Pagi itu, Ryzef kembali ke rutinitas barunya: belajar sihir.
Ia duduk di atas selembar daun lebar, mencoba mengingat bagaimana rasanya saat pertama kali merasakan aliran energi sihir.
"Hangat... Deras... Kuat..."
Ia bergumam pelan, membiarkan dirinya tenggelam dalam sensasi itu.
Bagi Ryzef, mengulang sesuatu yang pernah ia rasakan bukanlah masalah. Yang jadi masalah adalah—
Tidak ada guru yang bisa mengajarinya.
Setiap kali ia mencoba memahami sesuatu, ia selalu menemui jalan buntu.
Namun, hari ini berbeda.
Ia menggambar sebuah lingkaran kecil di tanah dengan salah satu kakinya, mencoba mengalirkan energi sihir ke dalamnya.
Saat energi sihirnya mengalir, sesuatu terasa berbeda.
Cahaya biru cerah berpendar dari dalam lingkaran itu.
Tidak, bukan sekadar cerah...
Sangat cerah.
Hatinya terasa hangat, seperti bertemu kembali dengan seorang teman lama.
"Perasaan ini... Entah kenapa aku seperti merindukan sesuatu," ucapnya lirih.
Sebuah suara imut membuyarkan lamunannya.
"Hai! Apa yang kau lakukan?"
Ryzef menoleh dan melihat Livia yang berjalan mendekat.
"Ah, Livia ya. Aku tidak menyadari kedatanganmu... Maaf ya," katanya sambil tersenyum kikuk.
Livia hanya tertawa kecil. "Apa kau mau kutemani berburu?"
Ryzef mengerutkan alis.
Berburu?
Awalnya ia ragu, tapi setelah Livia bilang bahwa itu bisa membantu mempercepat evolusinya, ia langsung setuju tanpa banyak pikir.
Tapi kenapa Livia ingin membantu?
Ryzef tidak tahu, tapi ia juga tidak ingin melewatkan kesempatan ini.
---
Mereka mulai berjalan menyusuri kedalaman hutan.
Di sepanjang perjalanan, mereka dihadang beberapa serangga seperti lebah raksasa, ulat besar, dan serangga-serangga aneh lainnya.
Tentu saja, sebagian besar dari mereka berhasil dikalahkan dengan mudah.
Tapi saat mereka semakin jauh masuk ke dalam hutan...
Ryzef melihat sesuatu yang besar.
Seekor binatang berbulu coklat, berotot, dengan lengan panjang yang kuat.
Seekor kera.
Livia menelan ludah. "Ini... agak terlalu besar untuk kita, bukan?"
Ryzef memandangi kera itu sambil menyeringai.
"Haha, tenang saja. Aku punya strategi!"
Livia menatapnya curiga.
"Strategi seperti apa?"
Ryzef mengangkat kepalanya dengan penuh percaya diri.
"Menyerang diam-diam dari belakang dan berharap dia nggak sadar."
"...Itu bukan strategi, itu berharap keberuntungan!"
Namun, sebelum Livia bisa membujuknya untuk mundur, Ryzef sudah merangkak pelan mendekati kera itu.
Ryzef akhirnya berhasil merayap ke kaki kera dan bersiap untuk menyerang.
Tapi tiba-tiba—
"WUSSH!"
Kera itu melompat ke udara!
"A-ASTAGA, AKU DI ATAS KAKI KERA!!!"
Ryzef langsung panik saat tubuhnya ikut terangkat ke atas.
Kera itu dengan lincah berayun dari dahan ke dahan, sementara Ryzef berpegangan erat di kaki berbulu itu dengan wajah pucat.
"INI LEBIH PARAH DARI NAIK KEREK BANGUNAN!!!"
Kera itu semakin cepat, melompat semakin tinggi.
Ryzef merasa seperti buruh yang disuruh naik ke lantai 50 pakai tangga darurat.
Tapi sebelum dia kehilangan akal sehatnya, ia segera Membuka rahangnya dan menggigit kaki kera itu dengan sekuat tenaga.
"NYAAGGHHH!!!"
Kera itu menjerit, mengibaskan kakinya dengan panik.
Dan akhirnya—
"BRUKK!!"
Kera itu terjatuh dari pohon dan menghantam tanah dengan keras.
Ia berguling-guling sambil mencakar kakinya yang kini mulai bengkak dan berbusa.
Ryzef juga ikut terjatuh dan mendarat dengan wajah menabrak tanah.
"...Ugh. Aku merasa seperti jatuh dari gedung proyek."
Kera itu menjerit kesakitan, tubuhnya menggeliat-geliat tak tentu arah.
Dan akhirnya...
Kera itu tewas tanpa banyak perlawanan.
Ryzef masih terbaring di tanah, menatap ke langit sambil berpikir.
"...Oh, racunku makin kuat berkat melawan katak waktu itu."
Namun, pikirannya langsung buyar.
"LIVIA!!!"
Ia bangkit dengan panik dan mulai berlari mencari Livia.
Ketika ia akhirnya bertemu Livia, ia tersenyum malu.
"Aku kembali!" katanya, masih dengan wajah penuh tanah.
Livia mengerutkan dahi.
"Kau... Kotor sekali," ucapnya sambil memandangnya penuh rasa khawatir.
Ryzef tertawa canggung.
"Hehe, ya, habis jatuh sih..."
Namun, Livia tampaknya tidak terlalu mempermasalahkan itu.
"Aku lebih khawatir tentang sesuatu yang lain," katanya serius.
Ryzef menatapnya bingung. "Hm? Apa?"
Livia menajamkan pendengarannya.
"Teriakan kera tadi... Sepertinya dia tidak hanya berteriak kesakitan."
Ryzef masih belum mengerti.
"Apa maksudmu?"
Livia menatapnya dengan wajah serius.
"Aku rasa dia memanggil bala bantuan."
Seketika, suasana menjadi sunyi.
Dan tepat setelah Livia mengatakan itu—
"DUUUMM... DUUMM... DUUMM..."
Tanah mulai bergetar.
Dahan-dahan bergoyang.
Suara langkah kaki besar bergema di kejauhan.
Ryzef menoleh ke arah sumber suara.
Dari balik pepohonan, ia melihat bayangan besar dari beberapa ekor kera lainnya, datang dengan kecepatan tinggi.
Ia dan Livia saling bertukar pandang.
Wajah mereka mulai dipenuhi keringat dingin.
"...Aku cuma bercanda pas bilang kerja lembur. Kenapa malah beneran disuruh lembur lawan kera?"
Livia menepuk dahinya. "Ryzef, ini bukan waktunya bercanda!"
Namun, Ryzef malah menatap Livia dengan wajah putus asa.
"Livia... Kalau aku mati, tolong bilang ke kakak 'pemandu' kalau aku mau ganti profesi jadi kasir minimarket aja."
Livia memukul kepalanya dengan pelan.
"Tolong jangan bilang begitu..."
Dan sebelum mereka sempat menyusun rencana—
"WUUAAARRGGHH!!"
Suara raungan kera menggema di seluruh hutan.
Ryzef dan Livia menoleh dengan wajah pucat.
"...Kita kabur aja, ya?"
...~𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚋𝚞𝚗𝚐~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Sora
lah update 2 kali sehari, blunder kah?
2025-02-14
3
Annnnisssseeee
itu kera nya bilang apa thor
2025-02-15
2
pemula
nice
2025-02-15
2