15. Batang talas vs serabi.

Nindy sudah tidur dan kini saatnya Bang Danar bicara dengan Papa Harso dan Mama Delia.

"Awal salah itu dari saya Ma. Terus terang hati saya panas, saya sakit hati karena Kei sudah menikah dengan Rico dalam 'tanda kutip'. Lama tidak bertemu Rico, sibuk kerja juga jarak yang jauh buat saya kurang komunikasi. Saya ajak Nindy menikah, secara siri. Surat masih proses tapi sudah terjadi insiden sefatal ini."

"Niat kau benar, tapi kau juga tidak lepas dari salah. Memang jatuhnya tidak zina, tapi ada masalah lain yang timbul karena perkara ini. Kau ini staff Intel kan, Dan. Kenapa pikiranmu 'nggak main' begini????" Tegur Papa Harso.

"Terbawa emosi. Kei menikah dengan sahabat saya sendiri. Hati saya sakit, Pa. Saya kerja keras disini demi dia, nggak main perempuan, nggak judi, nggak mabuk, nggak berantem. Tapi yang saya dapatkan seperti ini." Jawab Bang Danar jujur di hadapan orang tuanya.

Mama Delia dan Papa Harso saling melirik. Mereka melihat keseriusan dalam diri Bang Danar.

"Masalahnya setelah ini kamu bisa cinta atau tidak sama Nindy atau tidak, kasihan Nindy. Apapun yang melatar belakangi kalian. Nindy tetap perempuan." Kata Mama Delia.

"Apa cinta harus di umbar??? Apa harus di publikasikan ke semua orang????"

"Danaar..!!!" Emosi Papa Harso sampai ikut berantakan karena ulah putranya.

Bang Danar terdiam, dirinya paham maksud dari kedua orang tuanya. Mempublikasikan hubungan adalah cara untuk menghindari fitnah. Tapi kesalahan sudah terjadi di awal, dirinya hanya ingin menuntaskan urusan kantor lebih dahulu sebelum melanjutkan publikasi atas hubungannya dengan sang istri.

Papa Harso dan Mama Delia tidak bisa banyak bicara sebab hal ini sudah menjadi keputusan putranya dan lagi putranya kini adalah pria yang sudah menyandang status sebagai seorang suami.

***

"Bang, Nindy pengen sayur batang talas."

"Nanti Abang carikan ya. Sekarang Abang apel dulu." Jawab Bang Danar sembari membenahi kerah pakaiannya.

"Jam berapa, Bang?"

"Setelah apel. Jam delapan ya..!!" Janji Bang Danar.

Nindy menunduk, tidak seperti biasa wajah Nindy berubah murung.

"Sabar, dek. Masa perkara batang talas saja sampai sedih begini." Ujar Bang Danar kemudian mengecup kening Nindy. "Abang berangkat dulu.

...

Pagi hari, Pak Harso sudah siap dengan topi rimba lengkap dengan celurit di tangan.

Para anggota yang melewati kediaman Danton ( Intel ) segera memberi hormat.

"Paaa.. mau kemana??? Istighfar..!!!!" Tanya Bang Danar panik, motornya pun tidak sempat terparkir.

Tadi usai apel, Prada Juna melapor bahwa Pak Harso pergi menuju jalan gang dua membawa clurit. Jelas Bang Danar panik, takut Papanya mencari tau keadaan sekitar karena semalam keadaan Nindy sungguh mengkhawatirkan.

"Kamu yang istighfar..!! Istrimu ngidam."

"Ngawur, Papa jangan bikin situasi..!!! Nikah belum satu bulan. Mana mungkin hamil, Pa." Jawab Bang Danar.

Papa tidak peduli dan tetap melanjutkan langkahnya.

Bang Danar sungguh gemas dan meminta Prada Juna untuk menuju ke rumahnya. Signal yang buruk semakin membuatnya jengkel.

:

"Lama sekali kau Jun. Apa kata istri saya??" Tegur Bang Danar sembari berkacak pinggang.

"Siap.. ijin, Danton. Ibu menunggu batangnya Danton. Di rumah, ibu sudah buat serabi. Ijin, Danton di minta pulang, hanya tinggal menunggu kuah santan saja." Jawab Prada Juan.

Seketika pipi Bang Danar memerah menahan senyum. Ia mengusap rambutnya salah tingkah. Saking grogi nya, Bang Danar sampai menggigit kecil bibirnya.

"Ada apa, Dan?" Tanya Papa Harso sambil menenteng banyaknya batang talas. Ekor matanya melirik Prada Juan.

"Ijin, Komandan..!! Ibu meminta Danton segera pulang, menunggu batang. Ibu juga buat serabi." Keterangan Prada Juan.

Kini lirikan Papa Harso beralih pada putranya yang tidak bisa mengendalikan ekspresi wajahnya. Beliau hanya menggeleng dengan kelakuan putranya.

