"3 menit. Hanya 3 menit, selesai tidak selesai harus selesai."
"Ha?! Yang bener aja bang! Aya bukan kuda lumping! Yang ngunyahnya ngga halus!" omelnya mengkritik, namun alih-alih memberikan keringanan, Ghi justru sudah mulai menghitung waktu Aya untuk sarapan.
"Si al----annn." gumam Aya mengumpat dengan nada merengek menatap Ghi sepaket mata permusuhan miliknya, dan praktis itu membuat Ghi memberikan sentilan di bibirnya hingga Aya tersentak kaget dan mengaduh kesakitan, "abang ihhh galak!" ia mengusap bibir yang terasa nyut-nyutan, sebenarnya Ghi ngasih sentilan atau tampolan sih, rasanya kok ya satu wajah sakit semua sampai ke jantung!
"KDRT! Aya laporin Hotman Prancis!" gerutunya mengancam.
"Mulai sekarang, satu ucapan kasar satu hukuman berlaku. Satu kali kamu berulah, dua poin hukuman berlaku, pelanggaran berat, saya benar-benar tak beri kamu uang jajan sebulan dan hukuman menanti. Saya tak main-main Aya." Alisnya menukik tajam meski nada bicaranya tak keras apalagi berteriak, namun cukup terdengar angker di telinga Aya. Mana bawa-bawa hukuman, jatuhnya jadi seperti ia yang masuk taruna polisi saja saat ini!
"Aya tuh dianggap istri atau taruna sih?!" sengitnya bersuara, naf suu makannya perlahan hilang terbawa aroma ruangan, yang ada...kini Aya jadinya kepingin nyemil sendok di tangannya saja berikut pabrik-pabriknya.
"Singkirkan sifat manja kamu, sifat ceroboh, usil, dan bandel. Jadi istri perwira polisi itu.... tindak tanduk kamu, maka saya yang ikut bertanggung jawab, Aya. Karir saya di depan negara, pertanggung jawaban saya di depan Allah, termasuk didikan saya di depan kedua orangtua saya dan kamu itu sedang dipertaruhkan."
Aya masih menunjukan wajah keruhnya bahkan kini gadis itu memberikan tatapan menantangnya dengan kedua tangan di dekap di dada, "Aya ngga tandukan punnn..." gumamnya mengoceh.
"Abang didik Aya udah kaya didik prajurit negara api....taruna militer! Aya itu istri, di didiknya bukan pake kekerasan!"
"Ini cara saya. Suka atau tidak, kamu mesti terima, siapa suruh milih saya buat kamu mintai pertanggung jawaban?" kini Ghi membalikan. Jika sudah begitu, Aya bisa apa? Salahnya juga yang ngga milih-milih...harusnya malam itu, ia masuk kamar mayat saja sekalian!
Bibirnya semakin manyun, "kalau bisa milih juga, malam itu Aya pengen milih masuk kamar Shawn Mendes kaleee bukan adek kandungnya raja Namrud!" cibirnya mengumpat.
"11, 12, 13----" hitungan Ghi berlanjut membuat Aya bergegas melahap besar-besar makanannya, sampai-sampai gadis itu tersedak dan hampir memuntahkan kembali piringnya.
Pengen pulanggggg!!!
Hampir saja ia melempar sendok ke dalam mulut suaminya itu jika tak ingat itu akan semakin memperburuk suasana pagi ini. Harus mengadu pada siapa, Aya kini? Pada Tuhan? Sudah ia gaungkan sejak kemarin, bahkan Aya sudah mengemis-ngemis minta dimasukan lagi ke lubang lahir bunda kalo begini jadinya.
Bisakah ia memilih, untuk memiliki takdir jadi istri ustadz saja? Biar kalo ia melakukan salah, paling-paling langsung di solatin. Jika bersama Ghi, jatohnya membu nuh ia secara perlahan.
Ia masih mempertahankan diri dengan bersidekap sembari menikmati pemandangan di luar jendela mobil Ghi, mulutnya sudah komat-kamit persis mbah dukun nyumpahin manusia di sampingnya.
Mentang-mentang pemiliknya cowok, parfum mobilnya pun tak kalah maskulin sama yang punya.
