"Kenapa mesti dibuka bajunya?!" seru Aya menatap horor pada Ghi.
Ghi merotasi malas bola matanya, "terus kamu pikir nanti minyak gosoknya nempel dimana? Masa iya di baju? Sejak kapan kamu oles minyak gosok di kaos?" kaos itu ditanggalkan dari badan atletisnya, membuat Aya berseru dalam hati, owwwww! Ck..ck...
Namun sejurus kemudian, Aya manyun misuh-misuh. Iya juga sih! Tapi---- astagfirullah, godaan--godaan...dengan emoh-emohan Aya membuka botol itu dan menuangkan minyak berbau menyengat di sekitaran punggung Ghi secara sembarang, "ohokk ih! Bau!" bahkan Aya hanya menciprat cipratnya tanpa mau benar-benar mengolesi dengan tangannya.
"Panas ngga nih tangan Aya nanti?!" sewotnya lagi, memancing Ghi untuk berdecak kesal, bukannya pegal-pegal di badannya hilang yang ada ia semakin sakit jika begini.
"Tinggal cuci tangan beres." Ujar Ghi sudah bersiap kembali mencari posisi enak. Alih-alih segera dipijit, Aya justru terdiam menatap punggung lebarnya, ragu dengan ekspresi meringis.
Aya melotot terkejut saat Ghi menoleh kembali dan menarik tangannya kasar untuk segera menyentuh area tubuh yang tak terhalang apapun.
"Kelamaan, sebelah sini Ay pegel banget." ia memaksa tangan Aya menyentuh area pinggangnya.
"Kyaaa! Abang ih, ntar dulu ah! Kasih Aya nafas dulu, kenapa sih?!" debatnya berisik di malam-malam begini. Aya praktis menarik kembali tangannya. Ghi tertawa puas kala Aya menjerit-jerit begitu, baginya itu pembalasan yang setimpal.
Bugh!
Bugh!
"Ay, yang bener! Itu bukannya dipijitin tapi kamu jadiin abang samsak tinju." omel Ghi berbalik kesal karena Aya seakan tak kehabisan ide untuk membuatnya geram, fix...Aya ngga berbakat buat jadi tukang pijit, tapi bakatnya lebih condong ke tukang gebuk.
"Ini udah bener. Dikira lagi ngapain emangnya?" tak mau kalah, Aya beralibi, "ini namanya teknik daging waghyu...steak aja mesti digebukin dulu biar empuk, biar enak. Harusnya sih digebukin pake alat besi yang ada tajem-tajemnya itu loh...." jawab Aya cengengesan usil.
Ghi kembali menoleh horor, "biar apa? Biar saya cepet mati?"
Aya tergelak lalu memberikan cubitan-cubitannya sesekali ia benar-benar mere mas dan menggebuk, maklumlah ya...ia sekolah formal bukan sekolah tukang pijit, jadi harap dimaklumi jika perlakuannya kurang sedap, "masa cepet mati, ya jangan dong! Nanti Aya gimana? Masa jadi janda cepet-cepet, enak di Aya dong dapet pensiunan abang tiap bulan tanpa harus kerja...." kepalanya melongok dengan alis yang ia kedip-kedipkan genit.
Sadar akan sikap usil Aya, Ghi tak mau kalah dengan itu, seringainya jelas sedang ingin membalas sang istri.
"Stop...stop...cukup di punggungnya, ganti...."
"Kenapa? Mantap banget ya? Sampe pengen pindah area?" kekeh Aya, namun di luar dugaan, Ghi justru berbalik badan dalam sekali gerakan dan menarik tangan Aya untuk menempel di dadanya, "sekarang bagian sini."
"Kyaaaa!" ia langsung menarik tangan dan menutup wajahnya cukup terkejut dengan tindakan surprise Ghi, lupa jika tangannya penuh berlumuran minyak gosok. Ghi tergelak akan itu.
