Cerita ke sila

Setelah di usir Vano,tiara terpaksa pulang.

Saat di taksi ia teringat gadis yang datang kerumah Vano tadi pagi mengacau rencana nya.Tiba di apartemen nya Tiara melempar tas dan heels nya ke sembarang arah. Rasa kesalnya masih menyelimuti diri nya. Ia menghancurkan semua benda yang ada di meja riasnya.

"Sialan! Gara-gara gadis itu rencanaku gagal hari ini. Arrrrrrghhh !!" Tiara sangat kesal

"Wajahnya seperti familiar gitu. Siapa ya?..." gumam Tiara mengetuk-ngetuk jari telunjuk nya di dagu.

"Ia benar! Dia mirip mommy." Tiara segera mengambil ponselnya dan menekan layar penggilan.

"Hallo kek."

........

"Iya kek,Tiara nggak salah lihat. Dia itu ada di depan Tiara,masa Tiara salah lihat."

.........

........

"Dan satu lagi kerja sama nya tidak boleh gagal!!!"

Tuttttt......

Setelah mematikan ponsel nya, Tiara menuju kulkas mengambil air dingin dan menenggaknya. Demi menghilangkan rasa panas di hati nya.

"Siapa sih sebenarnya dia? Sepertinya dekat sama Vano. Kelihatan dari dia berani ke rumah keluarga Vano. Belum lagi masalah Mommy nya yang sepertinya nggak menyukaiku selesai, di tambah lagi masalah baru.

Ckkkkkkkk."

🌿 Flashback on🌿

POV Tiara

1 bulan lalu, ketika bosan di rumah aku memutuskan untuk ke apartemen Pria idaman ku. Ia berasal dari Indonesia.

Orangnya pintar,tampan dan baik. Memang seperi itu tipe ku.

Kebetulan aku mendengar, Mommy nya adalah teman SMA mendiang ibu ku.

Jadi semakin gencar niat ku untuk mendapatkannya.

Akuu pikir karena ibu ku dan ibu nya berteman,maka mommy nya akan mudah menerima ku.

Tetapi aku salah. Semua hancur di pertemuan pertama kami.

Saat aku di apartemen Vano, kebetulan hari itu Vano tidak ada karena ke Universitas. Tiba-tiba ada bunyi bel dan mengetuk pintu apartemen itu. Saat aku keluar, aku melihat wanita paruh baya yang cantik dan aku mengatakan kalau dia peminta-minta. Lalu ku kata kan kenapa dia mendatangi apartemen kekasih ku.

Dan saat dia bertanya untuk apa aku berada di apartemen anak nya, di situ aku mulai tidak enak hati. Aku pandangi dia dari bawah hingga atas, ternyata pakaian nya modis dan terlihat sangat cantik di usia yang tidak lagi muda. Aku menyesal kenapa baru sadar dia adalah mommy nya Vano.

Dan aku langsung ngerti kalau dia tidak menyukaiku dari cara berbicara dan cara dia menatapku. Aku mengaku salah di awal pertemuan.

Dan tentang dia menatap ku dari atas ke bawah, sepertinya tidak ada yang salah dengan ku. Pakaian ku modis, sexy dan fashionable. Ya! Itu adalah pakaian yang biasa di kenakan anak muda di negeraku juga negara nya,setahu ku!

Setelah keributan kecil itu,Vano datang. Akhirnya suasana kembali normal walaupun canggung. Lalu aku memutuskan pergi.

Di lobby apartemen aku tersadar jika tas ku ketinggalan. Dan aku kembali, tapi aku tidak sengaja mendengar keributan kecil ibu dan anak itu. Ternyata mereka masih membahas tentang ku dan tentang seorang wanita. Aku lupa nama nya.

Semenjak hari itu,aku bertekad akan melakukan apa pun untuk mendapatkan Givano Bramasta. Termasuk menyuruh kakek ku untuk mengajak perusahaan Vano bekerja sama.

