16# Tidak mudah

Bu Jajang bahkan sudah beradu argumen dengan yang lain dan menentukan bagian pekerjaan masing-masing anggota. Namun di sisi lain, Aya tak kalah menentukan strategi bersama anak-anak.

"Oke, jadi kita pake strategi 4-4-2, biar dikata besutan timnas. Nanti tante Aya jadi strikernya, Ilham jadi gelandang..." jelasnya.

"Oke!" mereka berseru.

Mereka berpencar dan mulai menggulirkan bola. Nyatanya keringat tak menjadi halangan meski terik membuat mata sedikit silau.

Bu Jajang celingukan ke arah pintu, dimana Aya belum jua kembali dari toilet.

"Loh, bu...ini tante Ranaya belum balik juga tah? Oalah...mules-mules atau justru tidur di toilet?" geleng Dewi.

"Ini sih kayanya Aya pulang dulu teh." Angguk bu Anggita.

Kedua senior ini cukup paham jika ke depannya tak akan mudah membimbing istri dari Ghi, meski cukup sabar dan dewasa, namun keduanya tidak menyangka kalau Aya akan berbuat ulah bahkan di hari pertama pertemuan.

"Apa saya susul saja, ya mbak?" tanya bu Jajang pada Anggita.

"Iya teh, susul saja. Khawatir tersesat juga..." angguk Anggi yang kemudian terkekeh, "lupa arah jalan pulang."

Bu Jajang ijin untuk keluar dengan dalih ke toilet pada ketua.

"Shoot Sel!"

Bola menghampiri Aya hasil dari umpan dari Adsel dan dengan ancang-ancang yang matang, Aya berniat menendang itu kencang-kencang ke dalam gawang biar sekalian jebol.

Srekkk---- alih-alih jaring gawang yang bolong, sesuatu terdengar seperti sobek di bagian bawah belakang Aya.

"Gollll!" Aya justru tengah berselebrasi sekarang, menyentuh dada kirinya dengan kepalan tangan sambil berlarian menyusuri pinggiran lapang layaknya pemain timnas dan bernyanyi hingga diikuti anak-anak satu timnya.

"Garuda di dadaku!!"

"Garuda kebanggaanku!"

Hahahaha!

"Tante, itu roknya sobek..." ujar Ilham tertawa menunjuk Aya, praktis disusul tatapan yang lain memandang ke arah rok Aya dan tertawa tergelak juga.

Aya celingukan ke arah ujung roknya dan benar saja, belahan di belakangnya robek hingga hampir saja menyentuh area rawan. Area yang seharusnya hanya Ghi yang melihat.

"Yah, robek rok gue-nya..." keluh Aya.

"Hahaha," tak hentinya anak-anak itu terpingkal. Dalam waktu tak kurang dari beberapa puluh menit saja, Aya bisa langsung akrab dan menjadi bintangnya anak-anak di aspol.

Jauh...bu Jajang mencari, hingga matanya jatuh pada sesuatu nan jauh di lapang bola sana, titik pink yang berlarian bersama anak-anak di bawah teriknya mentari, persis laskar mentari lah!

Ia sampai menyipitkan mata dan melihat secara seksama, bahkan matanya difokuskan sampai juling demi melihat warna pink diantara coklatnya lapang, dimana netra yang sudah tak sebening dulu itu harus ia paksa kinerjanya untuk melihat jelas apakah titik pink disana itu seseorang? Karena tak mungkin, kan...itu kue cucur!

Langkahnya semakin mantap dan cepat ke arah warna pink disana. Hatinya yakin, jika itu----

"Astagfirullah! Ranaya..." leng uhnya pasrah, begini kelakuan menantu sang petinggi kepolisian....gusti! Apa kini toilet sudah pindah ke lapangan sepakbola?

Tidak murka apalagi berteriak-teriak, di usia yang hampir menginjak golden age itu bu Jajang cuma kepengen umroh bareng suami dalam keadaan sehat wal'afiat...bukan dalam kondisi tekanan da rah dan kolesterol tinggi akibat memiliki junior kurang akhlak.

