17# Srobot boy

Aya bangun dengan posisi yang sudah terlen tang. Bahkan selimut yang semula membungkusnya kini sudah kusut tertin dih kemudian merosot ke bawah ranjang kena tendang si empunya. Itu artinya, semalam ia begitu nyenyak tertidur sampe tak ingat pernah koprol, kayang dan bergulat semalam.

Aya berusaha mengingat-ingat diantara kepingan nyawa yang masih coba ia kumpulkan, semalam itu ia sedang-----

Netranya celingukan mencari sesuatu yang di rasa hilang dari atas kasur, dimana tak ada selembar pun tugas-tugasnya semalam.

Masa iya ada tuyul masuk sini? Lagipula tuyul mana yang suka lembaran kertas tugas. Tuyul tuh sukanya lembaran beraroma surga dengan lukisan Bung Karno dan bung Hatta yang lagi senyum melambai minta diajak jajan.

"Masa tuyul berani masuk rumah perwira polisi?" ucapnya ngasal demi kebingungan yang dialami otaknya.

Hampir saja ia berteriak dan mengobrak-abrik isian kamar, jika matanya tak segera memandang ke arah meja belajar, dimana setumpuk buku dan map yang ia cari-cari tersusun rapi disana.

"Oh, disitu. Sukur ngga ilang..."

Tanpa mau repot-repot berpikir siapa pelaku yang memindahkan tugasnya atau makhluk mana yang telah berani-beraninya memasuki kamarnya, Aya memilih tak peduli dan menyambar handuk bersiap untuk mandi.

Paling juga mama Rena yang masuk, bang Ghi mana mau masuk kamar Aya...

Kali ini, Ghi tak harus sampai turun tangan kembali membangunkan Aya, pasalnya istri kecilnya itu belajar dari kesalahan sebelumnya dengan menghindari bangun lebih siang dari Ghi, jika mau dunia tetap damai.

"Hey, mantu mama....udah siap aja nih..."

"Mama..."

"Pagi bi..."

Sapa Aya yang kemudian bergabung memenuhi pantry, "pagi non."

"Aya mau bikin susu sendiri, bi. Racikan ala Aya...." Pintanya dipersilahkan bibi, meski awalnya bi Wiwin sempat melarang Aya melakukannya sendiri, namun kemudian mama Rena justru menegur bi Wiwin, "biarin aja."

"Ini uu nya mana bi?"

"Ngga mau uht aja? Tinggal tuang?" tanya mama digelengi Aya.

"Kepengen yang diseduh aja. Kepengen cari yang susah payah dulu..."

Bi Wiwin cengengesan mendengarnya, "disitu non."

"Oh oke."

Aya menaruh susu bubuk ke dalam gelas, lalu ia mencari bahan lain dan mencampurnya, entah apa yang menantunya itu buat...pake segala coklat bubuk, dan madu dimasukin, untung ngga masukin juga lada dan pala bubuk. Kemudian ia membawa gelasnya itu ke arah dispenser, setelah air panas hampir memenuhi gelas, Aya lantas mengaduknya.

Berlatarkan suara dentingan piring, dan alat masak yang beradu...Aya bercengkrama sambil belajar masak. Yang kemungkinan besar, ajaran mama dan bibi masuk telinga kanan kemudian keluar kembali dari telinga kiri, fix! Ribet...mendingan pesan online.

"Ini tuh ya Ay...garamnya segini aja dulu..."

Aya manggut-manggut persis kakak tua. Meski banyaknya... ia hanya melihat mama Rena dan bi Wiwin bekerja. Ia cuma jadi mandor saja disana.

"Ini taunya udah mateng dari mananya?" tanya Aya lagi menunjuk tumisan di dalam wajan yang keliatannya udah teriak-teriak minta dimakan, sejenak ia menaruh susu coklat miliknya di atas meja makan dan kembali ke pantry bermaksud melanjutkan pengamatannya.

Ia sengaja membiarkan susunya sedikit lebih hangat agar dapat dinikmati dengan puas, tak harus ia kipasi terlebih dahulu.

"Wah...wah...serunya! Lagi belajar masak, neng?" suara berat nan dalam papa Sakti memenuhi ruangan dan beradu dengan desisan bunyi sayur yang dimasak. Rupanya mertuanya itu baru saja pulang dari masjid komplek. Selepas subuh berjamaah, keterusan ngobrol sama bapak-bapak komplek sampe matahari mengintip malu-malu dari ufuk timur.

"Iya pap." Angguk Aya.

"Lama pap, kemana dulu?" ujar mama Rena mencicipi masakan dan Aya memperhatikan dengan seksama, tak urung ia juga ikut mencicipi dibantu oleh bi Wiwin, "coba bi, Aya juga pengen cicip..."

"Ini non, sendoknya."

"Biasa lah. Ngobrol dulu sama pak rt sama pak ustadz, masalah merbot..."

"Oh," angguknya menitipkan masakan pada bibi dan Aya, sementara ia beralih membuat kopi untuk sang suami.

Bersamaan dengan Ghi yang keluar dari kamarnya sepaket seragam coklat lengkapnya, meski bajunya belum benar-benar terpasang sempurna.

Dilihatnya segelas susu coklat tersaji di meja makan berdampingan dengan secangkir kopi. Tanpa bertanya apalagi ijin terlebih dahulu, Ghi meraih itu dan meneguknya cukup banyak, hingga menyisakan setengah gelas.

Aya menerima masakan di piring dari bi Wiwin, "wahhh udah jadi nih!" ia membawa itu ke meja.

"Loh, susu Aya???" pandangnya getir, penuh ketidak percayaan saat susunya tengah dinikmati oleh Ghi.

"Bang Ghiii!"

"Ini?" tunjuk Ghi merujuk pada gelas yang dipegangnya.

"Itu susu Aya kenapa abang minum?! Kenapa ngga minta ijin dulu?!" tanya nya sewot.

Dengan muka tanpa rasa bersalahnya Ghi masih memegang gelas, "oh. Kirain milik umum."

"Aaa...itu Aya sengaja taro dulu biar agak dingin...eh udah dingin malah diseruput abang!" bibirnya maju merengut, cape-cape bikin juga...udah gitu lama nungguin!

Tau kan rasanya sesuatu yang begitu diinginkan, dibuat dengan susah payah, terus ditungguin lama-lama, biar dapet nikmatnya...malah diserobot orang dengan tak berbudinya. Sakitnya tuh dibawa sampai mati.

Mama Rena tertawa begitu pun bi Wiwin yang menganggap drama pagi Ghi versus Aya itu begitu menyentil rasa humornya, sementara papa Sakti berusaha untuk netral, menengahi keduanya yang dimana Aya sudah mulai terlihat geram dan bersiap buat ngamuk, "udah neng, bikin lagi aja."

"Susu masih banyak kan, bi?"

Bi Wiwin mengangguk demi menjawab pertanyaan papa Sakti.

"Mana saya tau, gelasnya ngga ada label namanya..." alih-alih menghentikan seruputan, Ghi justru kembali meneguknya.

"Abang ih!" jerit Aya sampai kakinya menghentak lantai, "bikin sendiri!"

"Ck. Ya kamu dong yang bikinin...kamu kan istri saya, mama aja bikinin papa kopi, masa kamu engga...itung-itung pengabdian kamu sama saya..." jawab Ghi yang tentu saja berhasil membuat Aya diam meski dalam hati sudah merutuki Ghi dan mengomel dalam hati.

"Shhhh---ya udah...ya udah...ngga usah ngomong lagi. Kebiasaan deh kalo udah ngomong pengabdian. Berasa jadi hamba sahaya..." dumel Aya, gadis itu kembali ke pantry dan membuat kembali susu coklat untuknya, hanya bedanya, kali ini ia campurkan air panas dengan air dingin.

Mencoba berlapang dada, namun tetap saja rasanya pengen nangis, "mau bibi bikinin ngga non?" tawar bi Wiwin digelengi Aya, "ngga perlu bi. Bibi sarapan aja...biar Aya buat sendiri."

"Nah udah bisa kan, besok-besok kalo saya di rumah...bikinin saya setiap hari..." titah Ghi semakin membuat Aya memberikan kocokan dahsyatnya di gelas.

Papa Sakti menggeleng tersenyum dengan drama berantem-berantem manja anak mantunya itu, jika tidak begitu ya bukan Ghi--Aya.

Begitu pun mama Rena yang sudah mendengus geli, "bilang aja abang mau dilayanin istri...begitu aja mesti bikin marah istrinya dulu. To the point aja bang, istrinya kan masih polos..." goda mama mencibir Ghi.

"Polos apanya, ma...tiap hari bikin orang da rah tinggi." Desis Ghi duduk bersiap membuka piring. Semakin saja Aya memutar sendok dengan kecepatan tornado. Kalau tak bikin dosa, sudah ia lempar sendok itu sampai menancap di jidat Ghi.

"Abangnya aja yang emosian." gumamnya lirih.

...***Summer Java fest***...

***Dimeriahkan oleh sederet artis ibukota*** :

...***Maliq d'essential***...

...***Isyana Sarasvati***...

...***Vidi Aldiano***...

...***Yovie and Nuno***...

..."Ri, besok malem ada festival musik oyyy, ada Maliq juga Ri..liat deh!! Pasti seru!" seru Yena heboh memperlihatkan layar ponselnya dimana lama sosial medianya menampilkan selembar poster....

Praktis saja Riri bergegas mengalihkan perhatiannya dan merebut ponsel Yena, "ahhh nonton yuk! Ngga mau tau, mesti nonton ini! Seruuu, ada pacar aku ih!"

"Pasti penuh deh, berapa sih tiketnya?!"

"Man...Man...nonton yuk!" kini Riri si fans fanatik salah satu artis ibukota itu kini menyerbu Aya yang baru saja datang.

"Apa, nonton apa? Bioskop?" tanya Aya saat Riri dan Yena justru memberikan ponselnya ke arah muka Aya.

"Oh konser. Kirain apa..." Aya menggidik acuh dan menaruh sejenak pan tat, tas serta perasaannya yang pagi-pagi sudah dibikin emosi oleh Ghi.

"Ini kapan?" tanya Aya.

"Besok, pas banget ngga terlalu malem Man...abis magrib, cukup lah kita nonton Maliqnya aja..." mata berbinar Yena dan Riri begitu kontras dengan seruan mereka yang gemas.

"Berapa tiketnya?"

"Murah kok, soalnya sambil acara yang diadain sama pihak mall...deket pula." Bujuk Riri.

"Ada apa?" Alma baru saja tiba dan kini ikut dihebohi kedua temannya itu.

"Nonton konser."

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Munji Atun

Munji Atun

Bikin susu buat bocil manja tuh serasa lg jihad di Palestina bang 😅 susah payah banting tulang peras keringat jungkir balik 😝eeh pas mau diminum ada yg ngembat 😭untung gak nangis cina tuh 😅ok mbak Shin mksh upnya ditunggu terus nextnya gpl yuuk semangat love you always💞🌺💖

2025-02-21

3

Miko Celsy exs mika saja

Miko Celsy exs mika saja

bang ghi bilang aja pingin dibikinin susu sm aya,,pke blmkin drama bgtu,,sudh tau bininya itu unik,ini nti yg akan buat sm rindu ke aya ghi pas lg jauh......

2025-02-21

3

Salim S

Salim S

baru mampir...pertama baca karya teteh yg falling in love in kongo jagat azza,lanjut alfath fara, sagara zea, rayyan eyi,prasasti diana, tama clemira, zahra dewa,daddy jihad mama icha, gio aleta, lanjut cerita ini...keren semuanya...

2025-02-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!