Dan seminggu kemudian, tepatnya (kemarin) aku memutuskan pulang ke Indonesia.

Flashback off

🌾🌾🌾🌾🌾

Pagi di rumah paman

Luna sedang membereskan tempat tidur nya dan lanjut menyetrika beberapa pakaian ya juga pakaian bibi dan paman.

Karena rencana ke rumah Lisa di pending, jadi lah ia bisa bersantai-santai sebelum ke restoran.

"Luna! Kan bibi sudah bilang pakaian bibi dan paman nggak perlu di setrika. Kamu kan setelah ini mau ke rumah Lisa." Ujar bibi. Di tangannya ia membawa nampan berisi teh dan cemilan untuk mereka berdua.

"Nggak apa-apa kok bi, ini juga nggak banyak dan udah selesai nih." Jawab Luna, ia mencabut colokan setrika dan menggulung kabelnya.

"Ya udah sini minum teh!!". Ujar bibi.

Luna mengangguk dan duduk di kursi terpisah bersebelahan dengan sang bibi.

"Ah bibi nggak asik!! masa siaran ikan terbang sih! Melow lagi cerita nya. Sini Luna ganti channel yang bagus." tangan Luna mengambil remote di atas meja.

"Palingan juga ujung-ujungnya channel kamu si mata sipit oppa-oppa itu." ledek bibi.

"Wkwkwk... Ya lumayankan cuci mata." balas Luna nyengir.

"Lama juga ya kita nggak ngobrol dan nonton berdua seperti ini. Semenjak kamu sibuk dengan kuliah akhir mu dan juga karena kamu kerja, kita jadi jarang kayak gini." tutur bibi melow."

"Yaaaaaahhh!! Kok jadi sedih gini sih. Bibi mah." Mata Luna berkaca-kaca. Ia mendekat ke sang bibi dan memeluknya erat.

""Maafin Luna ya bi,karena jarang di rumah akhir-akhir ini." Ucap Luna

Bibi melepaskan pelukan mereka.

"Nggak apa-apa kok sayang, Kamu jangan nyalahin diri kamu sendiri. Bibi hanya sedikit kesepian. Apa lagi nanti ketika kamu sudah menikah, huuuuft." balas bibi menghapus air mata Luna.

"Kok bibi ngomongnya gitu?!. Luna janji jika Luna jadi menikah pasti nanti nya Luna akan sering ke rumah ini, bahkan nginap di sini. Inikan rumah Luna juga!!." Luna mencelupkan kue ke teh dan menyuapi sang bibi.

"Makasih nak!, Oh ya kata nya mau ke restoran. Ayo buruan siap-siap!." bibi mengingatkan Luna

"Astaga!!! Hampir saja Luna lupa kalau saja nggak bibi ingetin." Luna menepuk dahi nya dan berlari ke kamarnya.

Bibi hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala.

5 menit kemudian, Luna telah siap-siap ke restoran calon mertuanya.

"Bi, Luna pamit dulu ya! Assalamu'alaikum." pamit luna

"Hati-hati sayang! Wa'alaikum salam." bibi mengantar Luna hingga depan pagar.

******

Di jalan, tiba-tiba motor Luna mogok.

"Ckkkkkk!! Kenapa sih? Ada aja ujian kesabaran. Nggak tau apa orang lagi buru-buru". gerutu luna kesal

"Heran ya, setiap ketemu Lo pasti sedang mengomel!!." seru seseorang di belakang Luna.

Luna menoleh

"Lo lagi? Gue juga heran, lo itu udah kayak jelangkung. Dimana gue ada masalah Lo pasti ada." Sinis Luna membalas ucap pria yang tak lain adalah dewa tersebut.

Dewa tidak berniat menanggapi ucapan Luna lagi.

"Motor butut ini mogokkan? Ya udah buruan masuk mobil gue." Ajak dewa setelahnya masuk ke mobil tanpa peduli ekspresi kesal Luna.

"Ckkkk! Dasar ya tuh orang! Nawarin nebeng tapi gaya nya songong." cibir Luna tak urung menyusul dewa dan masuk ke mobilnya.

Tanpa mereka sadari, seseorang dari jauh melihat interaksi dan memotret mereka.

Sepanjang perjalanan hanya sunyi sepi.

"Ini kok kayak kuburan ya?! Kok sepi amat?" Ucap Luna membuka obrolan tapi tidak di tanggapi dewa.

"Lo ini manusia atau bukan sih? Di ajak ngobrol diem Bae, atau kuping Lo terganggu?" Oceh Luna tapi si pengemudi tetap diam.

Luna berdecak kesal.

Luna tidak kehabisan ide untuk membalas dewa.

"Atau jangan-jangan Lo belum bisa move setelah beberapa tahun lalu gue tolak?..."

Ckiiiiiiiiiiit....

Umpan Luna berhasil.

"Apa Lo bilang?" tanya dewa dingin.

Luna mengusap tengkuk nya, ia merasa aura di sekitarnya mencekam.

"Udah deh ngaku aja, nggak perlu gengsi!"

Jawab Luna berani. Lebih tepatnya pura-pura berani.

"Ctekkkk!!" Dewa memetik dahi Luna.

"Auwh!." Pekik Luna tertahan "Sakit tau!" Sergah Luna

"Setelah beberapa tahun ternyata seorang Ghaluna Virnia bisa Alay juga dan tingkat kepedeannya juga tingkat tinggi!." Sinis Dewa berbanding terbalik dengan kata hati nya.

"Ya bisa jadi kan Lo menutupi itu, Lo kan tergila-gila sama cewek terkenal SMA!" Ucap Luna PD.

"DULU!!" sekarang yang lebih cantik dan pintar banyak." Balas Dewa sengaja membuat Luna kesal.

"Mana ada maling ngaku! Ya udah turunin gue di depan." Ucap Luna

Mobil berhenti, Luna segera turun tanpa ucapan terima kasih dan berlalu tanpa menoleh ke belakang. Dia menahan tawa.

Sudah terbayang bagaimana kesalnya dewa.

"Dasar cewek aneh." gumam dewa dan mulai menjalankan kendaraannya.

Di luar dugaan Luna Dewa bukannya kesal, tetapi malah geleng-geleng kepala dan tersenyum melihat tingkah Luna.

*****

Sedangkan ada seseorang yang memantau melalui cctv restoran.

Tadi pagi-pagi sekali Vano siap jogging, tiba-tiba ada notifikasi dari no tidak di kenal. Dan isi nya tentang foto seorang wanita dari arah belakang. Awal nya dia tidak peduli, tetapi ketika masuk pesan foto berikutnya, dada nya tiba-tiba bergemuruh.

"Kenapa setiap cerita baru akan di mulai si Dewa 19 itu langsung muncul!" Ucap Vano kesal.

Dia segera menuju ke lantai atas dan masuk ke kamar mandi.

Mandi yang biasanya memakan waktu 15 menit menjadi 8 menit.

Setelah mengenakan pakaian,Vano menyambar kunci Motor sportnya dan melaju kencang menuju arah restoran sang mama.

Tiba di restoran, Ia di pandangi seluruh karyawan nya. Dia merasa ada keanehan tetapi tidak tau kenapa.

"Hmm Ok gue ngerti gue ganteng, nggak pernah juga para karyawan memandang begitu." Ucap Vano dengan kepercayaan dirinya.

Bukan pandangan kagum, tetapi tatapan aneh. Dan lebih parahnya lagi karyawan laki-laki juga melihat.

"Kamu!" tunjuk nya ke seorang pegawainya.