"Ahhh, panas...ih, perih aduh!" lirih Aya saat wajahnya mendadak panas dengan mata perih. Praktis ia menjauhkan tangan dan mengipasi wajahnya.
Ghi pun tak kalah cepatnya beranjak, "eh..." tangannya sigap menjauhkan tangan Aya dari depan wajah gadis itu dan ia langsung mengambil kaos miliknya tadi demi menyeka wajah Aya. "Lah, kamu ngapain juga minyak gosok dibalur ke muka, Ay?"
Aya mengaduh dan merintih, dengan Ghi yang masih berusaha membantu, "tangan kamunya diem. Biar abang yang seka."
Ghi bahkan sudah menangkup wajah Aya dan mengambil kaosnya untuk ia basahi, "sini...diem."
Tanpa sadar, tindakan impulsif Ghi itu mengundang debaran di hatinya sendiri, *shitt*! Memandang Aya dari deket hampir tak berjarak, menyentuh wajah Aya yang menangis karenanya, karena keusilannya itu membuat Ghi merasa bersalah sekaligus merinding disko, ada yang berdesir di aliran da rahnya.
Istri nakalnya itu, jika ia teliti lagi... cantik, menggemaskan, bahkan sifat lugu yang terbilang langka ia tunjukan itu nyatanya mampu menyihir Ghi untuk tersenyum gemas.
Mata Aya cukup sembab, dan berair, ketika keduanya memutuskan untuk menyudahi dokter-dokteran...bahkan hanya sepersekian detik minyak gosok itu menempel, hidung Aya sampai memerah karena rasa panas dan menyengat.
"Udah ah." Aya memilih masuk ke dalam kamar mandi Ghi untuk mencuci wajahnya, kemudian keluar dari kamar Ghi tanpa berkata apapun lagi, ia bahkan tak mau repot-repot menaruh botol minyak gosok kembali ke tempatnya.
"Ay," panggil Ghi tak digubris. Niat hati hanya membalas kejahilan Aya, berubah jadi rasa tak enak hati.
Aya sedang mengaduk susu coklat pagi itu, tidak hanya satu gelas saja. Mengingat ia tak mau mengulang kejadian lalu, disaat ia ingin sekali minum...susu coklat itu justru habis diteguk Ghi, maka Aya membuat dua gelas.
Sementara, baik mama Rena ataupun bi Wiwin tak ingin membahas hal berisik semalam, dimana baru saja mereka akan terlelap, suara Aya yang menjerit-jerit keluar dari kamar Ghi dan menghiasi rumah, juga suara tawa Aya dan Ghi yang kemudian membuat hati seisi rumah hangat.
Tak ubahnya Aya yang sudah siap dengan seragam olahraga, Ghi sudah berpakaian serba hitam nan lengkap pagi ini.
Segelas susu coklat disodorkan Aya, meski gadis itu banyak bicara, ketika sorot mata tajam sebab ber-eyeliner itu bertemu tatap dengan sorot mata Ghi yang kelam. Aya justru melirik mendelik sinis dan kembali menyerahkan piring pada Ghi.
"Nih! Nasinya ambil sendiri..." ujarnya jutek. Alih-alih marah, Ghi justru terkekeh merasa lega. Semalam, bahkan ia jadi kepikiran jika Aya benar-benar marah dan sakit hati. Padahal, sebelumnya ia tak pernah peduli dengan sikapnya terhadap orang lain apalagi Aya.
"Masih ngambek?" tanya Ghi cengengesan.
Aya hanya menggidikan bahu tak acuh, ia justru sibuk sendiri di kursinya entah itu memindah mindah garpu dan sendok, atau hanya menyeruput kecil susu. Pokoknya ia mogok berbicara dengan Ghi, semalam itu...arghh!
Ghi hanya mengangguk-angguk paham dengan lengkungan di bibir tak begitu ambil hati, ia justru menyendok nasi dan meraih ayam goreng.
