerima perjodohan yang mereka atur, benar begitu?” tanyanya dengan suara sudah bergetar menahan tangis.

Dhien meraih tangan sang ibu yang sudah terdapat keriput. “Kurang lebih memang seperti tu, Mak. Tapi, tak perlu risau! Ini hanya sementara saja!”

“Mengapa, Dhien? Apa sebab kau menerimanya? Pasti karena Emak lagi ‘kan?”

“Tak benar tu, ini semua murni karena Dhien ingin terbebas dari belenggu cengkeraman menyakitkan mereka. Tolong! Jangan terus-terusan selalu menyalahkan diri sendiri, Mak!”

“Mamak tak ikhlas, tak ridho. Kau masih muda, mengapa harus dengan si Fikar anaknya Ramlah, yang terkenal bejat suka main wanita, Dhien?” suara Emak Inong nyaris tidak terdengar, terhalang isakan lirihnya.

Dhien merengkuh ibunya, menepuk punggung ringkih wanita kesayangannya. “Percaya sama Dhien, Emak! Kalau ni hanya permulaan menuju kesuksesan kita.”

“Ya Rabb, tak cukupkah nasib malang ni hanya menimpa diri ni, mengapa putri hamba yang sama sekali tak bersalah harus jua menanggungnya.”

“Sudah Mak, tak elok cakap macam tu! Dhien yakin dibalik setiap ujian pasti ada hikmahnya baiknya.” Dhien mengusap lembut punggung ibunya yang bergetar.

“Maafkan Emak Dhien, maafkan wanita lemah ini yang tak mampu bersuara apalagi memperjuangkan hak mu.”

“Abang, mengapa tak kau jemput diri ni? Daripada hidup, tapi menjadi beban dan penghalang kebahagiaan putri kita. Tolong bawa saya Bang!”

Air mata Dhien jatuh jua, dia mengeratkan dekapannya, hatinya begitu sakit mendengar ratapan pilu sang ibu yang selalu merasa kalau dirinya beban bagi sang anak.

“Cukup, Mak! Kalau Emak menyerah, lalu dengan siapa lagi Dhien harus bersandar? Cuma Emak, satu-satunya keluarga yang menganggap Dhien ada, bernyawa bukan sekedar nama. Tolong jangan cakap macam tu!” Dhien merelai pelukan mereka, membingkai wajah sembab ibunya.

Emak Inong menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju. “Andai Emak mati, mungkin langkah kaki mu lebih ringan, Nak! Kau bisa bebas kemana saja, tak perlu lagi mengurusi wanita tua berpenyakitan ni!”

“Lantas, apa gunanya Dhien hidup? Bila satu-satunya alasan diri ini bertahan lebih memilih berpulang ke Rahmatullah! Tak mengapa bila harus tertatih, tersungkur, bahkan berjalan di atas bara api sekalipun, asal masih ada Emak, Dhien rela!”

Suara tangis Emak Inong semakin kencang, ia meraung, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Dhien membenamkan wajah pada kedua lututnya, suara isak nya terdengar pilu, hatinya bagai tersayat kala mengingat kalau dirinya sama sekali belum pernah merasakan pelukan sang ayah, dan neneknya.

“Astaghfirullah, Emak!” Dhien begitu terkejut kala membuka mata, ibunya sudah hendak mencoba bunuh diri lagi dengan memakan lingkaran obat nyamuk yang belum dihidupkan.

Emak Inong meronta-ronta kala tubuhnya di dekap erat. "Biarkan Emak mati saja, Dhien! Daripada terus menyusahkan mu!”

“Emak kira dengan mati bisa buat aku bahagia? Salah Mak!” Dhien memekik, masih memeluk erat ibunya. “Kalau memang merasa bersalah, tolong tebus dengan tetap hidup! Beri kesempatan bagi anak mu ni, untuk membuktikan kalau dirinya bukan Wanita Pembawa Sial!”

“Apa Dhien juga tak berarti di mata, Emak? Sehingga engkau memilih mati daripada menemani! Sebenarnya salah diri ini apa? Mengapa selalu mendapatkan penolakan?” Dhien melepaskan pelukannya, kedua tangannya menarik kuat surainya.

“Nak ….” ratapan putus asa sang anak berhasil menyadarkan Emak Inong.

