Daddy Tampan
Di kediaman Robert utama Mark saat ini, para pelayan sedang di sibukan dengan acara persiapan untuk acara ulang tahun yang ke 5 tahun putri tunggal Mark Robert yang bernama Naura Robert.
Untuk pertama kalinya, Mark mau merayakan acara besar di kediamannya dalam rangka merayakan ulang tahun putri satu-satunya itu. Kali ini di rayakan secara besar-besaran. Bahkan di liput media setelah acara pernikahannya dahulu.
Mark berdiri di kamarnya menghadap jendela dengan secangkir kopi di tangannya, pria dingin seperti Mark, kini dengan pandangan tanpa arahnya, ia menikmati kopinya sambil memandangi ke luar jendela.
Dari kamarnya ia berdiri yang memperlihatkan keindahan taman di halaman depan rumahnya, saat ini sedang ada banyak para pelayan yang bekerja kesana kemari, menata dan mempersiapkan acara pesta besar besok di hari ulang tahun putri tunggalnya.
"Daddy ...."
Mark mengalihkan pandangannya ke arah suara gadis cantik mungil kesayangannya. Yang kini berlari ke arahnya dengan gaun warna putih selutut dan rambut terurai di bawah bahu.
Gadis cantik yang bernama Naura, kini berlari dengan senyum di wajahnya, ia sangat cantik, berlari naik dan duduk di atas pangkuan ayahnya. Mark menangkapnya dan menggendongnya dengan senyum di wajah tampannya.
Naura tersenyum memandangi wajah tampan ayahnya menggesekan hidungnya dengan hidung milik ayahnya. Mark tampak menyayangi putrinya.
"Gadis Dad ini, sudah cantik! Menemui Daddy membuat Daddy bersemangat saja," ucap Mark.
"Hmm ... Naura mau mengajak Daddy sarapan! Pagi ini, Naura ingin melayani Daddy! Sesuai janji Naura. Jika Naura sudah besar akan menyiapkan sarapan buat Daddy. Ayo, kita sarapan!" ajak Naura tersenyum.
"Apa gadis Daddy ini beneran sudah bisa?" tanya Mark tersenyum tipis.
"Tentu saja Daddy ...."
Elak Naura meyakinkan ayahnya dan turun dari pangkuan Mark dan menarik tangan ayahnya untuk berjalan dan keluar dari kamarnya. Naura tampak bahagia dengan senyum manisnya menarik ayahnya untuk turun dan sarapan bersama.
Mark tersenyum tipis. Ia berjalan dengan tangan di tuntun putrinya itu. Saking senangnya dan cintanya yang besar pada putri satu-satunya itu. Ia menarik tangan putrinya hingga kini ia berjongkok dan menggendong Naura.
Naura tertawa geli ketika ayahnya menggendongnya dan menciumi wajah putrinya itu dengan gemas. Tawa Naura menggema ketika ayahnya menggodanya dengan gemasnya.
Mereka menuruni tangga dengan perlahan dan masih dengan tawa Naura bersama ayahnya. Sesampainya di bawah, Mark melihat Iyas duduk di meja makan dengan malas.
Iyas melihat ke arah Mark dan Naura yang sudah berjalan menghampiri meja makan, Naura melihat ke arah Iyas yang tampak malas dengan wajah di tekuk di meja makan.
"Om! Apa kali ini tante Shela, minta liburan ke Eropa lagi?" tanya Naura.
"Ya ... dia mau membuatku bangkrut!" jawab Iyas malas.
"Jangan bawa Daddyku ya, jika Om bangkrut!" tegas Naura dengan malasnya.
"Eh ... gadis 5 tahun ini makin pintar saja bicaranya! Daddymu itu tentu akan memilihku dari dulu juga," bantah Iyas dengan malasnya.
"Aku tidak bicara iya!" tangkis Mark datar.
"Daddyku mencintaiku!" ucap Naura tersenyum dan memberikan roti yang sudah di beri selai olehnya kepada ayahnya.