"Saya pak?..." Jawab karyawan yang merasa diri nya di panggil

"Hem, Kenapa kamu dan teman-temanmu memandangi ku seperti itu? Jawab jujur!" Ujar tegas Vano tanpa basa-basi.

"Anu pak bos, eeee itu coba pak bos lihat kaki pak bos". jawab sang pegawai takut.

Tanpa basa-basi, Vano menatap kaki nya dan ia sedikit terkejut. Ternyata ia memakai sandal rumah dan ke balik pula. Tapi bukan Vano namanya jika tidak bisa menutupi rasa malu nya.

Akhirnya Vano masuk ke ruang sang mommy dan berselancar di dunia maya

********

Luna telah tiba di resto Ia langsung menuju ke ruang ganti. Tiba-tiba teman seprofesi nya memanggil.

"Luna, di cari sama bos tuh!." Beritahu nya.

Luna berbalik,dan saat akan bertanya lagi ternyata sang teman sudah pergi

"Bukannya mommy baru pergi kemarin?" tanya Luna pada diri nya sendiri. Luna hanya mengedikkan bahu nya acuh dan setelah ganti pakaian ia segera ke ruangan sang bos.

Saat di depan pintu Luna langsung mengetuk pintu.

Tok..tok..tok....

"Mom, Luna masuk ya!?" Luna segera mendorong pintu. Betapa kaget ia karena di dalam ruangan ternyata bukan calon mertua nya tetapi sang anak alias calon suaminya.

Luna akan berbalik untuk pergi,tetapi pintu sudah terkunci dari luar.

"Sial!" Umpat Luna kesal.

"Ada apa sih?! Gue mau kerja." Sergah Luna mengubah panggilan ke setelan awal.

Vano sedikit terkejut dengan panggilan Luna sudah berubah.

"Mau kerja atau jumpa laki-laki lain di luar?..." Ucap Vano.

"Dasar nggak jelas! Jadi tidak ada yang penting kan? Kalo gitu buka pintu nya, atau." Luna berhenti berkata sejenak dan melirik arah kunci cadangan yang tergantung di samping pintu masuk.

"Atau apa?..." Vano mengikis jarak. Berharap Luna takut dan menyerah.

Luna tersenyum smirk.

"Bugh!!!....."

Aaaaarghkk.....

Tanpa membuat kesempatan Luna menyambar kunci, lalu membuka pintu. seketika ia berhenti melangkah dan berbisik ke Vano.

"CK...ck...ck Kasiaaaaan!!!"

"Semoga masih bisa di gunakan dan segera sembuh sebelum hari pernikahan." Ledek Luna, lalu berlari keluar dengan tawa kemenangan

"Ghaluna Virnia, Awas kamu!." geram Vano. Tangannya mengelus bagian atas antara kedua paha nya.

*****

Pukul 11.05 siang

Setelah izin ke calon mertuanya, Luna tidak jadi kerja.

Takut juga dia jika Vano balas dendam

Dia pun memutuskan untuk ke rumah Sila saja.

"Berhenti di toko kue di depan sebentar ya pak!." Setelah nya Luna turun dan masuk toko.

Di dalam terdapat berbagai macam aneka kue. Luna memilih kue tart saja. Setelah membayar di kasir, Ia keluar dan ke toko sebelah untuk membeli buah-buahan.

"Udah! Ayo pak jalan!" mereka melanjutkan perjalanan

15 menit kemudian Luna telah sampai di depan Gang.

"Udah saya transfer ya pak!?" Setelahnya ia melangkah menuju ke kontrakan Lisa yang tidak terlalu jauh ke dalam Gang.

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikum salam... Eh ada nak Luna! Masuk nak!, Sila nya ada di belakang. Sebentar ya ibu panggil dulu."

"Nggak usah buk, nanti juga nongol. Dia juga udah tau Luna kesini. Luna kesini itu mau jenguk ibuk!." Ucap Luna seraya mengeluarkan kue beserta buah-buahan yang tadi ia beli.