Dhien kembali memeluk lututnya, netranya menatap nanar sang ibu. “Masih sampai hati nak cakap mau mati, Mak? Lantas kalau Mamak sudah tiada, siapa lagi yang akan menceritakan tentang Ayah, yang bahkan rupanya saja Dhien tak tahu! Hanya dari mulut Emak seorang diri ini mengenal sosoknya, bagaimana tampannya ia, apalagi bila tersenyum, maka matanya akan mirip bulan sabit.”

“Maaf, maafkan Emak, Dhien!” Emak Inong gantian memeluk Dhien dari samping, mengecup bertubi-tubi pelipis anak perempuan malangnya yang sama sekali tidak tahu bagaimana wajah ayahnya.

***

Flashback.

Sebelum kelahiran Dhien.

“Apa tak bisa Abang membatalkan rencana bekerja di ibu kota?” pinta Emak Inong penuh harap, dirinya sedang hamil enam bulan.

“Sayang, tak mungkin kita terus terpuruk dengan hidup pas-pasan. Sebentar lagi kau melahirkan, bertambah lah anggota keluarga kecil kita. Upah Abang sebagai buruh cangkul, sudah tentu tak cukup!” Syamsul mencoba memberi pengertian, sebenarnya dirinya juga berat meninggalkan sang istri yang tengah hamil, apalagi putra sulungnya juga masih kecil.

“Tapi, bisakah kami tetap tinggal di sini saja, Bang? Tak perlu pindah ke rumah Mamak!” Emak Inong menggenggam tangan suaminya, sementara Zulham bermain mobil-mobilan yang terbuat dari papan.

“Mana mungkin Abang tega meninggalkan kalian di rumah yang belum jadi ni, lantai masih tanah, jendela pun bukan kayu, tetapi hanya karung goni. Kau tenang saja! Mamak sudah berubah, nya betulan telah menerima kita.”

Keputusan Syamsul sudah tidak bisa diganggu gugat, hari itu juga mereka pindah ke rumah Nek Blet yang lebih layak, dikarenakan sudah bangunan permanen.

Memang benar kalau Nek Blet sudah berubah menjadi baik, menerima sang anak serta menantu dengan tangan terbuka, apalagi melihat Zulham yang tampan. Tapi, semua itu hanya sandiwara semata.

.

.

Selepas Syamsul pergi merantau, dimulai lah penderitaan Emak Inong.

“Sudah tahu melarat, bukannya sadar ekonomi sedang susah, malah sok-sokan tambah anak! Dasar menantu tak berguna kau, Inong!” cibir Nek Blet begitu tidak berperasaan.

“Kasihan kali ku tengok Abang ku tu, selama menikah dengan kau, hidupnya begitu miskin, rupanya pun macam gembel. Kau bukan cuma tak tahu diri, Inong. Tapi, tak pandai mengurus suami! Bisanya hanya menjual wajah menyedihkan agar dikasihani!” Ayie ikutan mencecar kakak iparnya, padahal dirinya juga sedang mengandung.

Hari-hari Emak Inong selama di rumah mertuanya begitu memprihatinkan, dijadikan pembantu gratisan, dijauhkan dari si Zulham yang kala itu masih berumur 4 tahun.

***

“Mana uang gaji anakku, Inong?” Nek Blet merampas surat berisi uang gaji Syamsul, yang dititipkan pada temannya kala pulang kampung.

Emak Inong tidak bisa berbuat apa-apa, diam dan mengalah adalah jalan yang diambilnya. Sudah dua kali suaminya mengirimkan uang, tetapi selalu diambil ibu mertuanya.

Suatu siang yang cerah, kabar duka itu datang tiba-tiba. Sebuah mobil ambulance memasuki pekarangan rumah Nek Blet.

Emak Inong yang sedang membalik pakaian di jemuran samping rumah ibu mertuanya, mengernyitkan dahi.

“Kami datang dengan membawa jenazah Bapak Syamsul, beliau meninggal dunia dikarenakan kecelakaan kerja, tertimpa reruntuhan bangunan rumah yang hendak dirobohkan!”

Suara itu bagaikan godam yang menghantam tepat ulu hati Emak Inong, tubuhnya nyaris terjengkang, matanya berkunang-kunang, ia kesusahan bernapas.

BUGH.

.

.

"Ternyata laku jua si anak Pembawa Sial tu, lumayan lah dapat dua ekor Kambing jantan."

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Mom Young

Mom Young

kenapa Kalau Suami Jelek Salah Istri yh? Anak Ngak Ke urus Juga Salah Istri, Terus kalu misalkan Suami Selingkuh Juga Salah Istri Nya Karena ngak Bisa Ngurus Diri..

padahal Itu Semua Semata-Mata demi Kelurga Kecil Nya, Emang Kadag Punya Mertua Kaya Gitu Dajal Juga😏 Makanya Dalam Islam Di Larang Menantu Satu Rumah Dengan Mertua... tp Mungkin Ngak Semua Mertua Kaya Nenek Nya Dhien Demi

2025-02-06

2

Jamilah Dwi

Jamilah Dwi

siapa yg taruh bawang merah disini 😭

2025-02-06

3

Upil Mercon

Upil Mercon

lampu terbuat dari botol bekas kratingdeng disambung dop sepeda pake sumbu kompor/jarit kain bekas di isi minyak tanah, , masak pake batu bata dususun kotak pake kayu ranting nyari di kebun orang,, nggak punya tipi, tidur diatas lantai yg masih tanah beralaskan terpal bekas baliho,, makan lauknya garam sama cabe rawit diulek kasih banyak air, itu aku udah ngerasain semua,,, 😊😊😊
dan alhamdulillah, roda kehidupan ku berputar walaupun sedikit lambat 😅🤣😂

2025-03-03

2

lihat semua
Episodes
1 DHIEN ~ Bab 01
2 DHIEN ~ Bab 02
3 DHIEN ~ Bab 03
4 DHIEN ~ Bab 04
5 DHIEN ~ Bab 05
6 DHIEN ~ Bab 06
7 DHIEN ~ Bab 07
8 DHIEN ~ Bab 08
9 DHIEN ~ Bab 09
10 DHIEN ~ Bab 10
11 DHIEN ~ Bab 11
12 DHIEN ~ Bab 12
13 DHIEN ~ Bab 13
14 DHIEN ~ Bab 14
15 DHIEN ~ Bab 15
16 DHIEN ~ Bab 16
17 DHIEN ~ Bab 17
18 DHIEN ~ Bab 18
19 DHIEN ~ Bab 19
20 DHIEN ~ Bab 20
21 DHIEN ~ Bab 21
22 DHIEN ~ Bab 22
23 DHIEN ~ Bab 23
24 DHIEN ~ Bab 24
25 DHIEN ~ Bab 25
26 DHIEN ~ Bab 26
27 DHIEN ~ Bab 27
28 DHIEN ~ Bab 28
29 DHIEN ~ Bab 29
30 DHIEN ~ Bab 30
31 DHIEN ~ Bab 31
32 DHIEN ~ Bab 32
33 DHIEN ~ Bab 33
34 DHIEN ~ Bab 34
35 DHIEN ~ Bab 35
36 DHIEN ~ Bab 36
37 DHIEN ~ Bab 37
38 DHIEN ~ Bab 38
39 DHIEN ~ Bab 39
40 DHIEN ~ Bab 40
41 DHIEN ~ Bab 41
42 DHIEN ~ Bab 42
43 DHIEN ~ Bab 43
44 DHIEN ~ 44
45 DHIEN ~ Bab 45
46 DHIEN ~ Bab 46
47 DHIEN ~ Bab 47
48 DHIEN ~ Bab 48
49 DHIEN ~ Bab 49
50 DHIEN ~ Bab 50
51 DHIEN ~ Bab 51
52 DHIEN ~ Bab 52
53 DHIEN ~ Bab 53
54 DHIEN ~ Bab 54
55 DHIEN ~ Bab 55
56 DHIEN ~ Bab 56
57 DHIEN ~ Bab 57
58 DHIEN ~ Bab 58
59 DHIEN ~ Bab 59
60 DHIEN ~ Bab 60
61 DHIEN ~ Bab 61
62 DHIEN ~ Bab 62
63 DHIEN ~ Bab 63
64 DHIEN ~ Bab 64
65 DHIEN ~ Bab 65
66 DHIEN ~ Bab 66
67 DHIEN ~ Bab 67
68 DHIEN ~ Bab 68
69 DHIEN ~ Bab 69
70 DHIEN ~ Bab 70.
71 DHIEN ~ Bab 71
72 DHIEN ~ Bab 72
73 DHIEN ~ Bab 73
74 DHIEN ~ Bab 74
75 DHIEN ~ Bab 75
76 DHIEN ~ Bab 76
77 DHIEN ~ Bab 77
78 DHIEN ~ Bab 78
79 DHIEN ~ Bab 79
80 DHIEN ~ Bab 80
81 DHIEN ~ Bab 81
82 DHIEN ~ Bab 82
83 DHIEN ~ Bab 83
84 DHIEN ~ Bab 84
85 DHIEN ~ Bab 85
86 DHIEN ~ Bab 86
87 DHIEN ~ Bab 87
88 DHIEN ~ Bab 88
89 DHIEN ~ Bab 89
90 DHIEN ~ Bab 90
Episodes