"Ck. Kenapa lagi ini? Ghi..." tegur mama Rena yang melihat perseteruan keduanya.
Bi Wiwin tersenyum di balik pantry, terkesan senyum gemas dan geli.
"Padahal semalem mama denger berisik aja tuh di kamar Ghi, ketawa ketiwi sambil jerit-jerit bikin papa ikut kebangun tuh..."
"Oh iya papa mana ma?" tanya Aya mengalihkan topik pembicaraan.
"Lagi jalan pagi dulu katanya, itu perut soalnya udah offset. Takut kena omel kesatuan..."
Aya tertawa, "tega. Papa Aya diomelin."
Mama Rena tertawa renyah, "masalahnya ukuran celana makin gede di pinggang, Ay....kasian yang jahit."
Aya kembali tersenyum, sembari mama ikut bergabung makan dan bi Wiwin menaruh sisa lauknya.
"Dinas luar? Atau----" tanya mama santai.
"Biasa." Jawab Ghi dan Aya hanya menunduk tak mau melihat suami usilnya itu. Seolah tak peduli, padahal sejak tadi hatinya sudah kelojotan ingin bertanya, tumben sekali seragamnya pake yang hitam-hitam, kaya mau ke pemakaman.
"Hari ini abang operasi. Jadi, jangan macem-macem, jangan bikin ulah...jangan----"
"Shhh, bawel." potong Aya bergumam tak suka menatap Ghi.
"Nyusahin mama." Lanjut Ghi dihadiahi usapan mama Rena, "Aya ngga pernah nyusahin, Ghi ah...ngga usah gitu."
"Emang nih, ma...bang ikan si raja tega!" pelotot Aya tak takut pada suaminya itu.
Tidak menunggu sampai Aya meminta punggung tangannya, Ghi justru menyerahkannya secara suka rela, "bisa jadi besok. Bisa jadi lusa."
"Apanya?" tanya Aya sengit.
"Pulang."
"Kenapa ngga lebih lama lagi?" tanya Aya memancing decakan Ghi, "buat memastikan kalo kamu ngga berulah."
"Ngga usah repot-repot. Besok-besok kalo Aya berulah, abang pura-pura ngga kenal aja." Jawab Aya.
"Bener?" tanya Ghi memantik rasa ragu Aya, ia mengangguk meski agak lama berpikir.
"Bener ya...oke." Angguk Ghi sukses membuat alis Aya mengernyit keriting dengan bibir yang melengkung tak suka. Ghi memundurkan motornya dan pergi, meski saat ia melakukan itu, keduanya masih sama-sama bersitatap.
Percayalah, selama eye contact itu terjadi meski tak sampai 1 menit, degupan jantung keduanya sama-sama merasakan hal yang sama.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
rinnar🌺
alhamdulillah aya up oge😘😘 kmna wae teh sin🥺🥺 aku udah kek kerupuk belum di goreng keringssss😂😂 ya allah pulang nganter anak sekolah trus tidur ehh bangun2 ada neng aya sma si abang auto semangat dongsss🤭😂😂 acieeee udah pada sur ser yak bang, yakin gak lama lgi ayaaaa alapyi cnh gra🤭😂😂
2025-03-11
5
Munji Atun
Mbak Shin 😍abis dr mana aku ampe bolak balik belok buka ntun 😔 tp it's ok yg penting udh up buat ngobatin kangen ama bocil kematian nya abang ikan 😅kyknya mereka tih udh mulai ada rasa cuma sama" gak sadar 😇ok mksh upnya ditunggu terus nextnya gpl yuuk semangat love you always💞🌺💖
2025-03-11
1
Miko Celsy exs mika saja
teh shin......trimakasih setlh menunggu sekian purnama akhirnya yg bkn kita ikut tertawa up jg,klo blh minta tambahan up nh
2025-03-11
1