Robby berdecak sebal, "Bu, fikirin perasaan Anye dong kalau ngomong."
"Heh, jangan cuma mikirin perasaan dia, fikirin perasaan ibu juga. Ibu juga pengen kamu punya keturunan, biar nanti saat tua, ada yang ngurus kamu. Ibu hanya akan tenang saat kamu sudah punya keturunan."
Robby mengacak rambutnya frustasi, melangkah cepat menyusul Anye pulang.
"Tante, aku kok jadi gak enak ya," Sera pura-pura gelisah. "Aku kok kayak jadi pelakor gini."
"Gak usah mikir gitu," Bu Dini kembali duduk, menyentuh bahu Sera. "Si Anye saja yang gak tahu diri, mandul tapi gak mau dimadu. Minta dicerai emang wanita itu," ia mendengus kesal.
Anya mengambil segelas air putih, meneguknya hingga habis. Menepuk dada beberapa kali, agar sesaknya berkurang.
"Jangan dengerin kata-kata Ibu," Robby duduk di sebelah Anye, mengusap bahunya.
"Kenapa kamu gak bilang, kalau Sera kerja sekantor dengan kamu?"
"Baru hari ini dia mulai kerja. Kalau kamu gak setuju, aku gak akan nebengin dia ke kantor."
Anye tersenyum getir. "Jangan buat aku menjadi wanita yang makin jahat, Mas," ia menoleh kearah Robby. "Aku sudah jahat karena tak mau dipoligami, dan aku gak mau dinilai semakin jahat lagi, karena nyuruh kamu nentang kemauan ibu kamu. Aku angkat tangan," ia menghela nafas panjang, mengangkat kedua tangan lalu berdiri, meninggalkan meja makan.
"Nye," Robby mengejar Anye yang masuk kamar. "Aku gak akan poligami."
"Ya, sampai kapan pun, kamu memang gak akan poligami, karena aku akan menggugat cerai jika kamu menikah lagi. Jangan sakiti aku, Mas. Jika kamu menyukai wanita lain, bebaskan aku," tantang Anye.
...-------------------------------...
Pagi-pagi, Anye dibuat hilang selera makan saat Bu Dini datang bersama Sera tatkala dia masih sarapan. Mertuanya itu terlihat menggandeng tangan Sera.
"Rob, Sera bareng kamu ke kantor," ujar wanita baya tersebut.
"Tapi aku harus nganter Anye ke tempat kerjanya dulu." Robby mencari alasan agar Sera tak perlu bareng dengannya dan Anye.
"Sera gak keberatan kok. Iya kan, Ser?" tanya Bu Dini.
Sera mengangguk sambil tersenyum.
"Ya udah Ibu dan Sera nunggu di teras ya," Bu Dini menarik lengan Sera menuju teras.
"Sayang, kamu gak keberatankan?" Robby memastikan.
"Enggak." Anye yang sudah kehilangan nafsu makan, beranjak dari duduknya, membawa piring yang masih berisi makanan, menuju wastafel. Ia membuang sisa makanan ke tempat sampah, lalu mencuci piring. Sudut matanya mulai berair.
Apakah dia akan kuat setiap hari melihat Robby bersama Sera saat berangkat dan pulang kerja? Ditambah lagi Sera akan tinggal bersama mertuanya, makin sering saja dia harus melihat Sera. Dia yang kemarin kepikiran untuk resign karena malas jadi sekretaris Gara, sekarang tak ada pilihan lain. Mending tetap kerja agar tetap waras. Dan jika sampai terjadi perceraian, dia tak perlu mikir soal finansial karena punya kerjaan yang bagus.
Saat Robby masih di toilet, Anye mendatangi Sera yang ada di teras. Gadis itu ternyata sendirian, entah ada dimana mertuanya. Tapi itu malah bagus, dia jadi ada kesempatan bicara berdua dengan wanita itu.
"Kamu menyukai suamiku?"
Sera langsung menoleh mendengar seseorang bicara di sampingnya. Saking fokusnya pada ponsel, dia sampai tidak mendengar suara langkah kaki Anye. "Kamu cemburu sama aku?" ia menyimpan ponsel ke dalam tas.
"Apa kamu menyukai suamiku?" Anye mengulang pertanyaannya. Matanya lurus ke depan, enggan menatap Sera.
"Iya," sahut Sera yakin, tanpa rasa bersalah sedikitpun, meski yang bertanya saat ini, adalah istri sah Robby.
"Baiklah. Aku izinkan kamu mendekati suamiku."
"Hah!" Sera melongo, tapi sedetik kemudian, tertawa. "Sudah se putus asa itu kamu?"
Anye tersenyum simpul. "Aku belum selesai bicara. Silakan dekati suamiku, rayu dia semampumu. Buat dia menikahimu. Jika dalam waktu 3 bulan kamu bisa meyakinkan Mas Robby untuk menikahimu, aku akan mundur. Tapi jika dalam waktu 3 bulan, kamu gak bisa membuat Mas Robby menikahimu, jauhi dia," ia menoleh, menatap Sera tajam.
"Wow! Ternyata kamu sangat percaya diri," Sera berdecak kagum. "Baiklah, aku terima tantanganmu. Semoga kamu tidak menyesal." Ia mengulurkan tangan ke arah Anye, ingin berjabat tangan sebagai bentuk persetujuan.
"Tanganku bersih, maaf." Anye melenggang pergi, masuk lebih dulu ke dalam mobil.
"Sialan! Emang tanganku kotor," gerutu Sera.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Niͷg_Nσͷg
Rebuttt saja rebuttt..laki2 modelan Robby buat apa di pertahankan, lagian bukan anye yang akan nyesel kehilangan robby tapi kamu yang akan menyesal karena sudah susah payah merebut robby,,ehh ternyata kamu hanya mendapatkan laki2 mandull.
Lihat saja bu dini? anda akan menyesal sudah melepaskan seorang menantu paket complit demi gayung love pink..
2025-02-06
12
Anjellita
iyalah tangan mu kotor orang kamu pelakor
tunggu aja kamu sera kamu bakalan menyesal karna kenyataanya robby yang mandul
2025-02-06
3
mbok Darmi
ngapain juga nye masih mempertahankan robby yg jelas2 tdk tegas masih bisa disetir bu dini dasar suami lucknut goblok bin oon aku sumpahin yg mandul itu robby biar Bu dini tdk punya keturunan dan saat ada anye nanti clbk sama gara dan hamil saat itu bu dini mata biar melek, menantu yg selama ini dikatakan mandul ternyata bisa hamil
2025-02-06
2