"Nah ini buah buat ibu, kalo kue ini buat Sila. Hari ini dia ulang tahun. Lupa kali dia." ucap Luna terkekeh dan ibunya Lisa hanya tersenyum.

"Kasian Sila, gara-gara mengurus orang tua Bangka ini dirinya jadi melupakan kebahagiaan nya sendiri". Ucap ibu sila. Matanya berkaca-kaca.

"Hust!! Ibu nggak boleh ngomong gitu. Ini sudah menjadi tugas kita sebagai anak. Ya kan lun?!!" Tutur Sila sembari tangannya mengusap air mata dan ibu.

"Ia Sila benar buk." Tangan nya mengupas apel. "Ni buk, biar cepat sembuh. Kalo kue tart ini buat Sila. ibu belum boleh makan, karena banyak mengandung gula." Ucap Luna sambil menyuapi apel ke ibu Sila.

Ibu Sila hanya mengangguk. Dia bahagia, karena sang putri mendapat sahabat yang sangat baik. Bukan hanya pada sila, Luna juga begitu baik pada nya. Lihatlah bagaimana ia menyuapi seorang yang bukan ibunya.

"Oh iya Bu, ternyata orang tua ku masih lengkap!." Ungkap Luna antusias tapi raut bahagia nya berubah muram

"Loh...loh... Bukannya bahagia, kok jadi sedih nak?" Ibunya Sila mengusap punggung Luna.

"Mereka memang masih hidup buk, tapi berpisah. Lebih tepatnya sengaja di pisahkan oleh kakek ku." Ucap Luna. Dia menceritakan semua dan tangis yang bebe hari di tahannya akhirnya pecah juga.

"Nak, ambil air putih." perintah ibu ke Sila.

"Ya buk!"

Sila datang membawa air putih.

"Nih lun,minum dulu." ucap Sila dan di sambut Luna.

"Terimakasih. Oh iya buk, Luna mau ngajakin Sila jalan-jalan sebentar, boleh?" Luna meminta izin.

"Ya ampun, boleh kok nak. kamu jangan khawatir, Sebentar lagi si Mumun juga datang nemenin ibu." Ucap ibu Sila.

"Ya sudah, kalo begitu Sila pergi sebentar ya buk!" Ibu mengangguk.

"Assalamu'alaikum." Ucap mereka bersamaan.

"Hati-hati!! Wa'alaikum salam." Jawabnya.

Karena cuaca teramat panas, Luna dan sila memutuskan memesan taksi.

Beberapaenit kemudian mereka telah tiba di depan sebuah cafe favorit mereka dari dulu. Cafe Tomad.

"Waaaah!! Udah lama banget gue nggak kesini." Ujar Sila antusias.

"Gue juga, Tapi kemaren kesini sama cecunguk idola kalian." Luna tersenyum mengejek.

"Apa? Lo kesini sama Vano!?" Teriak Sila.

"Ckkk! Bisa kecilin volume suara Lo nggak?! Itu di lihatin orang-orang!" kesal Luna.

Sila tidak peduli. "Serius mie apa Lo ngedate bareng dia? Tau gitu kenapa nggak dari dulu aja kalian jadian? Kenapa harus pake acara drama permusuhan monyet segala?..." Sila bertanya panjang kali lebar.

"Mie kuning, Siapa juga ngedate! Dan apa kata Lo tadi?! Permusuhan monyet. Enak aja!." Sinis Luna.

"Tuh kesini kalo bukan ngedate apa coba?!... Dan juga kan jika cinta anak-anak cinta monyet. Ni kalian berdua bermusuhan, ya permusuhan monyetlah." Ucap Sila santai.

Luna memutar bola matanya malas.

Jangan mimpi Lo!! Dari dulu dia udah tergila-gila sama gue.

Jangan lupa like, subscribe dan komentar nya guys🙏

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!