"Yah ... yah! Aku tidak akan bangkrut juga! Eh ... punya Om mana sayang?" tanya Iyas.
"Buat sendiri!" jawab Naura datar.
"Naura yang cantik dan manis, bukankah selama ini Om yang selalu bermain denganmu dan menjagamu! Kenapa jadi Daddymu yang mendapatkan perhatianmu?" ucap Iyas.
"Aku tidak ingat tuh!" cetus Naura.
"Hmm baiklah, Om tidak akan memberikan komputer yang kamu minta kemarin dengan permainan yang kamu minta waktu itu!" balas Iyas tersenyum tipis.
"Eh! Iya ... iya aku akan buatkan sarapan buatmu juga pamanku yang tampan," tangkis Naura.
Naura mengambil roti dan memberikannya pada Iyas, roti yang sudah berisi selai dengan senyum terpaksanya pada pamannya itu.
Jika bukan karena sebuah data yang di inginkan Naura, tentang sosok ibu kandungnya yang selama ini tidak pernah ia ketahui.
Naura tidak tahu harus mencari tahu pada siapa lagi, jika bukan pada pamannya itu. Ayahnya Mark tidak pernah memberitahunya tentang siap ibu kandungnya dan darimana asalnya. Bahkan melarang siapapun menceritakan kebenaran tentang ibunya apalagi identitasnya.
Di usianya yang masih terbilang kecil, Naura sudah menjadi anak jenius dengan segala kecerdasannya dan mandiri. Gadis cantik mungil itu tampak ceria di setiap hal. Apalagi ayahnya bahkan memperlakukannya dengan lembut dan juga memperhatikan setiap hal yang di lakukan Naura apapun itu.
Naura terbilang tenang dalam setiap hal. Ia mengikuti setiap cara ayahnya dan menjadikannya panutannya. Ayahnya yang tegas dan tidak banyak berbicara dan juga dengan kemampuannya dalam bidang IT.
Membuat Naura semakin ingin mencari tahu tentang ibunya yang kini sudah meninggal. Bahkan photo ibunya yang hanya satu-satunya saja di dunia. Karena Mark meretas dan menghancurkan setiap identitas apalagi photo milik almarhum istrinya itu. Walau hanya tersisa satu yang hanya ada di kamar Mark yang terpajang di samping ranjang tidurnya Mark.
Tidak ada siapapun yang di perbolehkan masuk ke kamar Mark selain putrinya Naura.
Ia bahkan menyimpan rapih kenangan istrinya di dalam dirinya tanpa memberitahu putrinya itu. Saking dingin dan datarnya Mark terhadap kehidupan pribadinya apalagi wanita yang ia cintai itu.
Naura memilih mengikuti cara ayahnya dan tidak membuat ayahnya kesulitan. Dari sifat dan sikap yang menuruni ayahnya Naura lebih dominan pada ayahnya. Hingga saat ia kecilpun Naura sangat jarang menangis. Karena ia memang gadis yang periang namun sifatnya bisa ia atur dalam situasi apapun.
Di meja makan bahkan gadis berusia 5 tahun bisa dengan elegannya makn dengan baik dan mengikuti ayahnya yang selalu tenang walau hanya makanpun. Naura tersenyum melihat ayahnya makan dengan lahap sarapan buatnnya. Walautanpa ekspresi Mark memakan tanpa melihat putrinya itu.
"Daddy?" tanya Naura dengan senyum manisnya.
"Hmmm," jawab Mark.
"Naura boleh minta hadiah ulang tahun?" tanya Naura lembut.
"Hmmm," jawab Mark dengan makanan di mulutnya dan meminum susu yang di sediakan oleh putrinya.
"Jika pesta sudah berakhir, ditengah malam Naura akan meminta hadiah pada Daddy! Nanti Daddy kabulkan ya?" ucap Naura.
"Hmmm," jawaban Mark masih sama.
