Menjadi Bahan Gosip

Mikael menjalankan mobilnya perlahan, menyusuri jalanan yang masih ia ingat dengan jelas. Semalam, ia mengantar Wilda pulang, dan jalan menuju rumah wanita itu masih terekam dengan baik di benaknya. Beberapa saat kemudian, mobil Mikael berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana namun terlihat asri. Rumah itu tampak familiar, ia yakin inilah rumah Wilda. Mikael menarik napas dalam-dalam, jantungnya berdebar kencang. Ia ragu untuk turun dari mobil, namun rasa penasarannya mengalahkan keraguannya.

"Aku harus bertemu dengannya," gumam Mikael dalam hati. "Aku ingin tahu lebih banyak tentang Wilda."

Mikael membuka pintu mobil dan keluar. Ia berjalan perlahan menuju gerbang rumah Wilda. Saat ia sudah hampir sampai di depan gerbang, ia melihat Wilda sedang menyapu teras rumah.

Mikael tertegun. Pemandangan di depannya membuatnya terpana. Wilda terlihat sangat cantik dan anggun dengan pakaian yang sederhana. Rambutnya yang panjang terurai indah, dan wajahnya yang terlihat teduh membuat Mikael semakin terpesona.

Mikael tidak jadi turun dari mobilnya. Ia hanya berdiri di tempatnya, memperhatikan Wilda dengan tatapan kagum. Ia tidak ingin mengganggu wanita itu.

"Dia benar-benar wanita yang luar biasa," batin Mikael. "Aku tidak salah memilihnya."

Mikael terus memperhatikan Wilda sampai wanita itu selesai menyapu teras rumah. Setelah itu, Wilda masuk ke dalam rumah. Mikael menghela napas panjang. Ia merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan Wilda. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan melakukan segala cara untuk bisa mengenal wanita itu lebih dekat.

"Aku akan kembali lagi nanti," gumam Mikael.

"Aku akan mencari cara untuk bisa berbicara dengan Wilda."

Mikael kemudian kembali masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan rumah Wilda.

****

Pagi itu, warung nasi uduk Nurjannah sudah ramai dipenuhi pembeli. Aroma nasi uduk yang gurih dan gorengan yang renyah mengundang selera siapa saja yang menciumnya. Wilda dengan cekatan melayani pembeli yang datang silih berganti. Senyum ramah selalu ia berikan kepada setiap pelanggannya. Namun, di antara keramaian itu, ada beberapa ibu-ibu yang berbisik-bisik sambil melirik ke arah Wilda. Mereka adalah ibu-ibu yang dikenal suka bergosip dan membicarakan orang lain.

"Itu kan Wilda, anaknya Bu Nurjannah?" bisik seorang ibu kepada temannya.

"Iya, yang waktu itu pulang sama bule itu kan?" timpal ibu yang lain.

"Iya, padahal anaknya rajin salat dan mengaji, tapi kok malah pulang sama bule," sahut ibu yang lainnya lagi dengan nada sinis.

Ibu Emi, yang dikenal sebagai biang gosip di kampung itu, tidak mau ketinggalan. Ia ikut nimbrung dalam percakapan ibu-ibu itu.

"Saya juga heran, Bu," kata Ibu Emi dengan nada penuh sindiran. "Padahal Wilda itu anaknya alim, tapi kok malah ..."

Ibu Emi tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia sengaja menggantungkan kata-katanya agar ibu-ibu yang lain semakin penasaran.

"Malah apa, Bu?" tanya seorang ibu dengan nada penasaran.

"Ah, sudahlah," kata Ibu Emi sambil tersenyum misterius. "Nanti juga pada tahu sendiri."

Ibu-ibu itu semakin penasaran dengan apa yang dimaksud oleh Ibu Emi. Mereka terus berbisik-bisik dan menebak-nebak tentang apa yang terjadi antara Wilda dan bule tersebut.

Wilda yang mendengar percakapan ibu-ibu itu merasa sangat tidak nyaman. Ia tahu mereka sedang membicarakannya. Ia merasa malu dan harga dirinya seperti diinjak-injak.

****

Siang itu, setelah warung nasi uduk Nurjannah tutup, Wilda dan ibunya sedang membereskan sisa dagangan. Tiba-tiba, Ibu Emi datang menghampiri mereka dengan wajah sinis.

"Bu Nurjannah, saya mau bicara sebentar," kata Ibu Emi dengan nada nyinyir.

Nurjannah yang sudah merasa tidak enak dengan gelagat Ibu Emi, hanya mengangguk enggan meladeni, Nurjannah tetap melanjutkan pekerjaannya.

"Saya dengar, anak Ibu pulang dengan bule semalam?" tanya Ibu Emi dengan nada Frontal.

Wilda yang mendengar pertanyaan itu, langsung menunduk malu. Ia tahu Ibu Emi sedang menyindirnya.

"Iya, Bu," jawab Nurjannah dengan tenang. "Anak saya memang pulang dengan seorang pria bule. Tapi, dia bukan orang yang tidak-tidak."

"Ah, masa sih?" sahut Ibu Emi dengan nada tidak percaya. "Zaman sekarang, mana ada bule yang benar."

Nurjannah mulai tidak terima dengan omongan Ibu Emi. Ia tidak mau anaknya difitnah oleh ibu-ibu tukang gosip itu.

"Bu Emi, tolong jangan bicara seperti itu," kata Nurjannah dengan nada tegas. "Anak saya tidak mungkin melakukan hal yang tidak-tidak."

"Tapi, Bu ...." kata Ibu Emi, mencoba menyanggah.

"Sudah, Bu Emi," potong Nurjannah. "Saya tidak mau berdebat dengan Ibu. Lebih baik Ibu pulang saja."

Ibu Emi masih tidak terima. Ia terus saja menyindir Wilda dan Nurjannah.

"Saya hanya mengingatkan, Bu," kata Ibu Emi dengan nada sinis. "Zaman sekarang banyak perempuan yang tergiur oleh bule."

Nurjannah sudah tidak bisa menahan emosinya. Ia sangat marah dengan omongan Ibu Emi yang sudah keterlaluan.

"Bu Emi, tolong jaga bicara Ibu!" bentak Nurjannah dengan suara keras. "Anak saya bukan perempuan seperti itu!"

Ibu Emi terkejut mendengar bentakan Nurjannah. Ia tidak menyangka Nurjannah akan semarah itu.

"Saya hanya mengingatkan saja, Bu," kata Ibu Emi dengan nada takut. "Saya tidak bermaksud apa-apa."

"Kalau begitu, tolong jangan ingatkan lagi!" kata Nurjannah dengan tegas. "Saya tidak mau anak saya menjadi bahan gunjingan orang lain."

Ibu Emi akhirnya pergi meninggalkan warung nasi uduk Nurjannah dengan perasaan kesal. Ia tidak menyangka Nurjannah akan melawannya.

Sementara itu, Wilda yang mendengar pertengkaran antara ibunya dan Ibu Emi, merasa sangat sedih dan bersalah. Ia tidak mau ibunya sampai bertengkar dengan orang lain hanya karena dirinya.

"Maafkan Wilda, Bu," kata Wilda dengan mata berkaca-kaca. "Gara-gara Wilda, Ibu jadi marah-marah seperti ini."

"Tidak apa-apa, Nak," kata Nurjannah sambil memeluk Wilda. "Ibu hanya tidak mau kamu difitnah oleh orang lain."

"Ibu tahu kamu anak yang baik," lanjut Nurjannah.

"Ibu percaya kamu tidak akan melakukan hal yang tidak-tidak."

Wilda menangis dalam pelukan ibunya. Ia merasa sangat beruntung memiliki ibu yang selalu mendukung dan melindunginya.

"Terima kasih, Bu," kata Wilda dengan suara lirih. "Wilda sayang sama Ibu."

"Ibu juga sayang sama kamu, Nak," kata Nurjannah sambil mencium kening Wilda. "Kamu adalah kebanggaan Ibu."

****

Malam semakin larut, namun Mikael tidak bisa memejamkan mata. Pikirannya terus tertuju pada Wilda. Ia penasaran ingin mengetahui lebih jauh tentang wanita itu. Dengan tekad bulat, Mikael memutuskan untuk mengunjungi rumah Wilda malam ini. Ia sudah menyiapkan sebuah hadiah kecil sebagai tanda perkenalan. Mikael melajukan mobilnya menuju rumah Nurjannah. Ia masih ingat dengan jelas jalan menuju rumah itu.

Beberapa saat kemudian, mobil Mikael berhenti di depan rumah sederhana itu. Mikael menarik napas dalam-dalam dan keluar dari mobil. Ia membawa hadiah yang sudah disiapkannya dan berjalan menuju pintu rumah Nurjannah. Dengan sedikit ragu, Mikael mengetuk pintu rumah itu.

"Selamat malam," ucap Mikael dengan suara lembut.

Tidak lama kemudian, pintu rumah terbuka. Nurjannah, ibu Wilda, muncul di hadapan Mikael.

"Selamat malam," jawab Nurjannah sambil menatap Mikael yang baru pertama kali ia lihat secara langsung malam ini.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

kaya diulang dialog nya soal tetangga yg menggunjing Wilda 🙏🙏

sama... kenapa ditampakkan rambut panjang Wilda saat menyapu teras rumah nya?? bukannya dia di Cerita kan memakai Hijab yaa???

2025-03-10

0

lihat semua
Episodes
1 Rencana Kejutan
2 Soal Hamil
3 Kejutan Sahabat dan Godaan Pada Suami
4 Ibu Minta Datang
5 Jebakan Sang Sahabat
6 Foto Pembuat Curiga
7 Bercerai Jalan Terbaik
8 Pergi Dari Rumah dan Hinaan (Mantan) Mertua
9 Pulang Ke Rumah Ibu
10 Masih Saja Berusaha
11 Pria Asing Baik Hati
12 Menjadi Bahan Gosip
13 Kita Berteman
14 Amarah yang Meluap
15 Usaha Rujuk yang Gagal
16 Petaka Ketika Mertua Datang
17 Membalas Hinaan Karena Tidak Terima
18 Cerai
19 Kehidupan Setelah Berpisah
20 Malam Pertama Gagal
21 Sombongnya Mantan Mertua
22 Nasib Baik Selalu Berpihak
23 Biang Gosip Kena Mental
24 Dendam Bu Emi
25 Hasutan Pembawa Bencana
26 Sang Mantan Mertua Menyimpan Dendam
27 Ketika Dua Wanita Penuh Dendam Bersatu
28 Rumah yang Sudah Rata Dengan Tanah
29 Saya Suka Dia
30 Hasutan yang Seperti Bom Meledak
31 Kembali Tak Tahu Arah
32 Semakin Menjadi
33 Menerima Pinangan Pria Bule
34 Pernikahan Itu Tiba
35 Fakta yang Baru Arya Tahu
36 Bahagia Setelah Menikah
37 Akhirnya Ketahuan dan Adanya Ambisi Jahat
38 Penangkapan Agustine
39 Salat Subuh Berjamaah
40 Talak yang Jatuh
41 Membawa Istri Bersama
42 Tudingan Jahat
43 Siasat Licik Dari Ibu Tiri
44 Wali Kota Turun Tangan
45 Bantuan Untuk Elizabeth
46 Kekuatan Doa
47 Rencana Wilda
48 Ramadhan yang Terasa Berbeda
49 Kuasa Bulan Suci
50 Hukuman Lain Sudah Menanti
51 Bahagia Itu Datang Akhirnya
52 Akhir Kebahagiaan Mereka
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Rencana Kejutan
2
Soal Hamil
3
Kejutan Sahabat dan Godaan Pada Suami
4
Ibu Minta Datang
5
Jebakan Sang Sahabat
6
Foto Pembuat Curiga
7
Bercerai Jalan Terbaik
8
Pergi Dari Rumah dan Hinaan (Mantan) Mertua
9
Pulang Ke Rumah Ibu
10
Masih Saja Berusaha
11
Pria Asing Baik Hati
12
Menjadi Bahan Gosip
13
Kita Berteman
14
Amarah yang Meluap
15
Usaha Rujuk yang Gagal
16
Petaka Ketika Mertua Datang
17
Membalas Hinaan Karena Tidak Terima
18
Cerai
19
Kehidupan Setelah Berpisah
20
Malam Pertama Gagal
21
Sombongnya Mantan Mertua
22
Nasib Baik Selalu Berpihak
23
Biang Gosip Kena Mental
24
Dendam Bu Emi
25
Hasutan Pembawa Bencana
26
Sang Mantan Mertua Menyimpan Dendam
27
Ketika Dua Wanita Penuh Dendam Bersatu
28
Rumah yang Sudah Rata Dengan Tanah
29
Saya Suka Dia
30
Hasutan yang Seperti Bom Meledak
31
Kembali Tak Tahu Arah
32
Semakin Menjadi
33
Menerima Pinangan Pria Bule
34
Pernikahan Itu Tiba
35
Fakta yang Baru Arya Tahu
36
Bahagia Setelah Menikah
37
Akhirnya Ketahuan dan Adanya Ambisi Jahat
38
Penangkapan Agustine
39
Salat Subuh Berjamaah
40
Talak yang Jatuh
41
Membawa Istri Bersama
42
Tudingan Jahat
43
Siasat Licik Dari Ibu Tiri
44
Wali Kota Turun Tangan
45
Bantuan Untuk Elizabeth
46
Kekuatan Doa
47
Rencana Wilda
48
Ramadhan yang Terasa Berbeda
49
Kuasa Bulan Suci
50
Hukuman Lain Sudah Menanti
51
Bahagia Itu Datang Akhirnya
52
Akhir Kebahagiaan Mereka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!