"Mama mana?" tanya Aya.
"Keluar non, kalo ngga salah ada pertemuan ibu juga."
Lagipula ia dan sang mertua berbeda ranting satuan, jadi mau tak mau Aya harus berangkat sendiri.
Ghi mele nguh, seharusnya ia bisa makan dengan tenang sekarang. Namun alih-alih begitu, hari ini ia justru seperti merasakan kembali jadi taruna akpol yang segalanya serba diburu-buru.
Ia harus kembali meluaskan kesabarannya melihat Aya, entahlah....hati nuraninya itu tak bisa untuk tak peduli pada sang istri kecil sekarang, belakangan ini...sejak mereka menikah, Ghi lebih banyak tak teganya pada Aya, "tunggu 3 menit. Abang makan dulu...kamu siap-siap."
Dan benar saja, hanya ditinggal berganti pakaian saja Ghi dengan lahap dan cepatnya makan siang membuat Aya membeliak tak percaya saat ia sudah kembali, "abang...kunyah dulu kali makanannya bang, itu abang telen bulet-bulet makanannya udah abis aja?" Aya dibuat menelan saliva sulit seraya mencepol rambutnya, bahkan ia merada hitungannya mengganti baju baru sekedip tapi Ghi yang tadi terakhir ia lihat batu saja mengambil nasi serta lauknya sudah menghabiskan makanannya persis vacum cleaner.
Ghi yang makan super cepat, tapi ia yang merasa sakit tenggorokannya.
Hanya 3 menit, Ghi benar-benar telah menyelesaikan makan siangnya dengan rapi dan kini sudah kembali menarik Aya untuk mengantarkannya menghadiri acara pertemuan ibu.
Tak dapat dipungkiri, plat nomor kendaraan aparat di motornya membuat para pengguna jalan lain menyingkir segan saat Ghi melintas, hingga Aya harus mengeratkan pegangannya di perut Ghi.
"Aya masuk dulu," gadis itu sudah berlari, namun baru dua langkah ia kembali pada Ghi, "lupa!" ia meraih dan merebut tangan Ghi kasar untuk kemudian salim, "makasih banyak abang. Selamat dinas lagi."
Cup! Kecupnya di punggung tangan Ghi, bahkan sapuan kulit pipi Aya terasa kenyal dan lembut menyentuh Ghi. Bukan ia yang genit namun sentuhan singkat itu mampu menyengatnya bak sengatan listrik, mengalirkan rasa hangat yang menjalari tubuh hingga ke bagian hati.
Gadis itu berlari kembali ke arah dalam membuat Ghi mengukir senyuman tipis melihatnya tergesa begitu, satu kesan untuk Aya kali ini, ia begitu menggemaskan. Dalam balutan seragam merah jambu yang membungkus sedikit longgar persis boneka dibajuin, ngga tau nanti...mungkin boneka susan ini bakalan berubah jadi boneka jelangkung yang siap mengisi sisa harinya dengan kejutan bikin sport jantung.
Cepolan satu dengan sisi rambutnya ia kepang kecil bersama wajah yang terpoles make up tipis, apa namanya anak-anak sekarang menyebutnya, korean style? Mampu membuat Ghi meliriknya kali ini.
\*\*\*
"Assalamu'alaikum. Siang..." Aya mengetuk daun pintu yang terbuka, dimana pertemuan itu sudah hampir dimulai dan ruangan sudah disesaki oleh pasukan merah jambu.
Praktis semua pandangan mata tertuju padanya dari dalam.
"Masuk."
Aya yang jadi pusat perhatian hanya nyengir sambil berjalan cepat masuk menyelinap ke dalam. Bagaimana tidak, selain ia personel baru, ia juga terbilang sangat muda diantara personel lain. Usia Aya sempat menjadi pergunjingan di korps ini, saat sang komandan memberikan info jika salah satu anggota mereka menikah. Salah satu anggota kebangaan korps brigade mobile dimana Ghi memang banyak digandrungi kaum hawa karena paras rupawannya dan juga berprestasi serta putra dari salah satu petinggi di kepolisian.
"Permisi...permisi..." angguk Aya beberapa kali persis boneka ayam yanh diputar tuasnya saat melewati beberapa kursi ibu lain.
\*\*
Sudah beberapa kali Aya menguap, sejak ia kembali ke kursinya setelah perkenalan diri. Jujur saja, sepertinya Aya memang tak cocok dengan acara seperti ini. Ia jadi ingat acara pengajian ulama besar yang ia hadiri saat menemani bunda. Ujung-ujungnya matanya itu tak bisa diajak kompromi. Apalagi tengah hari begini adalah waktu yang tepat untuk melipat kelopak mata. Bersama angin sepoi-sepoi yang melambai, semakin saja Aya tak kuasa menahan rasa kantuknya.
Berulang kali ia sudah menepuk-nepuk pipinya agar tetap tersadar, bahkan apa yang diucapkan oleh ibu ketua ranting benar-benar tak masuk ke telinganya dan tak bisa diproses oleh otaknya. Kenapa ngga milih waktu abis magrib sih! Biar kaya kajian Al-Qur'an di kompleknya dulu. Setidaknya matanya masih segar sehabis tersiram air wudhu.
