Hati Raka rasanya ingin melindunginya. Entah sejak kapan Raka jadi seperti ini terhadap Santi.
Rasanya ada sesuatu yang mendorong Raka ingin melindungi Santi. Namun Raka belum mendapatkan petunjuk dari sholat istikharahnya.
Raka memasuki kantor dengan wajah ditekuk. Sehingga membuat karyawan yang melihatnya merasa takut.
Ingin sekali Raka mendatangi Santi kerumahnya hanya sekedar menghiburnya. Tapi Raka takut jika Santi menolak dan malu terhadapnya.
Apalagi tindakan Raka tadi hampir membuat celaka orang jika tidak ditahan oleh ibunya. Ini kah rasanya jika jatuh cinta fikir Raka.
Surti memasak makanan seorang diri memang biasanya dia akan masak sendiri. Tapi jika ada Santi maka Santi akan segera membantu namun kini Santi sedang bersedih.
Maka Surti memasak dan merapihkan rumahnya sendiri. Surti akhirnya belanja ditukang sayur keliling karena tadi Santi tidak sempat berbelanja.
Setelah matang masakannya Surti membantu Pak Parman untuk makan di meja makan. Lalu surti mendudukan Parman di bangku. Tak lupa Surti juga mengetuk pintu Santi untuk mengajak makan.
Namun Santi diam saja tidak menjawab. Maka Surti langsung membuka pintu ternyata Santi masih tertidur.
Surti ingin membangunkan Santi untuk mengajak Santi makan. Namun santi mengigau memanggil nama " Ibu. "
Surti merasa bingung karena setahu Surti kalau Santi itu anak yatim piatu yang tak tahu dimana ibunya berada.
Surti pun memegang jidat Santi namun terasa panas sekali. Surti langsung keluar kamar mengambil air, baskom dan kompresan.
Pak Parman yang melihat Surti bolak balik pun merasa bingung dan bertanya kepada Surti kenapa membawa air dan baskom. langsung dijawab oleh Surti jika Santi sedang demam. Surti meninggalkan Pak Parman yang terpaku.
Surti memasuki kamar Santi langsung duduk disampingnya dan mengompres kepala Santi.
Setelah mengompres kepala Surti juga mengompres ketiak dan leher Santi. Surti keluar lagi dari kamar Santi membantu Parman untuk makan tapi Parman menolak karena merasa kasihan pada Santi.
Parman menyuruh Surti untuk menyuapi Sarah makan saja daripada mengurusinya. Sebab Parman masih bisa makan sendiri. Surti menuruti kemauan Parman langsung mengambil piring lauk pauk serta sayur untuk Santi.
Surti masuk lagi kekamar Santi dengan membawa nasi dan air minum serta obat penurun panas. Surti mencoba membangunkan Santi untuk makan dan minum. Surti mengoyangkan badan Santi pelan -pelan sambil memanggil nama Santi.
Santi pun membuka matanya namun Santi tidak mau makan. Surti membujuk Santi supaya makan lalu minum obat. Akhirnya Santi menuruti kemauan Surti sebab Santi sudah membawa makan untuknya.
Santi pun disuapin oleh Surti namun baru tiga suap perut Santi terasa mual sebab dari pagi Santi belum sarapan. Lalu Surti memberikan obat dan minum air Putih untuk Santi.
Setelah selesai Santi disuruh tidur lagi Surti pun keluar dari kamar Santi meninggalkan Santi untuk istirahat. Parman pun menanyakan keadaan Santi. Maka Surti memberitahukan jika Santi sudah mau makan dan sudah minum obat.
Nanti sejam lagi Surti akan mengecek keadaan Santi lagi. Parman juga makannya sudah selesai maka Parman diantarkan ke kamar lagi oleh Surti.
Setelah mengantarkan Parman Surti membereskan piring baru Surti makan. Surti menyelesaikan makannya dengan cepat. Karena ingin mengecek keadaan Santi dikamarnya.
Surti membuka pintunya pelan dan berjalan ke arah Santi serta memegang jidatnya yang sudah tidak panas lagi. Surti membiarkan Santi tidur lagi dan meninggalkan Santi di kamarnya.
Santi memikirkan ibunya apakah santi merindukan ibunya ya gumam Surti. Surti sedang duduk dibangku depan rumahnya sambil memikirkan keadaan Santi yang demam dan Parman yang tidak dapat melakukan pekerjaannya.
Saat Surti sedang melamun datang tetangga Surti menegur Surti.
" Bu lagi mikirin apa sampai bengong gitu ? " tanya tetangga Surti.
" eh enggak ce, mau kemana ? " jawab Surti menutupi pikirannya.
" mau ke warung bu, maaf saya mau tanya tadi di pasar si Santi dilabrak oleh mertuanya yang kejam ya? " tanya tetangga Surti.
" Soal itu _ iya ce " jawab Surti tadi ingin menutupinya namun karena sudah tahu ya sudahlah.
" Kok bisa ya ada mertua kayak gitu ya? " tanya tetangga Surti.
" iya ce " jawab Surti.
" Ya sudah bu, saya mau kewarung dulu takut di rumah pada nanyain " pamit tetangga Surti meninggalkan Surti didepan rumahnya.
Surti pun langsung masuk kedalam takut tetangga pada nanyain. Sebab Surti memang tidak mengetahui kejadian pastinya.
Surti orangnya suka menghindari gosip, jarang keluar rumah. Keluar rumah saat mau ke warung dan kepasar saja. Jika ada perlunya maka Surti baru keluar dan saat ada pengajian.
Besok adalah hari kamis saatnya pengajian pasti pada bergosip tentang Santi fikir Surti. Surti hanya pasrah saja dengan keadaannya.
Santi merasa sudah lebih baik dan melihat jam sudah menunjukan pukul dua siang. Santi belum menjalankan sholat zuhur maka Santi langsung mencoba bangun untuk sholat.
Walau masih terasa pusing tapi santi sedang giat - giatnya sholat. Karena diajari lagi oleh Surti tentang tatacara sholat yang benar. Maka Santi berjalan ke Arah kamar mandi yang berada di belakang dapur.
Setelah mengambil wudhu Santi kembali ke kamarnya lagi untuk sholat. Setelah sholat Santi mencoba untuk tidur lagi.
Surti sedang menemani Parman sambil memijat atau mengelus - elus yang terasa sakit dibadan parman. Surti bertanya," kenapa ya, Allah kasih ujian buat keluarga ini begitu berat ? "
" Ibu ini tidak boleh berbicara begitu, kalau Allah menguji umatnya maka Allah mau tahu seberapa dalam iman kita melewatinya ." Parman menegur Surti istrinya.
Surti mengucapkan istigfar didalam hati " Astagfirullah hal azim "
Parman senang Surti akhirnya tidak mengeluh lagi. Dengan keadaan ini karena hidup ini sebagian adalah ujian. Siapa yang dapat menyelesaikan ujiannya maka dia akan lulus. Namun jika dia gagal dalam ujian maka hidupnya akan gagal.
Bu Hamidah membuka matanya karena tadi selesai sholat zuhur sempat tertidur. Bu Hamidah melihat jam sudah menunjukan pukul tiga sore. Maka Bu Hamidah bergegas masak karena sebentar lagi Raka akan pulang.
Bu Hamidah masak sayur sop ayam dan ayam goreng saja. Setelah selesai masak Bu Hamidah langsung mandi dan sholat Asar. Setelah sholat Bu Hamidah mengepel lantai dan dan beberes rumah.
Akhirnya semua pekerjaan selesai. Raka pun sudah pulang sampai di rumah. Raka masuk dan salim langsung terhadap Bu Hamidah.
Raka bertanya bagaimana kabar ibunya hari ini. Bu Hamidah menjawab jika dia baik - baik saja. Bu Hamidah berkata," Kamu mau langsung makan atau bebersih dahulu ?. "
" Aku bebersih dahulu bu biar enak badannya. " jawab Raka meninggalkan Ibunya berlalu.
Raka pun langsung bebersih diri. Setelah bebersih Raka baru menghampiri ibunya untuk makan bersama. Bu Hamidah dan Raka pun makan bersama. Bu Hamidah berkata," bagaimana kabar Santi ya sekarang? "
" saya kurang tahu bu, saya tidak mampir tadi. " jawab Raka.
" Ibu tidak menelepon saja biar tahu " tanya Raka.
" tapi santi tidak punya ponsel, begitu juga Parman dan Surti. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments