Apa?! Lo di jodohin dan Lo baru tahu jika yang di jodohin itu Si tampan? Eh!! he he he, maksud gue Givano musuh Lo?..." Tanya Sila nyengir kuda. Dia rada-rada kaget tapi juga senang.
Sementara Luna hanya memutar bola matanya malas akan pertanyaan Sila, di bumbui kalimat alay menurut Luna.
"Ia, Lo tau dia tersenyum menang saat melihat gue terkejut saat melihat nya." Ucap Luna kesal. Dia mengambil jus dan meminum nya.
"Oh...., Jadi kamu Si perusak hubungan ku
dan Vano!?" Ujar seorang dari arah belakang.
Luna menoleh.
"Huuuuft... Masalah apa lagi ini." gumam nya pelan.
"Ada apa?..." Tanya nya tanpa basa-basi.
"Cihhhh.., Sombong banget Lo. Gue mau Lo tinggalin Vano!, Dia itu gebetan Gue."
Luna tersenyum licik.
"Hem, baru gebetan kan? Perkenalkan, Gue TUNANGAN nya!." ucap Luna tegas sengaja menekankan kata tunangan.
Tiara meremas erat tangannya. Mau ngamuk tidak mungkin, ia tidak mau citra nya buruk.
"Menikah saja bisa pisah apa lagi cuma tunangan!." Sinisnya tidak mau kalah.
Luna berdiri dan mendekati Tiara. Mengikis jarak keduanya.
"Oh ya!, Terus kenapa nggak di kejar? Kenapa bukan Lo aja yang tunangan sama dia. Lo pikir, Gue tergila-gila ingin bertunangan dengannya? Kalo Lo mau, ambil sana!." Ucap Luna.
"Loooo!" Tiara mencekal lengan Luna.
"Jangan sentuh gue!" Ucap Luna datar.
"Kalau gue mau kenapa?" kini beralih menarik rambut Luna.
Sila merasa tidak enak hati, Dia sangat mengenal Luna. Jika sudah bicara dingin seperti itu maka ....
"Arrrrrrghhh"
Tiara memekik kesakitan, saat kaki nya di injak Luna. Tidak sampai di situ, jus Alpukat yang tadi di minumnya kini telah bersarang di rambut Tiara.
Sila menahan nafasnya terkejut. Begitu cepat gerakan Luna menurutnya. Tanpa sengaja matanya melihat Vano di meja yang tidak begitu jauh dari mereka. Ia melotot tapi Vano meletakkan telunjuknya ke bibir, pertanda supaya Sila tidak memberi tahu keberadaannya.
Tiara terpaku, antara benci,marah dan dendam menjadi satu. Ia malu bukan main, karena rambutnya penuh cairan jus alpukat. Tanpa berkata Ia meninggalkan restoran itu.
"Tunggu!" Ucap Luna. Dan Tiara berhenti melangkah tanpa menoleh.
"Cuma mau ngasi tau, Givano yang Lo kejar-kejar itu dari dulu dia tergila-gila sama Gue, walau pun gue udah tolak beberapa kali. Dan asal Lo tahu, Dia memutuskan pindah ke Belanda karena kecewa sama gue.!
Tiara semakin kesal saja dengan Luna. Ia pun berlalu pergi.
Sementara Vano, Ia tersenyum melihat Luna.
Ia merasa speechless. Menurutnya Luna kern.Dalam rasa kagumnya Vano juga kesal karena Luna malah menyerahkan nya ke Tiara.
"Waaah! Ternyata calon istri hebat juga ternyata." Ucap Vano mendekati meja Luna dan duduk tanpa permisi.
"CK! Datang si biang kerok!." Balas Luna tanpa menoleh ke arah Vano.
"Em Sila kan ya?!" Tunjuk Vano ke Sila. Sila hanya mengangguk. "Lo pulang duluan aja, Tuh supir gue ada di parkiran." Perintahnya tanpa menghiraukan wajah kesal Luna.
"Dia pergi bareng gue, pulang juga bareng. Siapa Lo ngatur-ngatur?..." Suara Luna naik satu oktaf.
"Calon Suami!." Tutur nya Acuh.
Luna tidak lagi menanggapi. Melawan juga percuma.
"Sorry Lun, Gue pamit duluan ya." Sila merasa tidak enak dengan Luna, tapi menolak takut pula akan Vano.
''Ya udah Nggak apa-apa. Maaf ya, Titip salam ke ibu!."
Setelahnya Sila meninggalkan restoran.
Sementara Vano sibuk bertanya ini dan itu, tetapi Luna pura-pura tidak mendengar.
Vano kesal tapi dia tidak kehabisan akal.
Dia mengeluarkan sesuatu dari saku celana nya.
"Hem sayang, kamarin aku nemuin ini Lo! Rancananya mau ku kasih ke kamu." Ucap Vano menahan tawanya.
"Gelang gue? Siniin!, Akhirnya ketemu juga." Tutur Luna mengukuhkan tangannya ke arah gelang.
"Eits!... Enak aja!" Vano kembali menyimpannya."
"Vano, please!, Gue nggak mau bercanda. Itu gelang pemberian terakhir nyokap gue." Ucapnya memelas.
Kasian juga Vano melihatnya.
"Ok! Aku akan kembaliin, asal nanti malam kita ngedate." Tawar Vano.
"Kesempatan dalam kesimpitan" Luna menatap Vano sinis. "Ok! nanti malam jemput gue, tetapi lokasi cari angin nya gue yang nentuin!." Ucap Luna.
"CK! Bukan cari angin sayang, tapi ngeDATE!" Vano sengaja membuat Luna makin kesal dan Vano suka itu.
"Terserah!, Buruan anter gue pulang!." Ucap Luna, Dia segera berdiri dan keluar restoran.
30 menit kemudian motor Vano berhenti di halaman rumah paman.
"Thanks" Ucap Luna, berlalu meninggalkan Vano tanpa menawarkan masuk rumah.
"Astaghfirullah!, Sepertinya ujian kali ini lebih berat." Gumam Vano.
Paman pulang kerja, setelah turun dari motornya Ia mendekati vano.
"Eh Vano, kok nggak masuk nak?" tanya paman.
"Nggak perlu om, Udah sorean juga. Tadi cuman nganterin Luna." tolak Vano halus. Dirinya masih kesal akan tingkah Luna.
"Oh ya sudah kalo gitu kamu hati-hati bawa motornya. Salam buat orang tuamu!."
"Ia paman, Assalamu'alaikum!." Pamit nya dan berlalu pergi.
...🌾🌾🌾🌾🌾...
Tiara tiba di apartemennya.
Dia kembali mengamuk dan marah-marah. Begitulah tabiat Tiara. Karena terbiasa di manja oleh kakek tiri serta papa nya, Ia jadi gadis manja dan egois.
"Sial! Ternyata dia tunangannya Vano. Pantesan Tante Belina tidak menyukaiku. Pokoknya aku tidak mau tau, aku akan mendapatkan Vano dengan cara apapun!." Ucap Tiara berapi-api.
Tiara merasa tersaingi oleh Luna. Apalagi Luna cantik alami tanpa make-up sepertinya, di tambah Luna begitu berani melawannya.
Dia merasa akan kesulitan kali ini. Karena Luna tidak bisa di anggap enteng.
"Aku harus memaksa kakek supaya cepat bekerja sama dengan perusahaan keluarga Vano. Setelah keluarga Vano bangkrut, akan ku pastikan Vano bertekuk lutut pada ku." gumam Tiara tersenyum miring merasa percaya diri.
Setelahnya Tiara menelpon seseorang dan 1 jam kemudian, bel apartemennya berbunyi.
"Ini barang pesanan bos" Ucap orang itu.
"Ok!, jangan sampai kamu ketahuan. Aku nggak mau tau, karena aku sudah membayarmu." balas Tiara.
"Aman!, bos tenang saja." pria itu melangkah meninggalkan apartemen Tiara.
"Ok Vano, kita lihat apa kamu masih bisa menyangkal setelah mommy mu melihat hasil tespek palsu ini?..." gumam Tiara tersenyum licik.
.
.
.
Sementara di balkon kamarnya, seseorang tersenyum melihat layar ponselnya.
Ya!, Dia adalah Aldo. Tadi ketika Dia mengantar Vano makan siang dan Saat melihat Tiara memasuki restoran yang sama. Aldo tidak membuang waktu , Aldo menyambar Alat penyadap suara dan menuju mobil Tiara. Ntah bagaimana caranya, dia membuka pintu mobilnya, kebetulan tas Tiara ketinggalan. Dan dia segera menempelkan di bagian yang tidak terduga oleh Tiara.
"Heh., Tiara-tiara. Dan si kakek, segitu doang kemampuan kakek tua itu! Masa dengan cucu sendiri kejam, sama orang lain baik." Ujar Aldo tersenyum smirk.
Dia kembali membuka ponselnya dan mengirim rekaman suara Tiara ke Vano.
Tidak lama kemudian ponselnya bergetar.
A:"Hallo!..."
V:"Jadi benar yang menawarkan kerja sama itu kakeknya Luna?.." tanya Vano.
A:"Ya begitulah!." jawab Aldo.
V:"Ok!, terima saja tawarannya. Nanti ku pikir cara supaya rencananya itu menjadi Boomerang untuknya sendiri." Ucap Vano mengakhiri sambungan nya.
Tuuuuuuuuut....
"Kebiasaan!, untung bos Lo!." gumam nya kesal. Aldo segera kembali ke kamarnya dan berbaring.
Ternyata temannya Luna itu cantik juga ya!, perasaan dia dulu biasa aja deh!. Eh kok tiba-tiba mikirin dia sih?... Ingat Aldo, di Belanda Bela sudah menunggu mu." Ujar Aldo berbicara dan menjawab sendiri.
.
.
.
.
"Cari informasi dan Identitas tentang gadis itu!. Ingat! Jangan sampai melukainya!."
Asalamualaikum readers🤗
semoga kalian sehat selalu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments