"Zara."
"Emm.."
"Sebenarnya ada sesuatu yang mengganggu fikiran ku sejak tadi," ucapku yang ingin segera menuntaskan rasa penasaran ku.
"Apa itu ?"
"Tapi sepertinya tidak sopan jika aku berbicara dengan cara membelakangimu seperti ini." sepertinya ucapanku akan menimbulkan kesalah pahaman pada Zara. Aku tidak bermaksud untuk menggodanya, hanya saja aku merasa tidak nyaman jika tidak bertatap muka langsung apalagi orang itu Adalah Zara.
"Bukankah sejak tadi kita sudah berbicara? Jangan macam macam Zach. Apa kau lupa? aku punya pedang beracun, dan aku tidak akan segan menusukan nya padamu." ucap Zara mencoba mengancamku. Sesuai dugaan ku dia pasti salah paham, tapi pernyataannya justru membuatku tertawa lepas. Dan jika aku sudah tertawa lepas, itu artinya ada orang yang menderita.
"Sepertinya kau lupa opsi lain Zara, kau tau aku memiliki kemampuan prediksi dan bisa membaca pikiran mu itu artinya aku bisa menangkis serangan pedang mu itu dengan mudah, tapi bagaimana dengan dirimu sendiri?" aku sengaja menghentikan ucapan ku dan berpura pura berfikir keras. Lalu menyungging kan seringai jahatku. "Jika kau menyerangku saat ini, aku bukan hanya bisa melihat tubuhmu yang polos itu. Aku bahkan bisa menyentuh nya." Sambungku, dan aku yakin saat ini Zara terdiam karna mencerna setiap ucapan ku. Sayangnya aku tidak bisa melihat wajahnya yang mungkin sudah semerah tomat.
"Huuhhhff... Baiklah. Kau boleh berbalik. Tapi ingat batasanmu."
Mendengar ucapan Zara membuatku tersenyum penuh kemenangan. "Keputusan yang bijak." ucapku segera memutar tubuhku menghadap nya. Meskipun wajah nya terlihat datar tapi aku bisa melihat semburat merah mewarnai pipi nya. Sepertinya Zara menahan nya sekuat tenaga, agar tidak terlihat gugup di hadapan ku.
Aku menelan saliva ku. Melihat pemandangan yang begitu indah di hadapan ku. Jarak kami tidak terlalu jauh, hanya sekitar beberapa langkah saja. Meskipun tubuhnya di telan air sampai ke leher, tapi air sungai ini cukup jernih, aku masih bisa melihat tubuhnya yang putih mulus. Sampai aku mengerjap kan mataku beberapa kali seperti orang tolol.
"Berhenti menatap ku seperti itu. Dan buang fikiran kotormu Zach." ucap Zara tajam. Aku langsung tersentak kaget.
"Sial. Aku sudah seperti anak kecil yang tertangkap basah mengintip seorang wanita." Aku hanya bisa berdehem untuk menghilangkan kegugupan ku.
"Jadi apa sebenarnya yang ingin kau bicarakan." ucap Zara yang sepertinya ingin mempercepat pembicaraan ini. "Ee.. Aku hanya heran. Kenapa pedangmu selalu ada setiap kali kau membutuhkan, bukankah saat kita di sekap bahkan kau pernah di culik penyihir pedang mu selalu tertinggal." ucapku heran. Dan aku tidak menduga bahwa pertanyaan ku membuat nya mengumpat kesal.
"Dasarr Vampir mesum !!. Jadi kau mengancamku hanya ingin menanyakan hal ini? " ucap Zara sedikit berteriak. Entah mengapa lidah ku terlalu keluh untuk memprotes ucapan nya.
"Ya ." dan akhirnya hanya kata itulah yang keluar dari mulutku, sambil mengangguk seperti anak kecil yang polos.
"Aku juga tidak tau. Saat aku lahir, ayahku menemukan pedang itu sudah berada di dekatku, entah dari mana datangnya. Lalu ayahku mengambilnya untuk dijadikan senjata saat perang . Tadinya ayahku fikir itu hanya pedang biasa, jadi dia menciptakan racun di ujung pedang itu. Sampai akhirnya ayahku menyadari bahwa itu bukanlah pedang biasa karna selalu mengikuti ku kemana pun aku pergi. Ayahku fikir bahwa pedang itu sepertinya memang di takdirkan untukku. Jadi, sejak saat itu ayahku menyerahkan pedang itu padaku."
Aku hanya mengangguk pelan mendengar nya. Rasa penasaran ku sepertinya sudah teratasi meskipun belum terlalu memuaskan. Tapi ya, sudahlah. aku rasa itu tidak terlalu penting.
"Apa tidak ada lagi yang ingin kau tanyakan? Aku ingin segera memakai pakaian ku." ucap Zara tidak sabar.
"Yasudah. Pakai saja pakaian mu, apa masalah nya." ucapku santai sambil mengangkat bahu, sengaja membuatnya kembali kesal, Dan benar saja, aku bisa mendengar Zara mengerang seperti akan meledak.
"ZACHHHH......"
Aku kembali tertawa melihat ekspresinya yang menurutku terlihat seperti kucing kecil yang sedang mengamuk. Sangat menggemaskan. "Baiklah. Baik." Aku mengangkat tangan tanda menyerah dan segera membalik tubuhku untuk membelakangi nya lagi.
***
" Apa kau sudah selesai."
"Ya."
Aku kembali terpaku melihat Zara memeras rambutnya yang masih basah. Sexy. Gumam ku yang pastinya tidak terdengar oleh Zara. Jika terus begini, aku tidak bisa menjamin untuk menahan diriku agar tidak menerkam nya. Semakin lama bersama Zara, membuatku semakin terikat padanya. Wanita ini seperti sebuah Anugrah bagiku.
"Kau sepertinya sangat betah berada di dalam air." ucap Zara melemparkan kan senyuman mengejek padaku. "Aku masih belum selesai membersihkan tubuhku. Apa kau mau membantuku?" kataku sengaja menggoda nya.
"Tidak." ucap Zara ketus.
"Bukankah aku pernah membantumu membersih kan diri, apa kau tidak ingin membalas kebaikan ku waktu itu Zara."
"Tidak. Sudah, lupakan kejadian itu. Aku yakin kau hanya mengambil kesempatan saat itu Zach, jika saja fikiranmu itu bisa di baca. Pasti semua orang tau apa yang ada di dalam otak mesummu itu." ucap Zara pedas, tapi sama sekali tidak membuat ku tersinggung. Aku malah tidak tahan untuk menaikan sudut bibir ku mendengar nya.
"Berhentilah mengatakan hal seperti itu padaku Zara. Kau bahkan tidak tau bagaimana mesum ku itu yang sebenarnya." ucapku lembut dengan nada menggoda. Aku bisa melihat Zara bergidik ngeri mendengar nya.
"Sebaiknya kau segera menyelesai kan ritualmu itu. Kau sudah seperti anak perawan. Menghabiskan waktu berjam jam hanya untuk membersihkan diri."
Aku hanya mendengus mendengar ocehan Zara yang menurutku tidak berbobot itu. Mana ada vampir perawan. Rata rata mahkluk penghisap darah wanita yang pernah kutemui tidak ada yang perawan. Para vampir wanita selalu menjajahkan tubuh nya dimana mana. Mungkin karna usia mereka yang telah ratusan tahun itu, jadi tidak ada vampir yang tidak berpengalaman. Dan aku rasa peri maupun penyihir juga seperti itu.
Akupun beranjak ingin memakai pakaianku. Baru saja beberapa langkah naik, aku mendengar teriakan Zara yang memekakkan telingaku. Sontak aku menutup telinga dengan kedua tanganku. Aku tidak menyangka mulut kecil yang dimiliki Zara bisa menghasilkan suara yang begitu keras. Dan membuat telingaku terasa sakit.
"AAAAAAAAAAAAAaaaaaaa........, DASAR KAU VAMPIR MESUM , APA YANG KAU LAKUKAN........"
"Aku ingin memakai pakaian ku. Memangnya apa?" ucapku santai.
" DASAR KAU VAMPIR TIDAK TAU MALU, ooh astaga, mataku yang malang....." ucap Zara menutup matanya. Aku hanya terkekeh geli melihat nya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
🍫Bad Mood 🍰
like ke 2
2020-12-31
0
ᴘɪᴘɪᴡ ❶ ࿐ཽ༵ ᴮᴼˢˢ
keren bgt vampir nya 😂😂
2020-10-15
0
ayyona
boom like duyu akak 😎😍😘
2020-10-03
0