Updated 90 Episodes

1
DHIEN ~ Bab 01
2
DHIEN ~ Bab 02
3
DHIEN ~ Bab 03
4
DHIEN ~ Bab 04
5
DHIEN ~ Bab 05
6
DHIEN ~ Bab 06
7
DHIEN ~ Bab 07
8
DHIEN ~ Bab 08
9
DHIEN ~ Bab 09
10
DHIEN ~ Bab 10
11
DHIEN ~ Bab 11
12
DHIEN ~ Bab 12
13
DHIEN ~ Bab 13
14
DHIEN ~ Bab 14
15
DHIEN ~ Bab 15
16
DHIEN ~ Bab 16
17
DHIEN ~ Bab 17
18
DHIEN ~ Bab 18
19
DHIEN ~ Bab 19
20
DHIEN ~ Bab 20
21
DHIEN ~ Bab 21
22
DHIEN ~ Bab 22
23
DHIEN ~ Bab 23
24
DHIEN ~ Bab 24
25
DHIEN ~ Bab 25
26
DHIEN ~ Bab 26
27
DHIEN ~ Bab 27
28
DHIEN ~ Bab 28
29
DHIEN ~ Bab 29
30
DHIEN ~ Bab 30
31
DHIEN ~ Bab 31
32
DHIEN ~ Bab 32
33
DHIEN ~ Bab 33
34
DHIEN ~ Bab 34
35
DHIEN ~ Bab 35
36
DHIEN ~ Bab 36
37
DHIEN ~ Bab 37
38
DHIEN ~ Bab 38
39
DHIEN ~ Bab 39
40
DHIEN ~ Bab 40
41
DHIEN ~ Bab 41
42
DHIEN ~ Bab 42
43
DHIEN ~ Bab 43
44
DHIEN ~ 44
45
DHIEN ~ Bab 45
46
DHIEN ~ Bab 46
47
DHIEN ~ Bab 47
48
DHIEN ~ Bab 48
49
DHIEN ~ Bab 49
50
DHIEN ~ Bab 50
51
DHIEN ~ Bab 51
52
DHIEN ~ Bab 52
53
DHIEN ~ Bab 53
54
DHIEN ~ Bab 54
55
DHIEN ~ Bab 55
56
DHIEN ~ Bab 56
57
DHIEN ~ Bab 57
58
DHIEN ~ Bab 58
59
DHIEN ~ Bab 59
60
DHIEN ~ Bab 60
61
DHIEN ~ Bab 61
62
DHIEN ~ Bab 62
63
DHIEN ~ Bab 63
64
DHIEN ~ Bab 64
65
DHIEN ~ Bab 65
66
DHIEN ~ Bab 66
67
DHIEN ~ Bab 67
68
DHIEN ~ Bab 68
69
DHIEN ~ Bab 69
70
DHIEN ~ Bab 70.
71
DHIEN ~ Bab 71
72
DHIEN ~ Bab 72
73
DHIEN ~ Bab 73
74
DHIEN ~ Bab 74
75
DHIEN ~ Bab 75
76
DHIEN ~ Bab 76
77
DHIEN ~ Bab 77
78
DHIEN ~ Bab 78
79
DHIEN ~ Bab 79
80
DHIEN ~ Bab 80
81
DHIEN ~ Bab 81
82
DHIEN ~ Bab 82
83
DHIEN ~ Bab 83
84
DHIEN ~ Bab 84
85
DHIEN ~ Bab 85
86
DHIEN ~ Bab 86
87
DHIEN ~ Bab 87
88
DHIEN ~ Bab 88
89
DHIEN ~ Bab 89
90
DHIEN ~ Bab 90

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!