Naura mengangguk dan tersenyum mendengar jawaban ayahnya. Walau hanya jawaban yang sama dan itu-itu saja. Tapi Naura tahu ayahnya yang pasti selalu menempati janjinya, walau dengan caranya yang tidak mudah di pahami. Naura sudah tahu cara ayahnya yang tampak datar tapi penyayang itu.
Iyas tersenyum melihat Naura, gadis cantik dan mungil itu mengedipkan sebelah matanya kearah pamannya Iyas. Mereka melakukan sarapan bersama, tanpa berbicara dan dengan rencana di pikiran Naura yang kesana kemari, mencari cara agar ayahnya menepati janji dan memikirkan permintaannya, yang harus dengan hati-hati pada ayahnya itu.
"Kita kemana hari ini?" tanya Iyas.
"Tanya Sekertaris itu!" jawab Mark acuh.
"Astagaa ... Sobat, dia gadis yang manis, apa masih belum tahu namanya juga?" protes Iyas.
Mark tidak menghiraukan ocehan Iyas, yang selalu tidak bermanfaat pembahasannya bagi Mark.
Setelah mereka sarapan bersama, Mark berjalan yang diikuti ole Iyas, untuk menuju ruang kerja Mark. Tempat yang tak jauh dari ruang tamu.
Saat Mark beralih pandangannya ke salah satu sudut rumah. Dia melihat Naura yang sudah makan, gadis itu menaiki tangga rumahnya dengan semangat membuatnya tersenyum ketika melihat anak gadis kesayangannya itu, selalu tampak bahagia setiap saat.
Saat Mark melihat sosok istrinya di dalam diri putrinya itu. Dia terdiam dan mengingat kembali setiap ucapan istrinya, yang mengatakan bahwa Mark harus dengan setulus hati menyayangi putri mereka.
Putri satu-satunya Mark berdiri dengan Iyas di belakangnya. Iyas memperhatikan sahabatnya itu, Mark yang terdiam mengingat dirinya di masa lalu bersama Sisi berada di kamar.
******
Di tahun sebelum lahirnya Naura 6 tahun lalu.
Kembali pada suasana dimana Mark masih bersama dengan mendiang ibu Naura bernama Sisi. Dia sedang duduk di sofa ruang tamu Iya sedang fokus melihat dokumen perusahaannya dengan secangkir kopi di tangannya.
"Aku ingin minta sesuatu padamu bisakah kamu mengabulkannya?" tanya Sisi dengan wajah riangnya.
Sisi merangkul lengan Martk dan duduk di samping Mark bersender di bahunya. Mark masih dengan wajah datarnya dan juga acuh. Ia bahkan tidak menoleh ke arah Sisi sama sekali. Gadis itu dengan perutnya yang semakin membesarnya.
Tapi, tidak mengurangi raut wajahnya yang sangat bahagia berada di samping Mark. Untuk saat ini, mengingat selama ini Mark selalu menolaknya dalam hal apapun.
Namun Mark menerima Sisi dengan syarat tanpa sebuah pernikahan di antara mereka berdua.
"Mark, Apakah kamu, akan mendengarkannya?" tanya Sisi kembali.
"Hmm," jawab Mark tanpa memalingkan wajahnya dari dokumen.
"Aku ingin menikah," ucap Sisi dengan nada serius.
Mark berhenti, lalu ia melihat kearah Sisi yang kini dengan wajah tersenyumnya. Ia memasang senyum di bibirnya ketika Mark dengan sesuka hati menoleh ke arah Sisi.
"Bukankah aku selalu bersamamu itu sudah cukup? Kenapa kamu sekarang malah meminta menikah?" tanya Mark dengan nada serius.
"Tapi aku sangat mencintaimu Mark..., " sendu Sisi.
Mark terdiam, menatap lekat wajah gadis yang ada di sampingnya, namun Mark juga seorang pria yang normal. Ia mengalihkan pandangannya ke arah dada Sisi yang sedikit menonjolkan kepemilikannya dengan pakaian sedikit longgar. Mark tidak menjawabnya, dia malah menarik Sisi ke dalam pangkuannya dan mencium bibir Sisi bahkan mencumbu Sisi dengan ganasnya.
