Awal Mula Sihir

Keesokan paginya, Ryzef duduk di atas tanah, menggambar lingkaran dengan kakinya. Setelah selesai, ia mengusap permukaan lingkaran itu dengan tangannya, lalu memejamkan mata. Ia membayangkan lingkaran itu bersinar, seolah energi mengalir di dalamnya seperti aliran air.

Namun, sejauh ini tidak terjadi apa-apa.

"Apa aku salah langkah?" pikirnya.

Tapi ini adalah pertama kalinya ia mencoba sihir. Tidak mungkin semuanya langsung berhasil. Ia menghela napas dan mencoba mengingat kembali semua yang terjadi semalam.

 

(Flashback – Malam Sebelumnya)

Ryzef terbaring di atas hamparan daun, tetapi tubuhnya terasa tidak nyaman. Meskipun sudah mencoba berbagai posisi, ia tetap saja tidak bisa tidur.

Di sebelahnya, Livia tampak tidur nyenyak, wajahnya begitu tenang. Napasnya teratur, tubuhnya bergerak perlahan mengikuti ritme tidur yang damai.

Pemandangan itu membuat Ryzef iri.

"Seandainya aku bisa terbiasa dengan tubuh ini..." pikirnya.

Karena tak bisa tidur, ia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang sudah lama ingin ia coba.

"'Pemandu', apakah aku bisa berbicara padamu?" tanyanya dalam hati.

[Pejamkan matamu.]

Window sistem muncul secara otomatis. Tanpa ragu, Ryzef menutup matanya.

Tiba-tiba, ia merasakan sensasi seperti ditarik oleh kekuatan tak terlihat. Saat ia membuka matanya karena terkejut, ia menyadari sesuatu yang aneh.

Di hadapannya berdiri sosok yang hampir transparan sepenuhnya.

"Si-siapa kau?" tanya Ryzef dengan suara gemetar.

Ia melirik sekeliling. Tidak ada dinding, tidak ada langit—hanya ruang putih tanpa batas.

"Mengapa semuanya putih?" tanyanya lagi.

"Inilah White Room, sebuah dimensi ruang yang tidak terhubung dengan dimensi waktu," jawab sosok itu dengan tenang.

"Hah? Aku tidak mengerti," ujar Ryzef bingung.

Sosok itu—yang tak lain adalah 'Pemandu'—menjelaskan dengan nada santai. "Singkatnya, ini adalah ruangan buatan. Waktu di duniamu tidak akan bergerak meskipun kau menghabiskan bertahun-tahun di sini."

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" lanjutnya.

Ryzef menatapnya dalam-dalam sebelum menjawab, "Bisakah kau mengajariku sihir?"

Pemandu tersenyum tipis. "Tentu saja. Pegang ini dan dengarkan penjelasanku."

Ryzef menerima sesuatu dari pemandu—setangkai bunga segar. Namun, sebelum ia bisa fokus pada bunga itu, sesuatu yang lebih mengejutkan menarik perhatiannya.

Tangan yang menggenggam bunga itu bukan lagi kaki semut. Itu adalah tangan manusia.

"Hah?! Tanganku... manusia?" Ryzef menatap tubuhnya dengan syok. Ia sudah kembali ke wujud manusianya di ruangan ini.

Banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan, tetapi ia mengesampingkannya untuk sementara.

'Pemandu' kemudian menjelaskan bahwa untuk mengaktifkan sihir, Ryzef harus menggambar lingkaran dan mengalirkan energi ke dalamnya. Karena mengontrol sihir adalah dasar dari segala jenis sihir.

Setelah menjelaskan cukup banyak, pemandu tiba-tiba melambaikan tangan.

Tanpa peringatan, tubuh Ryzef ditarik kembali ke dunia nyata.

 

Saat ia kembali sadar, ia refleks mengeluarkan suara.

"UWAH!"

Akibatnya, Livia yang sedang tidur nyenyak di sampingnya langsung melonjak bangun.

"HAH?!!" Livia berteriak lebih keras dari Ryzef, matanya membelalak.

Keduanya saling menatap dalam keheningan selama beberapa detik.

Livia berkedip beberapa kali sebelum akhirnya menyadari sesuatu. "Hah?! Kau tadi berteriak kan?!"

Ryzef, yang masih setengah sadar, hanya bisa mengangguk.

Livia memegang dadanya, napasnya tersengal. "Astaga... Aku kira ada monster menyerang kita! Jangan menakutiku seperti itu!"

"Maaf... aku cuma—"

"Tidak! Tidak ada 'maaf'! Aku hampir kena serangan jantung, tahu?! Kau pikir jantung semut itu kuat?!"

"Eh, aku tidak tahu kalau kau punya jantung yang bisa kena serangan jantung..."

"YA JELAS ADA! Aku bukan batu!" Livia bersedekap kesal.

Ryzef hanya bisa menghela napas. Sisanya, ia semalaman menunggu Livia berhenti mengoceh padanya yang tak sengaja membuat kesalahan.

Sungguh malam yang panjang.

 

Sekarang, ia duduk di tanah, menggambar lingkaran sesuai instruksi yang diberikan 'pemandu' semalam.

Walau kelihatannya sederhana, mempraktikkannya tidaklah mudah.

Ryzef mencoba menyalurkan energi sihirnya ke dalam lingkaran yang ia gambar. Tapi, meskipun ia sudah berusaha, lingkaran itu tetap tidak bereaksi.

"Apa aku benar-benar punya bakat dalam sihir?" pikirnya sambil menghela napas.

Namun, ia tidak menyerah.

Jika semut lain bisa berkembang dan berevolusi, maka ia juga bisa.

Hari ini mungkin belum berhasil, tetapi besok, siapa tahu?

Dengan tekad baru, Ryzef kembali mencoba sebelum kata besok menjadi sekarang.

...~𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚋𝚞𝚗𝚐~...

Terpopuler

Comments

vip

vip

nih alur santai kah thor?

2025-02-12

2

pemula

pemula

lanjut

2025-02-12

2

~sya

~sya

sarapan ditemani Ryzef

2025-02-12

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!