Yang jelas kini Aya menerima tugas seabrek-abrek dari bu Jajang. Mana roknya kini robek pula! Bak jatuh tertimpa genting pula....

Pun dengan bu Jajang, ia bukan tanpa ketakutan serta teguran ibu lain, karena sudah berani memberikan sanksi pada Aya, namun bu Jajang justru sudah mendapatkan mandat langsung dari mama Rena, yang meski berbeda satuan ranting namun tetap jabatan dan sosok bu Rena Sakti ini adalah sosok senior yang dirinya maupun diri sang suami disegani oleh bawahan dimanapun....dimana ia berpesan untuk tidak mengistimewakan sang menantu hanya karena ia adalah menantunya dan papa Sakti.

Mama Rena justru ingin mengajarkan sikap disiplin pada Aya yang akan menantunya itu dapatkan dari kesatuan, mengingat track record Aya selama di Jakarta yang memang terbilang manusia bandel.

Dan bagaimana pun, jabatan serta status Aya sekarang adalah junior bu Jajang, maka mama Rena melarangnya untuk merasa sungkan terhadap Aya.

Aya masih manyun menatap bu Jajang. Yang benar saja, tak adakah toleransi dan keringanan mengingat ia personel baru? Mana masih sekolah, ia pun tak mengerti hal beginian...

"Bu, ngga mau kasih remisi gitu bu??"

Bu Jajang melirik juniornya itu, "biar jera. Siapa suruh malah begitu..." ucapnya tega. Aya sama sekali tak terpikirkan untuk mempergunakan jabatan sang mertua, entah mungkin ia terlalu lugu.

Anggita dan Dewi tertawa renyah melihatnya, "semangat Ayaaa, saya yakin kamu bisa...coba minta tolong om Ghi atau ibu Sakti. Beliau ibu merah jambu senior loh, pasti tau dan paham..." Dewi menyenggol Anggita karena sudah lancang membawa-bawa mama Rena, yang kemudian membuat Anggita menutup mulutnya.

"Ngga habis pikir saya, astaga Aya..." decak bu Jajang sudah ke sekian kalinya menggelengkan kepalanya. Mereka yang baru saja bubaran berniat berjalan ke arah gedung kantor dimana para suami sepertinya baru saja selesai bekerja pula.

Anggita cengengesan geli, mengingat kejadian tadi, layaknya melihat sitkom, ia tertawa saat bu Jajang dengan wajah keruhnya menggiring Aya yang sudah berkeringat, dan ia tak bisa lebih tertawa lagi saat mendengar cerita bu Jajang jika ia menemukan Aya tengah bermain bola bersama anak-anak. Double kill!

"Bisa-bisanya malah main bola sama anak-anak....dimana pikiran kamu, Ay...Ay..."

"Lupa bu." Jawabnya polos bikin batin perih.

"Lagian niatnya sih nyari seger biar ngga suntuk," balas Aya menjawab.

"Malah seger beneran, ya Ay...masya Allah!" tawa Dewi.

"Untung bu pimpinan ngga tau. Kalau tau dapet sp kamu, Ay...." geleng Anggi.

"Lebih beruntung lagi, Aya dapet ketua unit kaya bu Jajang...bisa menutupi kesalahan anggotanya," kekeh Aya merayu sambil memeluk lengan wanita paruh baya di sampingnya itu, kalee aja kan hukumannya bisa hilang barang selembar atau dua puluh lembar gituhhh....

Namun bukannya dikasihani, ia justru dihadiahi lengu han berat dari bu Jajang, "kamu beruntung, saya yang buntung, Ay. Jangan diulangi lagi. Sekali ini saya bantu dan maklumi...besok-besok begini lagi, saya ngga bisa apa-apa...satu salah, semua kena hukuman, Ay... Satu rasa satu jiwa, jiwa korsa." Desis si ibu ketua unit mereka.