Bagi Mark, bukan hal biasa baginya untuk menyentuh tubuh seorang wanita, namun ia sudah mulai terbiasa dengan keberadaan Sisi, yang selalu ada di sampingnya setiap hari. Bahkan setiap detik. Apalagi dengan penampilan Sisi yang terbilang selalu seksi dengan wajah polosnya.
Sisi selalu berbicara dengan manja kepada mark Mark. Begitupun Mark memanjakan Sisi. Namun Ia tidak pernah sekalipun melakukan apa yang diinginkan oleh wanita itu. Sisi berulang kali meminta Mark, untuk menyatakan cinta kepada dirinya dan juga meminta Mark untuk menikahinya.
Namun bukan Mark yang dingin, Jika ia peka terhadap keinginan seorang wanita. Walaupun, ia sudah berkata langsung apa yang di inginkan Sisi. Tapi Mark tidak pernah melakukan hal yang sesuai dengan kehendaknya. Apalagi Mark selalu mengutamakan ucapan sahabatnya Rendi Anggara. Dibandingkan ucapan orang lain apalagi seorang wanita.
Bagi Mark, wanita tidak terlalu penting dalam hidupnya. Namun mengingat Mark pria normal. Ia hanya memenuhi hasratnya kepada gadis yang selalu ada di setiap saat bersamanya yaitu Sisi. Seorang gadis yang untuk pertama kalinya dia lakukan hubungan intim setelah dirinya yang sangat dingin.
Setelah melepas hasratnya, Mark memeluk erat tubuh Sisi, untuk yang pertama kalinya dengan perut besarnya. Sisi memeluk Mark dan mengecup bibir pria yang ada di hadapannya itu. Ia tersenyum dan menatap lekat wajah pria yang sangat ia cintai itu. Sisi tersenyum lalu menekan makan hidung dengan lembut dan kemasan.
"Aku sangat mencintaimu Mark, walaupun tidak ada pernikahan dalam hidup aku! Tapi aku sangat bahagia bisa selalu berada disampingmu dan aku harap kau akan mencintai anak kita kelak, jangan biarkan dia menderita seperti diriku, hidup tanpa cinta dari orang yang ia cintai," ucap Sisi dengan meneteskan air matanya. Ia menangis dipelukan Mark tanpa bersuara.
Mendengar semua ucapan yang diucapkan perkataan Sisi. Namun Mark enggan untuk membuka kedua matanya. Ia membiarkan gadis itu berada di pelukannya. Tanpa mengurangi pelukannya Mark sedikit tersentuh hatinya, ketika mendengar ucapan gadis yang ada di pelukannya itu.
Mereka berpelukan tanpa helayan berenang, dengan tubuh ditutupi selimut di siang hari. Keduanya tertidur setelah melakukan aktivitas yang memanas di dalam kamar mereka berdua.
Iyas mengejutkan Mark yang teringat akan kejadian di masa lalu, dia tak menjawab dan pergi meninggalkan temannya. Dia memasuki ruang kerjanya, meski Iyas yang terheran melihat sahabatnya terdiam cukup lama, memandangi putrinya, menaiki tangga.
Iyas tidak berani bertanya hal sensitif kepada Mark. Dia sedang dalam keadaan serius, Mark mengingat putrinya apalagi mendiang istrinya yang sudah lama meninggal 5 tahun yang lalu.
Beberapa hari yang akan datang, Mark akan mengabulkan permintaan putri kesayangannya itu, untuk yang pertama kalinya Naura meminta satu hal yang amat penting dan berharga dalam hidupnya. Mark berjalan masuk dan duduk di ruang kerjanya dengan Iyas duduk di sofa memperhatikan sahabatnya Mark.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Msyururriah
maaf untuk penulisan iya atau ia diperbaiki
2022-04-26
1
amalia
penulisan nya di benerin dong
2021-06-12
2
Ard@n
mulai baca
2021-06-05
1