Swipe You, Swipe Me
98 jam yang lalu
"Entahlah, lihat besok...."
"Ya, kabari--" sambungan telepon terputus bahkan sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. Dipandangi layar itu sejenak.
Selamat tidur ❤️
Centang satu.
*
69 jam yang lalu
Komuter pada jam pulang kerja tidak pernah seperti komuter pukul sebelas malam yang lengang. Namun, ia tak pernah merasa terganggu ketika jam pulang kantor membuatnya berdempetan. Asalkan wireless di telinga tetap mengalunkan lagu-lagu yang menghiburnya.
私たちのプレイリスト (Watashi tachi pureirisuto) atau Our Playlist menjadi teman terdekat saat mempertahankan diri tetap teguh di atas komuter waktu petang. Our playlist adalah susunan lagu yang mereka rangkai berdua dengan lagu-lagu kesukaan mereka.
Yang dilakukan Tara saat merindukan pacarnya hanya membolak-balik playlist mereka di saat seperti ini. Di telinganya kini berkumandang salah satu lagu anime yang diberikan kekasihnya, Mou Sukoshi oleh Atsumi Saori. Kepalanya mengangguk sesuai dengan tempo lagu itu.
Sesekali tubuhnya terdorong ke depan karena banyaknya penumpang yang turun-naik. Terkadang tubuhnya terseret dan terpojok karena penumpang naik. Sampai seseorang yang berdiri di depannya mempersilahkan Tara menduduki kursi tak bertuan.
Apa yang sedang ia lakukan di sana?
Tara tidak mengecek aplikasi pesannya sejak tadi pagi. Tak ada satu pun pesan dari kekasihnya itu. Dia tak punya alasan untuk membaca satu pun pesan apalagi berkaitan dengan pekerjaan kantor setelah waktu kerja lewat.
Lagu berganti dan di telinganya berkumandang lagu anime lain dari masa kecilnya.
🎶ai sareteta koto e ni kaita you na yuuhi
(Dicintai oleh dirimu bagai lukisan indah senja di sore hari)
naki dashi sou ni natta koto nagusamete kuretatte
(Di saat aku menangis, kaulah yang menghiburku)
hitomi aruki dashita kage sono senaka ni tsuduita hi
(Di saat aku berjalan sendirian, bayanganmu mengikutiku)🎶
"Nee Nande oleh Yoshizawa Rie"
Baginya, seperti itulah Rendi di matanya. Pria yang mendukung segala keputusan positif bagi perkembangan hidup Tara. Pria yang menghiburnya saat ia lupa untuk berbahagia. Pria yang ada saat ia membutuhkan seseorang walau jarak memisahkan mereka. Ia menekan tombol share pada playlist itu dan mengirimkannya pada kekasihnya itu.
Kembali centang satu. Bahkan tak ada foto terpasang pada jendela percakapan mereka. Ini tidak biasanya, pikir Tara. Namun ia mengabaikan. Mungkin saja ia sedang bingung memilih foto yang ingin dipasang.
Terima kasih sudah hadir di hidupku, Ren ❤️
Semangat kerjanya sayang 🥰
Centang satu. Tara menyematkan kalimat itu setelah membagikan lagu yang ia dengarkan.
*
44 jam yang lalu
Tara memandang layar percakapannya, tak ada yang berubah semenjak terakhir ia membagikan sebuah lagu di sana. Rendi pundung lagi? Apa yang terakhir mereka bicarakan? Rasa-rasanya tak ada yang salah.
Jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam dan kantuk melandanya hingga ia tidak tahu jika ia tertidur. Layar percakapan itu masih terbuka. Centangnya berpasangan dan foto pria itu telah muncul. Namun, tak ada indikator biru menyala pada pesan Tara.
*
22 jam yang lalu
"Semalam aku menelepon Acha. Dia bilang dia punya dua tiket lebih untuk pameran Cakrawala Pangrupa. Waktu pamerannya pas setelah aku pulang dari Belitung. Kita pergi?" celoteh Rendi.
"Kau menelepon Acha semalam?"
"Iya, dia menawarkan tiket itu lewat pesan. Makanya, aku meneleponnya untuk memastikan. Pasti akan se-" Tara memotong jawaban Rendi.
"Tak lihat pesanku?"
"Sudah," jawabnya singkat bersamaan dengan indikator menyala biru di layar ponsel Tara. Ia sudah membacanya dua detik yang lalu. Tara mendengus merasa dirinya konyol sekali.
"Ah, ini lagu kesukaanmu," ujar Rendi senang. Entah mengapa ditelinga Tara tawa itu seakan tak tulus.
"Aku mau mandi dulu," responnya.
"Jam 10 malam? Ingatlah kesehatanmu, Tara," pesannya.
Kau malah membuat hatiku tidak sehat Rendi. Bisa-bisanya kau menelepon wanita lain saat aku menunggumu?
"Ya. Sudah, ya," Tara menutup sambungan telepon itu dengan kesal. Ia tidak beranjak ke kamar mandi karena ia sudah melakukannya setengah jam yang lalu.
*
2 jam yang lalu
Hari Sabtu ini layar percakapan tetap sepi seperti 3 hari lalu. Tak ada kata maupun gambar pemiliknya lagi. Ia bergelung di kasur sambil memandangi polaroid Tara dan Rendi saat hubungan mereka resmi berusia 3 bulan. Waktu itu, Rendi baru pulang dari projectnya di Sukabumi. Betapa Tara merindukannya. Ia mencoba menghubunginya namun hasilnya nihil.
Ndud melirik Tara bosan karena setelah Tara pulang kerja, tuannya hanya memandangi polaroid tanpa sedikit memanjakannya dengan gelitik di perut buntalnya. Ndud berpikir untuk mengambil lembaran kertas di tangan tuannya yang sudah menyedot perhatian melebihi dirinya. Ia bangkit dari posisi tengkurap dan menghampiri pembaringan tuannya. Tangan putih itu terulur sambil memegangi kertas yang membuat Ndud cemburu. Dengan tekad bulat...
Harghh!
Ndud berhasil merebut polariod di tangan Tara dan membawanya kabur. "Ndud, kembaliin polaroid-nya sini." Teriak Tara.
Namun, Ndud tetap saja berlari membawa kertas foto itu mengitari ruang tamu. Tara mengejarnya sampai jarak mereka tinggal setengah meter tapi Ndud kembali berhasil meloloskan diri dari antara kedua kaki Tara dan bersembunyi di bawah meja makan.
"Ndud! Gak lucu," bentaknya.
Tara beranjak mendekati meja makan.
"Ada apa sih, Nduk?" tanya Sekar heran karena keributan di sekelilingnya.
"Ndud ambil foto Tara, Ma," jawab Tara. Ia kembali memanggil anjing peliharaannya itu.
Sedikit lagi Tara berhasil menggapai polaroid-nya, Ndud hanya diam di bawah meja. Ia menatap tuannya yang berjuang mengambil kertas tanpa berkedip. Ayo usaha ambil, aku sebal dengan kertas ini. Itulah arti tatapan Ndud.
Tangan Tara gemetar karena jaraknya cukup jauh dengan panjang tangannya. "Ayolah, Ndud," mohon Tara. Ia hanya takut Ndud akan merobek foto itu.
Setelah susah payah, Tara berhasil mengambil foto itu. Alih-alih permasalahan selesai, foto yang berhasil direbut Tara malah menyulutkan kemarahan Ndud.
Grek!
Lengan Tara sukses berada di antara gigi-gigi, Ndud. "NDUD!!!"
***
Air hitam mengalir deras dari kedua bola matanya. Sabtu itu, angin aneh menyapanya di pagi hari sampai ia mengenakan eyeliner untuk membingkai bola matanya. Tak seperti Tara biasanya, Ia enggan bersolek terlalu rupa pada hari kerja hingga saat ini Ia menyesal.
Garis-garis hitam karena air mata melunturkan eyeliner-nya. Ia sudah tak tahu sebab yang mana yang menjadi akibatnya menangis. Entah lengannya yang masih nyut-nyutan karena Ndud yang menggigitnya karena berebut selembar polaroid atau kejut di hatinya saat bibirnya mengucapkan kata putus pada kekasihnya, Rendi.
Tara masih di atas motor, pulang dari klinik untuk mendapatkan pertolongan awal karena gigitan Ndud. Syukur, dokter berkata Ia baik-baik saja karena gigitan yang Tara terima oleh hewan peliharaan bukan anjing liar. Alkohol dan balutan kain kassa melingkar di lengan Tara yang kini memandangi ponselnya hampa.
"Kita putus aja," ucap Tara tercekat. Napas dan air mata seakan tak mengizinkan Ia berkata.
"Kok gitu?" jawab suara berat diujung telepon. "Aku lagi sibuk banget, kamu tau kan? Aku kan tidak bengong seperti kerbau dicucuk hidungnya seharian? Aku kerja."
"Iya," tapi Tara tau dalam hatinya, sesuatu yang lain dalam nada bicara Rendi mengamini intuisinya. "tapi aku ga bisa begini terus."
"Tara, jadi kamu maunya apa?" jawab Rendi sambil mendesah. Ia bingung. Sampai Ia tak sadar telah memegang ponselnya bahkan terlalu keras. "Ponselku mati dan bank daya aku tertinggal. Tidak ada colokan di sekitar sini. Aku... aku,"
Sepanjang Rendi berbicara, Tara menguatkan dirinya untuk berkata tegas, "Kita putus." Tara menahan air matanya jatuh lebih banyak.
Rendi, lelaki baik yang Ia kenal dua tahun belakangan. Mereka LDR. Banyak waktu mereka habiskan bersama menggunakan kuota dari pada berjumpa langsung. Kesibukan dan jarak mengikis perlahan rasa percaya dan membuka lebar gerbang insecurities. Tara paham, tak seharusnya Ia begitu. Tapi sebagai seorang wanita yang tidak tahu kabar kekasihnya, membuat Ia jauh lebih uring-uringan.
Rekan kerjanya sering menanyakan apakah semua baik-baik saja yang dibalas senyuman paksa di bibir Tara, walau akhirnya Ia bergegas ke toilet sambil menggenggam lembaran tisu di tangannya.
Tara tahu, kata putus itu hal terberat yang diucapkannya. Tapi ia tahu, Ia jauh lebih menderita jika harus menunggu kabar dari Rendi yang seakan biasa saja. Diseka wajahnya yang semakin belepotan dan tak keruan. Hatinya gundah tak ingin cepat sampai rumah dan ibunya melihat keadaannya seperti orang yang tak ada harapan hidup, berantakan dan penuh ingus.
Tara memasukkan ponselnya lesu, lalu menyalakan mesin motor. Ia lupa bahwa starter otomatisnya sedang tidak bekerja. Sambil mengumpat kesal Tara turun dan memasang standar ganda lalu mulai menyalakan motor dengan manual. Sampai usahanya yang kesekian, motor tak kunjung menyala. Ia berteriak kesal sambil memukul jok motornya.
"Ah, gini aja lu gak becus," kesalnya pada diri sendiri. "Rendi..." Ia tersedu.
"Mari mbak saya bantu," seorang pemuda yang Tara tak sadari kehadirannya menawarkan bantuan untuk menyalakan motornya.
Tanpa basa basi Tara menyingkir mempersilahkan pemuda itu membantu menyalakan motornya. Tara hanya menunduk tak melihat siapa yang membantunya, Ia masih sadar seburuk apa rupanya sekarang.
Dua kali selak, motor itu hidup. "Ini mbak, sudah." pemuda itu menyingkir mempersilahkan Tara menaiki motornya.
Sambil menarik lendir hidungnya agar Tara dapat berbicara dengan baik, Ia mengucapkan terima kasih tidak jelas sambil mengendikkan kepalanya hormat.
"Gak usah sampai nangis ga bisa hidupin motor, tinggal panggil aja orang di warung-warung, mbak. Banyak. Minta tolong kalau butuh, kita ga bisa selalu kuat sendirian," ujarnya.
"Iya," Tara menjawab. "Makasih lagi, ya, mas."
"Sama-sama, mbak. Untung saya lewat, ya. Hati-hati di jalan, mbak. Diseka matanya, biar liat jalannya jelas."
Tara mengangguk dan tidak tahu harus berkata apa, Ia menurunkan standarnya dan memutar gasnya.
Pemuda itu memperhatikan Tara yang semakin mengecil jauh, Ia tersenyum.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Ditunggu likes, comment, kritik dan sarannya dear readers 🥰
Author notes: This story already been edited.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Yamti Suwadi
siapakah pemuda ini
2022-09-28
2
Aoywxa_
haii kak yonna><
2022-09-25
1
dont kill me
p
2022-08-28
1