Terlihat perintilan yang menunjukan jika ia memang seorang polusi tulen menempel di sepanjang sudut dan tersimpan di dashboard mobil. Malah, beberapa potong baju dan seragam dinas Ghi nampak tergantung di bangku belakang mobil. Bukti juga jika Ghi jarang pulang.
Iptu Al Ghifari Rajapati, lirih Aya dalam hati membaca kartu nama yang tergeletak di atas dashboard.
Begitupun topi coklat dengan lambang kepolisian. Turn back crime navy bergaya polo shirt terlipat rapi dengan plastik laundry tersimpan cantik bersama beberapa kaos casual lainnya di bangku belakang bersama satu stel seragam dinas coklat tergantung. Sementara di balik bagasi, Aya belum tau ada apa saja.
Kalung dengan kantung tanda pengenal lainnya tergantung di atas rear vision bersama gantungan boneka luppy si karakter utama one piece.
Aya menyadari satu hal, jalanan mulai melewati jauh dari kawasan Lembang. Mungkin, satu-satunya daerah di kota kembang, yang Aya tau ya kawasan wisata ini....wong hampir tiap kali liburan ayah--bunda mengajaknya kesini bersama Nisa.
Parongpong, Kolonel Masturi, Cihideung, dan kawasan pertanian warga genap dilewati, hingga mereka tiba di kawasan rusun asrama polisi detasemen X berlatarkan gunung tangkuban perahu di belakangnya.
Ghi menyalakan sen dan berbelok memasuki tanah luas depan rumah susun bernuansa coklat susu itu.
"Kita mau kemana? Ketemu siapa?" tanya nya kini kembali bersuara meski tanpa melihat Ghi, ia justru lebih penasaran dengan tempat antah berantah dimana mereka berada sekarang. Rupanya diam bukan emas untuk Aya, karena nyatanya Aya tak kuat berlama-lama diam.
Hawa sejuk nan dingin ciri khas dataran tinggi mulai terasa nyaman di kulit, meski ada rasa sedikit menyentil, maklum lah! Orang dari tanah berhawa panas masuk kawasan sejuk begini ya mesti beradaptasi.
"Cari staf admin, mau cari asrama...siapa tau kamu nemu yang cocok..." Ghi tersenyum usil, praktis saja Aya membulatkan matanya, "kita pindah? Ah engga--engga. Makasih, ini kejauhan dari sekolah." Tolaknya mentah-mentah.
Ghi tau, Aya pasti akan menolak. Ia hanya....mulai suka bersikap usil begini.
"Loh, kenapa? Masa iya mau tinggal bareng terus sama mama---papa, kapan mandirinya? Biasanya kalo perwira yang sudah menikah dan belum punya hunian di tempat dinas, akan ada tawaran menyewa asrama." Ghi membelokan stir dan mulai memarkirkan mobilnya.
"Ya tinggal sama om tante lah! Toh rumahnya pun gede, ngga ada lagi yang tinggal disana selain mereka sama bi Wiwin, kasian om sama tante ngga ada temannya. Kalo nanti abang dinas ke luar, masa iya Aya sendirian di rumah..."
Ghi semakin menahan kedutan di bibirnya mendengar seribu satu macam alasan Aya lontarkan, "bilang aja kamu takut. Kamu ngga mau repot...biasa jadi anak manja." Ghi menarik rem tangannya.
Alis Aya kembali menukik tak terima mendengar cibiran dan hinaan Ghi, namun kini otaknya dapat berpikir jernih untuk menahan emosi dan tak terpancing oleh pria lak nat satu itu. Terakhir ia terpancing dan bertindak ceroboh....dirinya jadi personel ibu merah jambu.
Ia memilih menghirup nafas rakus-rakus dan membuangnya tenang.
*Sabar Aya....bang ikan lagi mancing emosi biar loe ceroboh*.
*Abis ini, sesampainya di rumah! Loe bisa ngadu sama om Sakti kalo bang ikan ngajak lo hengkang dari istana ke bilik derita. Terus, waktu dia tidur loe bekap muka dia pake bantal sampe kehabisan nafas...loe packing baju-baju ke koper, cawww deh! Pesen tiket balik Jakarta! Yess...ide bagus*!
Ghi turun dari bangkunya namun Aya masih diam di sana, bahkan seatbelt pun enggan ia lepas. Aya masih menatap khawatir ke arah bangunan gedung rusun bertingkat di depannya dengan sejuta lamunan jahat, taman bagian depan cukup luas dan terdapat arena bermain anak-anak disana.
Cukup indah ditinggali jika partner hidupnya itu, prince charming bukan malaikat pencabut nyawa seperti cowok di samping.
Tok---tok---tok!
"Turun!"
Seketika ketukan di kaca jendela menyadarkan lamunan Aya. Ia bergegas membuka seatbelt dan membuka pintu mobil.
"Iya ah!" nyatanya baru kena gertakan Ghi saja sudah takut setengah mamposss, lalu rencana membu nuhnya tadi?
Aya turun dan mengekori Ghi berjalan ke arah bangunan.
Mungkin yang ia lihat tadi adalah bangunan rusun 6 lantai baru saja, namun nyatanya....di samping itu, batalyon markas brigade mobile rupanya menyatu, dimana tersekat oleh lapang sepak bola.
Aya cukup dibuat manggut-manggut, tak ubahnya batalyon militer. Makko brigade mobile pun sama luasnya. Bahkan dari langkah dan posisinya berada, Aya dapat melihat sekelompok anak yang berlatih karate di salah satu gedung yang ada disana.
Sepertinya makko ini membuka dojo karate juga.
"Abang kita mau kemana ih!" Aya sedikit berlari kecil demi tak ketinggalan langkah si manusia galak ini.
Bukannya menjawab, Ghi justru memintanya mempercepat langkah agar sejajar. Hingga suara lantang menyapa keduanya setelah itu, bersamaan dengan Aya yang melirik patung batu macan kumbang disana, seperti sedang bersiap menerkamnya dengan menunjukan taring-taringnya.
⭐Disiplin
⭐Hirarki
⭐Loyalitas
⭐Kehormatan
"Bang!" lirih Ghi.
"Ghi!"
"Weheyyyy, penganten baru datang kesini !" seru yang lain.
Akhirnya, mau tak mau Aya ikut mengurai senyumnya bertegur sapa dengan beberapa personel kepolisian yang ada disana.
"Ghi....honeymoon di tanah sendiri?"
"Yang deket-deket aja lah, ya! Mana tau tiba-tiba ada panggilan dinas..." lanjutnya.
Aya hanya bisa hehe hihi saja tak paham, bahkan ketika mereka menggoda keduanya, Ghi pun sama halnya dengan Aya, nampak bisa tersenyum menggeleng saja tanpa menjawab.
"Rencana tinggal sama komandan atau di asrama?"
"Di rumah papa aja." Tukas Aya menjawab dari samping Ghi, membuat Ghi melirik sekilas.
"Wahhh, masih betah sama mertua ya bu," kekehnya melirik Aya namun kemudian beralih kembali menatap Ghi, "sebentar lagi ndan Sakti pensiun kan Ghi? Cocok satu rumah biar cepet-cepet nimang cucu.." ujarnya lebih tak masuk akal lagi!
Aya menatap Ghi dengan wajah horor, *mendingan jadi biksu daripada mesti punya anak dari titisan dewa kegelapan begitu, amitaba*....
"Bang, kami masuk dulu..." pamit Ghi setelah mengobrol basa-basi sejenak.
"O ya. Silahkan---silahkan. Monggo bu..." angguknya saat Aya mengangguk lebih dulu untuk pamit.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Syaff
menarik nih, sayangnya aku Uda jatuh cinta duluan sama om Sakti daripada Ghi, wkwkwk, ayoo Ghi tunjukan pesonamuu, buat kita para emak2 klepek2 sama kau .. 😍😍😚😚
2025-02-08
2
jumirah slavina
klo Pare seorang Polusi...
ti.. ati Ay kamu bisa sesak nafas krn brdekatan dgn Abang Polusi...
🤣🤣🤣🤣/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
2025-02-08
3
Miko Celsy exs mika saja
aya.......ya klo model mertua ky ortunua bang ghi km betah yp klo yg model2 galak apa km betah,bang ghi jgn galak2
2025-02-08
1