"Iya Aya...jangan diulangi lagi, nanti kita semua yang ikut kena imbasnya."

Aya tersenyum dan mengangguk, "maaf."

"Ngomong-ngomong itu rok kamu----sobek?" tunjuk bu Anggi dan kembali sobekan rok Aya jadi perhatian orang-orang.

"Kenapa bisa sobek? Kamu ngapain di pertemuan, Ay?" Ghi dibuat naik da rah kembali setelah Aya datang bersama ibu-ibu unit dan bertemu dengan para bapak di depan gedung kantor.

Ia menyilangkan kedua tangan, menggeleng tak habis pikir sepaket wajah tegasnya, tak ada senyum-senyumnya menyambut sang istri.

*Hahaha*, bahu Gavin bergetar akibat tertawa. Bahkan jakun yang naik turun dan bergetar tak bisa terhalangi kerah seragam manakala ia tertawa renyah nan gemas, "abis kena kawah candradimuka, bu? Atau diospek sama bu Jajang?" cibir Gavin mendapat kekehan dan senyum nyengir Aya.

Pokoknya sore ini ia sangat beruntung bisa nontonin drama rumah tangga Ghi yang menurutnya lebih asik dari sinetron Cinta Esih.

"Ngga sengaja bang, tadi Aya abis---- pemanasan." Jawab Aya menampilkan deretan giginya.

Ghi menggeleng menatap istrinya, tak mungkin kan agenda fisik taruna polisi dimasukan dalam agenda ibu merah jambu? Lantas apa yang dilakukan Aya selama acara pertemuan yang paling-paling isinya cuma rapat kerja, agenda bakti sosial, dan tugas kenegaraan lain yang tak melibatkan aktivitas fisik ekstrem.

"Pemanasan apanya? Sangsi saya." ia melangkah menjauh dari kantor menuju parkiran di ekori Aya, "pemanasan sebelum pertemuan lah...biar ngga ngantuk." Alibinya berkilah.

Ghi berdesis mendeliki Aya, "mana ada kegiatan seperti itu, Aya. Bisa-bisanya kamu aja itu..."

Gavin masih tertawa, "abis dikejar an jinkk, bu?"

"Bukan om, dikejar suami orang..." tawa Aya bercanda, disusul tawa Gavin namun kemudian kepala Aya dijitak oleh Ghi.

"Buruan naik, mau ikut pulang atau saya tinggal?!" bentaknya yang langsung disergap oleh Gavin, "Bini disamain sama kriminal, loe Ghi...jangan galak abang....nanti adek ngambek, pabrik susu ditutup!"

Aya dan Ghi cukup tersentak dengan ucapan Gavin yang vulgar, tak taukah dia...Aya dan Ghi bahkan tidak terpikirkan untuk sejauh itu?! Dan selanjutnya hanya Gavin yang tergelak atas ucapannya sendiri itu. Sementara Ghi dan Aya hanya berdehem mengusir dahak di tenggorokan yang terasa mengganggu.

"Pegangin dulu..." pinta Aya menyerahkan sebundel map tebal pada Ghi, sementara ia cukup kesulitan untuk naik ke boncengan akibat roknya, "besok-besok harusnya kesatuan nyiapin celana komprang buat ibu-ibu biar bisa naik motor!" omel Aya mendumel yang sedikit kepayahan mengatur posisi.

"Apa ini?" tak ayal Ghi menerimanya.

"Bungkus bakwan..." kekeh Aya memancing alis Ghi naik sebelah, "tugas ranting, abaanggg...." Jawabnya tersenyum tanpa keluhan berarti. Ghi mengangguk, Aya bahkan tak merengek apapun padanya perihal tugas yang menurutnya tak berperikemanusiaan itu, lihatlah seberapa tebal dan banyaknya. Ghi akui, tugas yang diberikan ranting kesatuan cukup tak adil untuk Aya yang notabenenya anggota baru, seperti ada bau-bau ospek atau semacamnya.