:

Sampai di rumah, Bang Danar segera menemui Nindy di dalam kamar kemudian memeluknya dari belakang.

"Nindy kangen ya sama Abang??" Ujar Bang Danar penuh percaya diri.

"Apalah, Bang. Malu ada Mama Papa." Kata Nindy sambil melepas pelukan Bang Danar.

"Kenapa malu? mereka juga pernah muda. Lagipula kenapa pesan sama Juna minta Abang segera pulang. Ini sudah Abang bawakan pesananmu. Sekarang mana serabi nya?? Abang yang panjat kelapa deh.. Nindy cari kuah santan, kan??"

Nindy berkedip-kedip dan baru menyadari ternyata suaminya sudah salah mengerti.

"Iiihh Abaaang..!!! Serabinya di dapur. Tadi Nindy yang buat." kata Nindy sambil melepas pelukan Bang Danar.

"Laah.. tadi kamu bilang sama Juna........"

"Salahnya dimana, Bang??? Nindy memang menunggu batang talas, Abang cepat pulang. Kuah santannya masih di siapkan." Jawab Nindy.

Bang Danar menepak selimut di hadapannya dengan kesal. "Aaahh.. kau ini, dekk.. deeekk.. puyeng kepala Abang."

~

Prada Juan dan Papa Harso asyik menikmati serabi buatan Nindy di teras depan rumah. Sedangkan Bang Danar malah cemberut seakan menyimpan wajah kesal.

"Enak nggak Jun??"

"Siaap.. enak sekali, Komandan." Puji Prada Juna.

"Tadi saya cari batang talas yang besar, super besar untuk mantu kesayangan. Nggak nganggur, kan. Eehh di rumah sudah ada serabi kuah santan. Paaass angeetnyaa, mana semalam selesai hujan." Celetuk Papa Harso, mungkin setengah menyindir.

"Siap..!! Ibu Danton memang the best, komandan. Serabinya legit sekali." Prada Juna menimpali tanpa paham bagaimana situasi perasaan Bang Danar saat ini.

"Oiya donk.. lembut sekali, kan. Mana bulat-bulat gemuk begini."

"Paaa.. berhenti bahas serabi bulat gemuk. Dari jaman nenek moyang juga serabi bentuknya bulat gemuk, nggak ada yang segi lima atau lipat dua." Jawab Bang Danar kesal.

"Abaaang.. tolongin Nindy, donk..!!" Pinta Nindy dari dalam kamar.

"Apa?? Abang masih telan bulat-bulat serabi mu."

"Tolong tarik ini, Bang." Pinta Nindy lagi.

"Aaahh.. ada-ada saja Bu Danton ini. Apalah yang mau di tarik di dalam kamar. Gerutunya sambil mengunyah gigitan serabi terakhirnya dan masuk ke dalam kamar. "Apa Neng????" Tanya Bang Danar malas. "Waaaaaooowww..!!" Secepatnya Bang Danar menutup pintunya rapat, cemas Papa atau Prada Juna sampai melihatnya.

Bang Danar meneguk air minum di atas nakas hingga habis tak bersisa lalu menyambar Nindy dan menumbangkan di atas tempat tidur.

"Abang mau apa? Nindy haid."

"Jabang bayiiii, karepmu piye to dek???" Rasanya ubun-ubun Bang Danar terasa terbelah merasakan ada saja penghalang pendekatannya hari ini.

"Nindy hanya mau tanya, baju ini bagus atau tidak?" Kata Nindy.

"Bagus lagi nggak usah pakai." Jawab geram Bang Danar sampai mengacak rambutnya.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