Bukan cuma Aya saja sepertinya, karena saat ia mengedarkan pandangan beberapa kali ke samping kanan dan kiri, beberapa ibu di dapati dalam kondisi menahan kantuk.
Sadar jika aksinya ini bisa memancing seruan bu ketua, atas sikap tak terpujinya yang persis anggota dewan di gedung hijau...Aya mengambil interupsi untuk mencuci mukanya.
"Bu, interupsi!"
"Ya?"
"Saya ijin ke toilet sebentar..." pandangan mereka terarah pada Aya yang mengganggu bicara ibu ketua. Terlebih saat mereka hendak melaksanakan sesi pembagian tugas. Nyatanya bukan hanya judul buku milik Raden Ajeng Kartini saja yang mengatakan habis gelap terbitlah terang.... karena disini, habis mengantuk terbitlah tugas satuan yang bikin pala mumet, otak ikut berputar dan raga lelah.
"Silahkan."
"Bu, ijin sebentar ya misi---misi..." ijinnya saat melewati beberapa kursi ibu lain.
"Jangan lama-lama bu Ghi." bu Jajang menegurnya yang kemudian mendapatkan seruan Aya, ia kita ia tak pernah mengenali orang lain. Aya sampai lupa kalau ia sempat bertemu dan bercengkrama dengan anggota lain.
"Ibu, Aya kirain ibu duduk dimana...."
Bu Jajang tersenyum, "neng Aya ngantuk ya? Ya udah cuci muka sana..."
Aya mengangguk.
Aya menghela nafas leganya bisa keluar dari jeratan kepenatan, ngomong-ngomong....toiletnya dimana? Satu kesalahan Ghi waktu itu...tak menunjukan toilet berada! Terpaksa Aya harus mencari-cari letak toilet.
Aya bergidik acuh, "anggap aja itung-itung jalan-jalan, ngilangin rasa ngantuk."
Cukup kesana kemari ia berjalan, hingga mengitari ruangan sepertinya sampai-----
Pluk!
Sebuah bola plastik menggelinding ke arahnya dan mengenai kakinya.
"Aduh."
"Tante! Lempar tan!" Suara seruan itu berasal dari anak-anak yang rupanya sedang bermain bola di lapangan. Seorangnya bahkan sudah berlari ke arah Aya demi mengambil bola plastik itu.
Senyum terbit dari wajah Aya yang meraih bola plastik itu, "ngga usah kesini...aku tendang ya!" jeritnya.
Dushhhh!
Tendangan tsubasa ia keluarkan demi membuat bola itu melambung jauh, bahkan jauh melewati anak tadi.
"Wahhhh! Keren tendangannya tan!" puji mereka dan senyum lebar si anak tadi yang kembali ke arah lapangan.
"Makasih tante!"
"Sama-sama!"
Alih-alih kembali ke acara pertemuan, Aya justru melangkahkan kakinya ke arah lapang, dimana anak-anak itu asik saja bermain bola di bawah teriknya matahari siang.
Panas bukan halangan demi hobby dan bermain. Aya tertawa-tawa melihat keseruan mereka.
"Woowww goalll!" seru Aya ikut terlibat dengan vibes para bocah, "keren kamu tong!"
Mereka saling berpandangan dan tertawa cekikikan dengan panggilan Aya yang terkesan aneh, tong? Tong kosong nyaring bunyinya, maksudnya?
"Tante mau ikutan apa jadi wasit?" di luar dugaan dalah seorang bocah yang sejak tadi berlaku mendominasi menawarinya.
"Boleh...gini-gini dulu sering ikut pertandingan tarkam!" Aya justru melepas sepatu pantofelnya dan bergabung dengan bertelan jank kaki. Lupa jika di sana, ia sedang ditunggu oleh satuan ibu.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Munji Atun
😅😅First time ikut pertemuan serasa masuk ke dunia lain ya Ya? mending ikut main bola sm yg satu spesies 😝bingung" dah tuh ibu" anggota barunya ijin ke toilet lupa jln pulangnya 😇awas lho Ya siap" dihukum lg sm abang piranha 😇bayakin stok sabarnya Ghi punya istri bocil kematian 😅ok mbak Shin mksh upnya ditunggu terus nextnya gpl yuuk semangat love you always💞🌺💖
2025-02-18
3
Dewi Kasinji
ya Allah sebutan Aya kok gak ada yg bagus ya , boneka susan , boneka jailangkung, boneka ayam 😅😅😅 tapi setidaknya Aya masih ada sopan santun ke suami . terus itu si Aya kyk e bakalan kena hukuman ibu2 rating dech 🤣🤣🤣
2025-02-18
1
Zayyin Arini Riza
Kocak habis Aya.... cie cie bang Ghi udah mulai sering tersengat listrik nih kalau bersentuhan tangan dengan neng Aya...
2025-02-18
2