"Kamu bikin ulah?" tanya Ghi digelengi Aya, "Aya mah baik. Istri abang mah soleha!" ujarnya mengaku-ngaku.

Mendadak jiwa iba Ghi bergetar melihatnya, mengingat Aya terlahir bukan dari kalangan keluarga aparat yang tak tau menau, mengingat Aya adalah anak sekolah, dan masih besar ego masa mudanya. Padahal Ghi akan memaklumi jika Aya akan mengeluh.

Bahkan hingga mereka sampai di rumah, tak sedikit pun Aya memanfaatkan waktunya untuk bersosial media seperti kebanyakan gadis lain. Kini ia justru tengah mencicil tugas-tugasnya yang seabrek-abrek itu, berikut tugas sekolahnya.

"Loh, Aya mana Ghi?" tanya mama Rena ketika malam ini, menantunya itu tak keluar untuk sekedar menonton televisi sambil bercengkrama dengan mertuanya.

Papa Sakti ikut melongokan kepalanya ke segala arah, "iya. Tumben banget ngga keliatan. Udah tidur? Biasanya juga ngamar lewat dari jam 9..."

Ghi sempat melintasi kamarnya yang pintunya terbuka, dimana Aya masih setia membaca dan mengerjakan setumpuk tugas saat ia hendak ke belakang.

"Aya lagi----" sekedar memastikan, Ghi kini bergerak beranjak menuju kamar Aya.

Langkahnya terhenti manakala melihat sesosok gadis tengah terlelap di atas tumpukan map dan buku, denga pulpen masih ia jepit di jemarinya di atas kasur.

Ada helaan nafas panjang dari Ghi, entah setan apa yang membuatnya memasuki kamar tak ditutup rapat itu dan duduk di tepian kasurnya demi membaca apa yang sedang Aya kerjakan.

Bhayang----ranting XXX

Unit Brigade Mobile

Halaman satu...

Tabel...

Dan bla--bla---- netra Ghi semakin turun, sudah hampir setengah mapnya Aya kerjakan.

"Sudah saya bilang Ay, memilih saya tidak akan mudah..." Ghi mencabut pulpen dari jemari Aya dan membereskan buku-buku serta map yang di taruh sembarang dan berantakan.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Tri Tunggal

Tri Tunggal

udah jodohnya kali bang meskipun belum ada rasa karna rasa akan dipupuk setelah bersama, awit ing tresno jalaran soko kulino....klo si mimin udah berkehendak abang ama si aya berjodoh trus bisa apa bang..... jodoh itu rahasia kan.. apapun pekerjaan abang yg beresiko meskipun cewek lain yg jd istri abang jg bakalan sama ngadepinnya jg kayak si aya sekarang....mau si aya mau wanita laen sama bang tugas jg ttp tugas....sabar bang bimbing aja si aya ntar jg indah pada waktunya ko seiring berjalanya waktu abang ghi jg bakalan bucin ma aya 😊

2025-02-18

5

rinnar🌺

rinnar🌺

iya tidak akan mudah juga buat kamu ngga jatuh cinta ya bang🤭🤣🤣 yakin da si abang teh awalnya iba ehh lama2 mah alapyu we ya bang🤭 tenang bang aya mah anaknya semangat pantang menyerah apalgi bikin orang darting wihh no 1 we kaya nya mah🤣🤣🤣

2025-02-18

7

Miko Celsy exs mika saja

Miko Celsy exs mika saja

aya itu sdh dipersiapkan sedari msh di dlm rahim untk berjodoh denganmu bang ghi,,tp disini sosok aya bs di bilang mandiri terbukti dengan dia yg tdk gampang mengeluh,meminta bantusn dengan byk tugas dan menerima apa sj perintah dengan tdk merasaan beban dan plng ska tdk mengunakan kekuasaan mertua dan suami biar tdk di tegur senior,,teh shin trimakasih bsk up lg ya🥰🥰🥰

2025-02-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!