Mereka berjalan cukup jauh, dengan Ghi yang berjalan di depan.
Sesekali Aya berdecak dan mengomel, merutuki Ghi dari belakang. Ia berhenti untuk kemudian berjalan kembali sambil mencak-mencak. Aya dan Ghi tak seperti the real pengantin baru, yang kalo kemana-mana gandengan kaya truk.
Baik Aya maupun Ghi sama-sama ogah bersentuhan. Entah Aya atau Ghi yang dirasa panuan, bahkan jarak cukup membentang diantara keduanya.
Kesal karena Ghi yang seolah alergi, tak tanggung-tanggung....Aya melepas sepatunya dan melempar itu langsung ke arah punggung Ghi.
Pluk!
Praktis si pemilik punggung tegap itu menoleh sepaket tatapan horornya, "Kamu!" geramnya saat melirik jika benda keras yang mengenai punggungnya itu sepatu.
"Abang manusia apa robot?! Bisa ngga, manusiawi sedikit?! Berasa jalan ngikutin roh halus." Omelnya lagi terhadap Ghi.
Ck! Ghi berdecak, "kamu lelet."
"Kita tuh mau ngapain sih kesini. Bagus abang bawa Aya ke playstation, mainan bola! Daripada masuk kandang macan begini!" keluhnya lagi sewot.
Ghi menghela nafasnya panjang melihat wajah keruh Aya, ia benar-benar harus menekan egonya sekarang, disini ialah yang lebih dewasa. Mau sampai kapan kekanakan? Mungkin begitu pertanyaannya. Kalaupun Aya sampai menangis, pingsan, ia juga yang repot nantinya.
Niat awal yang ingin melempar sepatu Aya ke atas pohon, ia urungkan. Ghi membawa sepatu milik istri kecilnya itu kembali, kini ia justru berjongkok demi memasangkan lagi sepatu Aya.
Aya cukup dibuat keheranan melihat sikap Ghi yang terkesan romantis itu, meski tak serta merta merasa spesial persis martabak yang telornya 3.
"Pake." Singkatnya bertitah. Hal itu meloloskan sikap penurut Aya dengan menyodorkan kaki putihnya.
Untung saja sepatu yang dipakai slip on, jadinya tak perlu melewati drama simpul-simpul bikin canggung.
Kini Ghi memperlambat langkah, demi menyamai Aya, "disana. Kamu harus tau gedung yang biasa dipake ibu satuan pertemuan." tunjuknya ke arah salah satu bangunan macam ruang serbaguna dharma wanita.
Dengan papan penanda bhayangkari dengan cabang ranting dan nomor keindukan.
"Biar nanti, ngga bingung kalo ibu satuan gelar rapat kerja, ngga ganggu saya kerja cuma buat anter kamu." Jelas Ghi lagi.
Aya masih menyimaknya bicara, namun bukan penjelasan Ghi yang sedang ia cermati, melainkan ketidakpercayaan atas sikap Ghi.
Nih orang mendadak baik, kemasukan apa nih?
Ohhh, jadi ceritanya pengen ngajakin tour keliling makko, bilang dong bahlul!
"Inget?" tanya Ghi membuyarkan lamunan Aya, "inget." angguknya tak ingin merusak suasana hati Ghi yang lagi banyak pelanginya, salah-salah ia menggeleng bisa-bisa pria itu membombardir dirinya bersama makko-nya sekalian.
Apa katanya tadi, di depan sana koperasi tata usaha? Ingatnya mengangguk-angguk keliru.
Tak cukup sampai disitu, kini Ghi meraih pergelangan tangannya dan mengajaknya melanjutkan perjalanan.
Tak jauh dari situ, tepatnya dekat halaman belakang asrama...terdapat kebun kecil milik para ibu satuan merah jambu.
Dengan spanduk di gawang masuk berpagar bambu, beberapa orang ibu dan bapak nyatanya sedang berkebun.
...Wilujeng sumping...
...Di...
...Pekarangan Pangan Lestari...
...Bhayangkari Ranting Batalyon X...
...Sat. Brigade mobile daerah WestJava...
Buruan sae....ngebon yuk!
(Pekarangan bagus....berkebun yuk!)
Gundukan tanah rapi itu rupanya ditanami selada bokor yang baru saja muncul daun kriwilnya. Belum lagi tomat dan beberapa tanaman sayur lain yang mulai menghiasi membuat otak dan mata fresh dibuatnya.
"Pak Jajang...bu..." Sapa Ghi.
Tidak hanya dua orang itu saja yang menoleh sekaligus menghentikan aktivitasnya.
"Om Ghi..."
"Hey, Ghi..."
Si ibu yang tengah memetik beberapa daun layu dan membersihkan tanaman dari hama praktis menghampiri.
"Wah, bawa istri nih! Udah go public aja om..."
Aya meminta dan berniat menyalami tangan si ibu, seperti kebiasaannya pada yang lebih tua.
"Bu."
"Maaf tangan saya kotor..." ia melepas sarung tangannya dan menerima salim takzim Aya. Bukan ia tak menolak karena status jabatan, namun sikap Aya harus ia apresiasi. Mungkin ke depannya, perlahan korps ibu merah jambu akan membimbing Aya.
"Beneran cantiknya ih..." puji bu Jajang, "Ghi...hayok ngaku! Pelet apa sampe anak SMA cantik begini mau dinikahin pak pol?" seloroh bu Jajang menembak seraya menggiring Aya untuk masuk ke dalam demi bertemu dengan ibu lain.
"Bu--ibu, ini istri bang Ghi...kenalin."
Aya mengurai senyuman dalam rangkulan bu Jajang, beberapanya sempat ia lihat kemarin di acara resepsi, namun ia lupa-lupa ingat dengan mereka.
Sementara Ghi mengobrol santai penuh ekspresi dengan pak Jajang dan bapak lain, Aya sendiri mulai bisa bergabung dan mengalir bersama obrolan para ibu, meski usianya terpaut jauh dari para seniornya itu. Mungkin diantara mereka Aya lah ibu merah jambu paling muda.
Aya tak bisa ijin dari sekolah melebihi 2 hari, khawatir jadi masalah di kemudian hari, maka semalam...ia dan Ghi memutuskan untuk pulang ke rumah.
"Aya, ayah sama bunda besok pagi pulang ke Jakarta. Ngga bisa kelamaan disini, ayah udah kebanyakan ijin."
Aya mengangguk mengiyakan. Toh kemarin-kemarin ia baik-baik saja.
"Ngga apa-apa. Aya sudah jadi anakku, Fit."
"Titip Aya ya teh...a. Ghi, dibimbing ya Aya-nya."
Ia dan Ghi berbeda kamar, yap! Demi menjaga kenyamanan dan keamanan bersama setidaknya sampai Aya beres sekolah, keduanya berpisah kamar.
Perbedaan kebiasaan menjadikan Ghi lebih dulu bangun ketimbang Aya.
Ia celingukan saat keluar dari kamar ke arah meja makan, belum menemukan Aya di sana, hanya ada bi Wiwin dan mama saja yang tengah menyiapkan sarapan.
"Aya mana Ghi? Coba samperin, takutnya belum bangun...sekolah dia." Pinta mama padahal ia baru saja menatuh pan tatnya di kursi, Ghi berdecak menggeleng, "dia belum bangun, ma?" tensinya meninggi, sungguh menyusahkan.
"Males banget tuh anak!" rutuknya menghardik. Pagi-pagi sudah dibikin kesal oleh kelakuan tak tau diri sang istri.
"Tadi sih waktu subuh udah mama ketok pintunya. Udah jawab juga, tapi takutnya tidur lagi atau lagi siap-siap...panggil suruh sarapan dulu takut kesiangan." Mama menyajikan nasi goreng bersama lauk ayam goreng tepung dan capcay.
Ghi menggeser kasar kursi, yang benar saja! Ya Kaleee kalo keduanya tinggal mandiri nanti ia yang justru kesusahan. Harusnya Aya bangun lebih awal darinya dan menyiapkan segala kebutuhannya, bukannya ia yang malah bangunin Aya.
Langkah kakinya sudah mantap menyerbu kamar dimana Aya tidur, mungkin jika dilihat secara batin, kini jejak-jejak bekas langkahnya sudah mengeluarkan api saking marahnya.
"Jangan pake ngamuk-ngamuk, Ghi! Nanti istri kamu kapok, minta pulang..." wanti-wanti dari sang mama. Bi Wiwin terkekeh dengan sikap dari anak mantu majikannya itu, "mbak Aya emangnya ngga pernah bangun pagi, ya bu di Jakarta? Kalo sekolah gimana?"
Tante Rena tersenyum, "udah kayanya bi, maklum...kalo anak cewek siap-siapnya lama."
Aya menyemprotkan parfum miliknya, dan kembali mematut diri di cermin, kece macam biasa! Ia mengedip genit di pantulan cermin. Kemudian menaikan ujung kaos kaki panjangnya hingga betis kecilnya, hampir menyentuh lutut, kontras dengan rok di atas lututnya bersama seragam yang cukup mencetak lekukan badan mungilnya.
Ia membuka pintu kamar, bersamaan dengan Ghi yang hendak mengetuk pintu kamar Aya.
Cukup tersentak dengan pemandangan pertama saat membuka pintu, Aya dibuat tak berkedip dengan tampilan Ghi.
Woowwww! Laki siapa tuhhh! Ck...ck...keren abis!
Wajahnya cukup datar nan dingin cocok dibikin es kepal lah, cuma tinggal diserut! Lalu le nguhan jengah yang keluar menjadi ciri khas Ghi saat menghadapi Aya.
"Mamah nyuruh sarapan. Mulai besok, kamu bantuin mama sama bibi di dapur buat nyiapin sarapan, sukur-sukur kamu sempetin buat beres-beres...bangun lebih awal, Aya, kamu itu perempuan...jangan pemalesan." Omel Ghi diekori Aya.
"Masa mau sekolah Aya mesti masak dulu...nanti baju seragam Aya bau, bang...abang aja yang bantuin mama masak, kan udah jamannya laki masak. Lagian biasanya kalo aparat tih mandiri, ngga perlu dimasakin bisa hidup di hutan." baliknya bertitah, memantik ekspresi tak percaya dari Ghi.
Siapa juga yang tak kesal dengan ucapan Aya barusan, Ghi langsung mendaratkan jewerannya di telinga Aya, "ngga tau malu. Numpang tapi seenaknya. Kamu tuh istri, Aya....sudah jadi tugasnya istri nyiapin kebutuhan suami."
"Adududuhhh! Sakit abang, lepasin...tanteee!" teriak Aya, tangannya menyentuh dan berusaha menyingkirkan tangan Ghi dari daun telinganya, "ha! Ngadu!" bentak Ghi, "dibilangin malah ngadu."
"Iya..iya...maaf ih!" ralat Aya, "tapi lepasin dulu telinga Aya, kalo copot gimana?!"
"Kalau kamu ngga bisa dibilangin. Saya bakalan jadi ijab rusun biar bisa lebih leluasa didik kamu, sukur-sukur bisa rebus kamu nanti kalo kamu ngeyel...."
"Kejam ih! Iya...iya abang, besok Aya bantuin tante. Janji!"
Ghi menaikan alisnya sangsi, tak percaya dengan ucapan Aya. Namun Aya kembali memohon, "janji argh!"
"Saya pegang janji kamu."
Lirikan mata Ghi kini tam bisa untuk tak meneliti seluruh penampilan Aya, dan mendarat di rok super pendeknya, "kamu mau sekolah atau mau jadi pemandu lagu? Kenapa ngga sekalian telan jank kaya kemaren? " tuduhnya ke arah rok.
Aya ikut melirik penampilannya, "kenapa? Ini standar..."
"Saya tanya sekarang, apa standar rok sekolah sma negri begitu? Rasanya engga?" geleng Ghi, bahkan sekarang, hampir sebagian siswi memakai jilbab.
Aya menggidik tak acuh, padahal sebenarnya rok yang ia pakai adalah rok sekolah lamanya yang sudah ia permak.
"Ngga tau. Aya pake aja apa yang dikasih..."
"Terus kalo dikasih daun pisang kamu juga mau pake? Itu kependekan, Ay..." omel Ghi, dan mereka justru menghabiskan waktu yang seharusnya dipakai untuk sarapan dengan memperdebatkan hal tak penting.
Bukannya marah atau kesal, Aya justru terkekeh iseng, "cieee...abang udah manggil Ay---Ay aja sama Aya. Ay tuh ayang, sayang atau...." godanya memainkan alisnya naik turun.
Semakin Ghi menggertak giginya, kalo bisa akan ia gigit Aya pagi ini.
"Ayam!" bentak Ghi berbalik kembali tak ingin meneruskan kejengkelan yang sudah pasti tak akan ada ujungnya.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Munji Atun
Ayok Ya bikin si abang ngomel terus kyk emak" yg ngomelin menteri gas melon 😝seneng lho klo ngledek orang trus orangnya sewot serasa berhasil berhasil hore hore 😅ati" bang ntar hypertensi mosok msh muda mainnya ke dr internis trus ditanta keluhannya apa pak " ini tengkuk kaku kepala spaneng " 😇😇
ok mbak Shin mksh upnya gak jd nyusul ke barat dulu deh 😝ditunggu nextnya gpl yuuk semangat love you always🌺💖💞
2025-02-09
3
jumirah slavina
Ay itu for "Aya²wae"
🤣🤣🤣🤣/Joyful//Grin//Facepalm//Curse/
2025-02-09
6
Marliyanipratama
hahahah banyak" makan labu siem sama belimbing ghi biar tensi darah nya gk naik tetap stay, kan gk lucu klo misalnya pak pol darah tinggi sama strok.... 🤣🤣🤣 rajin" olah raga sama cek tensi nya jngan lupa🤭🤭🤭
2025-02-09
3