Bu Hamidah mengelus dadanya sambil menarik nafas. Raka yang melihat ibunya mengelus dada bertanya kepada ibunya. Apakah yang sedang difikirkan ibunya hingga mengelus dada dan menarik nafas yang panjang.
Bu Hamidah berkata," Sedih rasanya membayangkan menjadi Santi ." ungkap Bu Hamidah.
" Kehidupannya penuh kurang kasih sayang. "
Raka mencoba membayangkan dan membandingkan dirinya yang sejak kecil selalu dihujani kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Hingga besar pun Raka masih suka bermanja - manja dengan ibunya dan ayahnya.
Raka tak dapat membayangkan jika dirinya Menjadi Santi. Apakah akan sekuat Santi sekarang atau terjerumus ke dasar lubang yang lebih parah.
Raka pun pamit kepada bu Hamidah untuk tidur terlebih dahulu. Bu Hamidah mengizinkan Raka untuk istirahat segera. Bu Hamidah ingin menengok Santi besok maka bu Hamidah memilih istirahat juga di kamarnya.
Raka memasuki kamarnya mengganti bajunya dan niatnya ingin istirahat segera. Tapi saat matanya ingin terpejam Raka membayangkan jika Santi sedang menangis.
" Ya Allah apa yang terjadi, kenapa aku seperti melihat Santi sedang menangis sekarang ?." ungkap Raka yang tiba - tiba menjadi gelisah.
Rasanya Raka ingin sekali mendekap dan menemani Santi setiap saat serta menghapus air mata. Raka pun melakukan wudhu terlebih dahulu baru melakukan sholat istikharah.
Raka seperti mendapat petunjuk jika Santi sedang bersedih. Walau yang sering dilihat Raka adalah Santi yang suka tersenyum. Santi selalu menyimpan lukanya dengan rapat seorang diri.
Tak pernah ada yang tahu seberapa dalam luka yang telah Santi rasakan selama ini. Pandangan orang - orang, ketiada hadiran orang tua, bahkan mantan suaminya memberikan luka fisik dan luka bathin yang paling dalam.
Raka mendoakan Santi semoga mendapatkan jalan keluar atas doa - doanya. Raka juga berdoa semoga Santi adalah jodohnya selamanya.
Sedangkan Santi sejak kecil sudah tidak ada orang tuanya. Tinggal di sebuah panti asuhan serta harus hidup dengan susah payah setelah panti asuhannya terkena gusur.
Sekolah pun hanya tamatan Sd saja. Lalu menikah dengan lelaki yang seharusnya memberikan kasih sayang. Namun mala sering menyakitinya, hanya satu kata untuk santi malang nasibnya.
Santi masih terbaring demam dikamarnya. Walau Santi tidak pernah tahu siapa kedua orang tuannya namun Santi sangat merindukan Ibunya. Yang tak pernah dijumpai atau melihat seperti apa wujud Ibunya.
Santi menangis tergugu seorang diri dimalam yang sunyi. Saat semua orang tidur Santi sangat merindukan ibunya ingin dipeluk dan disayang.
Namun itu hanya harapan Santi saja, untung Santi belum mempunyai anak dengan Tedy selama dua tahun pernikahan. Akan menjadi apa anaknya nanti.
Samsak tinju juga seperti Santi atau lebih parah. Santi menangisi betapa jahatnya mertuanya itu. Sejak menikah dengan Tedy ibu mertuanya sangat membenci Santi yang tidak ketahuan anak siapa atau jelas bibit bobot bebetnya.
Karena setiap anak yang baru lahir tidak dapat memilih siapa orang tua mereka nantinya. Yang ada orang tua akan membentuk anak seperti apa jadinya.
Entahlah apa yang membuat Murni selalu berfikiran seperti orang tua kolot dahulu. Tapi tidak perlu juga sampai ikut menyiksa anak orang juga didepan umum begitu.
Santi ingin sekali bertemu ibu kandungnya. Entah kenapa rasanya Rindu sekali. Padahal belum tentu ibunya juga merindukannya.
Atau mala sengaja membuang Santi di jalan saat itu. Santi kehilangan jejaknya hingga Santi menyerah mencarinya. itu semua digantikan oleh Bu Surti dan Parman yang menghujani Santi dengan kasih sayang yang tak pernah didapatkan sebelumnya.
Santi bersyukur rasa rindu ibunya berkurang dengan sosok Surti yang selalu perhatian dan memberikan kasih sayang layaknya seorang anak. Mungkin terdengar serakah Santi ingin juga disayang oleh orang tua kandungnya.
Bukan dibuang, bukan tak diinginkan. Tapi dihujani kasih sayang, Terdengar klise ya rasanya.
Setelah lelah menangis Santi pun langsung terpejam. Dengan keadaan memeluk guling dan ada sisa air mata dipelupuk matanya.
Pagi Harinya Surti sudah sibuk dengan pekerjaanya di dapur dan menyempatkan menengok keadaan Santi. Surti memegang kening Santi yang masih terasa hangat.