sri wulandari

sri wulandari

Ampun tenan abang danarrr sabarrr/Facepalm//Facepalm/

2025-02-09

1

Sindy Sintia

Sindy Sintia

kayaknya Nindy hamil dan itu flek bukan haid

2025-02-09

1

May Suri

May Suri

y ampun bang dah engk tahan y....😁😁

2025-02-10

1

lihat semua
Episodes
1 1. Wanita gila.
2 2. Tragedi malam ini.
3 3. Pertanyaan belum terjawab.
4 4. Baru di rasakan dalam hidup.
5 5. Batalyon pulau karang.
6 6. Memupuk rasa cinta.
7 7.Malam penuh cinta.
8 8. Karena godaan setan.
9 9. Berkah tersembunyi.
10 10. Sedikit redam.
11 11. Proses pengajuan terakhir.
12 12. Membela mati-matian ( 1 ).
13 13. Berdebat dengan keadaan.
14 14. Sosok yang ditakuti.
15 15. Batang talas vs serabi.
16 16. Bersama keluarga.
17 17. Memahami isi hati.
18 18. Salah sasaran.
19 19. Pak Danton syok berat.
20 20. Sayang sekali.
21 21. Harga yang harus di bayar.
22 22. Menguak teka-teki.
23 23. Sakit terdalam.
24 24. Di usaikan.
25 25. Benar-benar selesai.
26 26. Perkenalan di Kompi.
27 27. Bu Danton ngambek.
28 28. Insiden bukit.
29 29. Tidak tahan cemburu.
30 30. Menata hati.
31 31. Permintaan kecil.
32 32. Tidak terduga.
33 33. Di manjakan.
34 34. Benda sumber masalah.
35 35. Ngambek.
36 36. Jalan-jalan.
37 37. Cinta yang indah.
38 38. Mendadak pulang.
39 39. Belum kembali.
40 40. Situasi puncak.
41 41. Menjaga dia.
42 42. Langit runtuh.
43 43. Hidup harus terus berjalan.
44 44. Melanjutkan hidup.
45 45. Panik.
46 46. Inilah hidup.
47 47. Sudah waktunya.
48 48. Situasi melunak.
49 49. Demi buah hati.
50 50. Cinta hingga ke langit.
51 51. Senyum indah bersamamu.
52 52. Pertemuan pertama.
53 53. Tatap muka.
54 54. Salah jalan ( 1 ).
55 55. Bujukan.
56 56. Maling kambing.
57 57. Takdir hidup.
58 58. Syok.
59 59. Syok ( 2 ).
60 60. Ajakan damai.
61 61. Perasaan tidak biasa.
62 62. Demi menjelaskan status.
63 63. Tuntas.
64 64. Mulai lembar baru.
65 65. Barang yang hilang.
66 66. Tipuan kecil.
67 67. Sayang.
68 68. Menyelami hati.
69 69. Tiba-tiba geram.
70 70. Danki kepanasan.
71 71. Khilaf ( 1 ).
72 72. Bertengkar ( lagi ).
73 73. Curiga.
74 74. Tegang.
75 75. Terbawa perasaan.
76 76. Rasanya jadi bapak.
77 77. Hari ini.
78 78. Waspada.
79 79. Danar Shila.
80 80. Gelisah.
81 81. Rasa yang berbeda.
Episodes

Updated 81 Episodes

1
1. Wanita gila.
2
2. Tragedi malam ini.
3
3. Pertanyaan belum terjawab.
4
4. Baru di rasakan dalam hidup.
5
5. Batalyon pulau karang.
6
6. Memupuk rasa cinta.
7
7.Malam penuh cinta.
8
8. Karena godaan setan.
9
9. Berkah tersembunyi.
10
10. Sedikit redam.
11
11. Proses pengajuan terakhir.
12
12. Membela mati-matian ( 1 ).
13
13. Berdebat dengan keadaan.
14
14. Sosok yang ditakuti.
15
15. Batang talas vs serabi.
16
16. Bersama keluarga.
17
17. Memahami isi hati.
18
18. Salah sasaran.
19
19. Pak Danton syok berat.
20
20. Sayang sekali.
21
21. Harga yang harus di bayar.
22
22. Menguak teka-teki.
23
23. Sakit terdalam.
24
24. Di usaikan.
25
25. Benar-benar selesai.
26
26. Perkenalan di Kompi.
27
27. Bu Danton ngambek.
28
28. Insiden bukit.
29
29. Tidak tahan cemburu.
30
30. Menata hati.
31
31. Permintaan kecil.
32
32. Tidak terduga.
33
33. Di manjakan.
34
34. Benda sumber masalah.
35
35. Ngambek.
36
36. Jalan-jalan.
37
37. Cinta yang indah.
38
38. Mendadak pulang.
39
39. Belum kembali.
40
40. Situasi puncak.
41
41. Menjaga dia.
42
42. Langit runtuh.
43
43. Hidup harus terus berjalan.
44
44. Melanjutkan hidup.
45
45. Panik.
46
46. Inilah hidup.
47
47. Sudah waktunya.
48
48. Situasi melunak.
49
49. Demi buah hati.
50
50. Cinta hingga ke langit.
51
51. Senyum indah bersamamu.
52
52. Pertemuan pertama.
53
53. Tatap muka.
54
54. Salah jalan ( 1 ).
55
55. Bujukan.
56
56. Maling kambing.
57
57. Takdir hidup.
58
58. Syok.
59
59. Syok ( 2 ).
60
60. Ajakan damai.
61
61. Perasaan tidak biasa.
62
62. Demi menjelaskan status.
63
63. Tuntas.
64
64. Mulai lembar baru.
65
65. Barang yang hilang.
66
66. Tipuan kecil.
67
67. Sayang.
68
68. Menyelami hati.
69
69. Tiba-tiba geram.
70
70. Danki kepanasan.
71
71. Khilaf ( 1 ).
72
72. Bertengkar ( lagi ).
73
73. Curiga.
74
74. Tegang.
75
75. Terbawa perasaan.
76
76. Rasanya jadi bapak.
77
77. Hari ini.
78
78. Waspada.
79
79. Danar Shila.
80
80. Gelisah.
81
81. Rasa yang berbeda.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!