"Kenapa kau mengajakku kesini?" tanya Khazayn pada Sera yang telah duduk manis dibangku taman.
"Jika kau tidak mau, maka pergilah. Aku masih ingin disini," saut Sera ketus.
"Ck, kau ini sinting atau apa? Berada ditaman seperti gelandangan dijam seperti ini. Kau tahu, ini sudah pukul dua dini hari!!" Khazayn berdecak sebal dengan sikap kekanakkan wanita ini. Dan bodohnya, bukannya marah ia malah setuju untuk duduk sebentar di sana.
"Aku tahu. Justru itu aku kesini," sautnya santai dengan menyandarkan tubuhnya dan merenggangkan semua ototnya yang terasa kaku.
Melihat wajah Khazayn yang kesal membuat Sera kembali menaikan sudut bibirnya. "Tuan iblis, kemarilah." Sera menggerakkan tangannya agar Khazayn duduk disebelahnya.
"Aku suka datang kesini dijam seperti ini, karena dijam seperti inilah tempat ini sepi."
"Kau tidak suka keramaian?" Khazayn bertanya serius padanya. Dan Sera menggeleng keras.
"Tidak juga. Aku hanya merasa ditempat ini aku bisa merasa sedikit lebih tenang. Melupakan sejenak semua masalah dan kesedihanku sampai aku merasa lega. Aku menyukai lampu indah yang menerangi taman ini. Dimalam hari, Tempat ini terlihat jauh lebih indah."
Sera menghentikan ucapannya dan menunjuk kesebuah lampu warna-warni yang ada diatas tempat itu.
"Lihatlah ... Gabungan antara lampu itu terlihat indah bukan? Setiap kali aku melihatnya, aku merasa mereka sedang menghiburku." Sera tersenyum lembut memandangnya. Sementara Khazayn menatap biasa saja pada lampu itu. Khazayn justru lebih tertarik pada senyuman Sera yang menghiasi wajahnya. Kecantikannya terlihat jelas saat dia tersenyum. Hingga Khazayn merasa betah memandangnya berlama-lama. Namun wajah Khazayn tidak berubah. Tetap dingin dan datar, tidak ada senyuman disana.
Lalu tiba-tiba Khazayn teringat pada wanita yang dulu pernah dia lihat duduk ditaman ini seorang diri. ("Apa mungkin itu Sera?") pikirnya.
"Apa kau tidak takut berada disini sendirian? Bagaimana jika kau diperkosa dan dibunuh."
Sera tergelak mendengarnya. "Aku tidak berfikir sejauh itu. Yang ada dipikiranku hanya ingin menyendiri dan merasa damai meski hanya sejenak. Lagi pula, berada dalam bahaya bukanlah hal yang asing bagiku. Aku sudah sering mengalaminya karena ulah kakak tiriku."
"Apa hidupmu sesulit itu?"
Kali ini Sera menatap kedalam manik mata Khazayn. Tatapan nya begitu sendu. Sera bahkan baru menyadari bahwa Khazayn semakin tampan saat dilihat dengan jarak yang lebih dekat seperti itu. Namun Sera segara kembali menatap lurus kedepan untuk menghindari jeratan dari manik mata Khazayn dan memutar kembali memorinya yang dia simpan didalam otaknya.
Ingatannya masih sejernih kristal saat ibunya meninggal akibat Merlyn dan Arnold serta ibu tirinya.
"Ibuku, dia wanita yang luar biasa hebat. Awalnya keluarga kami baik-baik saja. Aku adalah anak tunggal dari ibu dan ayahku. Semuanya berjalan begitu indah, sampai akhirnya ibunya Merlyn yang Entah dari mana tiba-tiba datang memasuki keluarga kami. Dia memohon untuk menjadi pelayan dirumah kami. Karena kasihan, melihat kedua anaknya yang terlantar, ibuku menerimanya. Tapi rupanya mereka memiliki niat terselubung."
Khazayn tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Dia sengaja membiarkan Sera menceritakan semuanya. Entah mengapa dia cukup tertarik dengan hal itu.
"Singkat cerita, ibuku mengalami sakit parah, hingga tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Hal itu langsung dimanfaatkan ibu tiriku untuk menghasut ibuku agar mau berbagi suami dengannya. Karena ibuku tidak bisa melakukan apapun untuk ayahku, Jadi dia menawarkan diri untuk menggantikan posisi ibuku selama dia sakit. Tidak tahu diri memang !! Tapi begitulah kenyataannya. Mendengar hasutan ibu tiriku yang tiada henti, ibuku akhirnya menyetujui rencana gilanya itu. Namun ayahku menolaknya mentah-mentah. Ayahku sangat mencintai ibuku, dia tidak akan pernah mengkhianati nya."
Sera memberi jeda untuk ceritanya dan kembali menghela nafas untuk melanjutkannya. Meski begitu pahit, namun entah mengapa dia sangat ingin membaginya dengan Khazayn.
"Lalu? Apa yang terjadi?"
"Akhirnya ayahku mengalah, Setelah berdebat panjang dengan ibuku. Ibuku menangis, sementara ibu tiriku juga menangis namun tangisannya terlihat dibuat-buat. Aku bisa melihatnya.
Mereka menikah. Sesuai dugaanku sebelumnya, ibu tiri itu sangat jahat. Mereka berubah seratus delapan puluh derajat. Apalagi sejak ibuku meninggal dan ayahku jatuh sakit. Aku diperlakukan secara tidak manusiawi. Mereka merampas semua harta kekayaan keluargaku. Namun bukan itu yang membuatku sakit. Tapi ...
Mereka dengan keji membunuh ayahku, disitulah aku mulai memberontak. Aku mencoba melawan mereka. Meski aku lemah, tapi aku berusaha terlihat kuat dihadapan kedua kakak beradik itu agar mereka berfikir bahwa tidak mudah untuk menghancurkan aku. Sampai akhirnya ibu tiriku meninggal akibat kecelakaan bersama pria lain. Dan mereka menyalahkan aku atas kejadian itu. Aku sendiri bingung dimana letak kesalahanku. Jadi aku berkata asal pada mereka. Bahwa ibu tiriku meninggal karena terlalu banyak dosa, dan Tuhan menghukum nya.
Sontak hal itu membuat mereka marah besar dan kembali menyiksaku. Merasa belum puas, mereka menyeretku untuk dijual dipelelangan malam itu. Tentu saja aku melakukan segala cara untuk kabur. Dan Akhirnya aku berhasil."
Khazayn memperhatikan wajah Sera yang tersenyum puas. Begitu mudahnya bagi gadis ini untuk tersenyum meski semua luka dan trauma telah membekas didalam dirinya.
"Kau mau membalas dendam? Aku bisa membantumu."
Sera tersenyum getir mendengar penawaran Khazayn yang cukup menggiurkan.
"Meski sangat ingin. Tapi aku pikir hal itu tidak akan berguna sama sekali. Membalas dendam hanya akan membuatku semakin teringat dengan masa laluku yang begitu pahit. Jika aku melakukannya maka, apa bedanya aku dengan mereka. Aku hanya ingin hidup tenang, jauh dari dendam. Aku yakin mereka pasti akan menerima akibat dari perbuatan mereka tanpa harus mengotori tanganku untuk membalasnya."
Lagi-lagi Khazayn dibuat terhenyak oleh ucapan gadis ini. Jika yang ada diposisi Sera itu Khazayn. Maka sudah sejak lama dia menyiksa dan membunuh mereka yang telah berani mengganggu kehidupannya.
Khazayn kehabisan kata-kata kali ini. Dia memilih menyandarkan tubuhnya dibangku taman dan menatap sesuatu yang indah diatas sana. Namun dia tidak menganggumi apa yang dilihatnya itu. Dia terlalu sibuk dengan pemikirannya sendiri.
Sejak kapan dia menjadi pendengar yang baik? Sejak kapan dia perduli? Dan yang terpenting, perasaan apa yang saat ini dia rasakan hingga semua rasa sakit yang Sera rasakan seolah ditransferkan padanya. Dia merasakan sakit itu.
Dan akhirnya mereka duduk dibangku taman sampai menjelang fajar tiba. Tenggelam bersama keheningan malam dan pikiran mereka masing-masing. Sera sendiri entah mengapa, tidak lagi merasa takut berada didekat Khazayn. Ketakutannya hilang secara tiba-tiba. Dan berubah menjadi sebuah kenyamanan yang membuatnya merasa terlindungi.
****
Jangan lupa like vote dan hadiah.
See you next capt
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Dhina ♑
nengok Zara lagi
2020-10-25
0
Dhina ♑
Miki jangan jauh-jauh dari Zahra
2020-10-22
0
Hiatus!aku beneran!
lanju
2020-10-12
1