Surti meningggalkan Santi di kamarnya sendiri. Melanjutkan untuk bebersih dan memasak. Santi yang mencium aroma masakan ibu angkatnya pun terbangun.
Santi mencoba bangun dari tempat tidur langsung duduk walau kepalanya masih terasa berat tapi Santi melihat jam sudah menunjukan pukul lima lewat dua puluh menit. Santi belum melakukan sholat shubuh.
Maka Santi mencoba berdiri untuk ke kamar mandi untuk mengambil wudhu baru melaksanakan kewajibannya. Setelah sholat Santi berjalan ke arah dapur mencoba untuk membantu Bu Surti. Namun bu Surti yang melihat langsung menghampiri Santi dan langsung menuntun Santi ketempat duduk.
Bu Surti yang melihat mata Santi yang agak sipit bertanya - tanya dalam hati " apakah Santi habis menangis semalam ya, ya Allah apakah aku telah mengabaikannya ? "
Surti langsung memeluk Santi dengan erat serta berkata " semoga Allah selalu menjagamu dan membahagiakan kamu nanti, setelah melewati berbagai ujian."
" amiiin " Santi langsung menangis karena ucapan Bu Surti.
Mereka sedang berpelukan tiba - tiba pak Parman datang dengan langkah kaki pelan - pelan sudah bisa berjalan lagi. Maka Parman bertanya," Ada apa ini pagi - pagi sudah pada nangis ?"
Bu Surti dan Santi langsung melepaskan pelukannya serta mengusap air mata mereka. Pak Parman langsung ikut duduk di meja makan bersama Surti istrinya dan Santi anak angkatnya.
Surti berkata," Neng di sini saja sama Bapak ya biar ibu yang menyiapkan makan ." Surti menahan pundak Santi yang akan bangun dari tempat duduknya.
Kemudian Surti menyiapkan lauk yang memang sudah matang kedalam wadah dan membawanya ke meja makan. Sedangkan di meja makan Santi dan Parman sedang menunggu.
" Neng sudah mendingan belum ? " tanya Parman.
" Masih pusing - pusing sedikit pak " jawab Santi.
" Nanti kalau panasnya belum turun berobat saja ya, takut ada apa - apa? " perintah Pak Parman karena mencemaskan anak angkatnya.
" Baik pak " jawab Santi.
Surti pun datang dengan membawa piring dan gelas. Semua masakan sudah tersaji di meja makan. Surti menyendokan nasi serta lauk pauk untuk Parman. Santi menunggu giliran untuk menyendok makannya.
Setelah bu Surti menyendokan dirinya sendiri barulah Santi mengambil piring. Santi hanya mengambil nasi sedikit, serta lauk pauk tapi Santi merasa mual perutnya sakit ingin muntah.
Santi langsung berlari ke kamar mandi sebelum mencicipi makanannya. Surti dan Parman merasa kaget. Parman menyuruh Surti untuk mengikuti Santi.
Saat sampai dikamar mandi Santi muntah - muntah lalu dipijitin lehernya oleh Surti. Setelah muntahnya selesai Santi keluar kamar mandi langsung dipapah oleh Bu Surti ke tempat duduk di meja makan.
Santi didudukan di meja makan, Barulah Surti mengambil teh hangat untuk diminum oleh Santi. Santi berterima kasih kepada Bu Surti.
" Neng makan yang ada kuah - kuah angetnya biar enakan perutnya " ucap bu Surti.
Santi hanya mengangguk saja atas perintah Bu Surti. Lalu mencoba makan lagi makanannya. Setelah ditambah kuah sayur oleh bu Surti.
Setelah makan Bu Surti mengantarkan Parman ke kamarnya dan membawa Santi untuk berobat. Saat akan keluar rumah mobil Raka berhenti di depan rumah pak Parman dan Bu Surti.
Keluarlah Raka dan bu Hamidah dari mobil yang berpapasan dengan Surti dan Santi yang baru keluar rumah.
" Assalamualaikum bu mau kemana? " tanya Bu Hamidah.
" walaikumsalam, mau mengantarkan Santi berobat bu" jawab bu Surti.
" oh Santi belum sehat ya? " tanya bu Hamidah.
" belum, maaf ya bu hari ini izin tidak bisa masuk kerja dahulu " jawab Surti.
" iya tidak apa - apa yang penting Santi sehat dahulu, mari saya antarkan ke dokter" bu Hamidah memaklumi dan mencoba membujuk Santi dan Surti untuk mau diantarkan.
Santi dan Surti saling melihat satu sama lain. Mau menolak tapi merasa tidak enak. Mau tak mau mereka pun ikut masuk ke dalam mobil bu Hamidah dan Raka.
Raka yang dari tadi memperhatikan saja pun merasa senang karena Santi mau diantar ke dokter. Raka melajukan mobilnya setelah semua orang masuk ke dalam mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments