"Kita langsung ke lantai atas ya, ke tempat playground," Anye kembali mengajak Arka menaiki eskalator. Sebenarnya lebih gampang naik lift, sayangnya Arka suka sekali naik eskalator, jadi Anye memutuskan, naik eskalator saja. "Arka, jangan lari!" Ia segera berlari menyusul Arka yang lepas dari tanganya, berlari menuju pintu masuk playground.
"Tante, ayo cepat!" bocah laki-laki itu lonjak-lonjak sambil melambaikan tangan ke arah Anye, sepertinya sudah tidak sabar sekali.
"Ish, larinya kenceng banget," Anye mendelik, pura-pura marah, sayangnya Arka malah tertawa, bukannya takut.
Anye kembali menggandeng Arka, membeli tiket masuk ke playground. Arka tampak tak sabar saat petugas memasang gelang tiket di tangannya. Begitu masuk, anak itu langsung berlari menuju tempat mandi bola, yang sejak tanganya masih dipasang gelang tiket tadi, sudah menyita perhatiannya. Tempat tersebut tak telalu luas, sehingga mudah bagi Anye mengawasi anak usia 4 tahun tersebut.
"Anak kamu?"
"Astaghfirullah," Anye yang sibuk memvideokan Arka, terjingkat kaget saat seseorang tiba-tiba bicara di sebelahnya. Saat menoleh, matanya langsung terbeliak melihat Sagara berdiri di sampingnya.
"Kamu fikir aku setan, langsung istighfar," Sagara menghela nafas kasar.
"Kamu... kok tiba-tiba ada disini?" Anye mengedarkan pandangan, mencari tahu sedang bersama siapa Sagara saat ini. Kemarin dia bilang belum menikah, mungkinkah bersama ponakan juga, sama sepertinya? Rasanya gak mungkinkan, ke tempat ini untuk pacaran.
"Aku sendirian," Sagara seperti bisa membaca isi hati Anye. "Masuk kesini, cuma buat ketemu kamu. Hai sayang... " ia tersenyum, melambaikan tangan pada Arka yang melihat kearahnya dan Anye. "Jadi itu anak kamu? Udah gede ya."
Anye hanya diam saja.
"Suami kamu, gak ikut?"
"Dia masih di toilet."
Sagara auto tertawa ngakak sampai beberapa orang melihat ke arahnya.
"Kenapa?" Anye mengerutkan kening.
"Di mata kamu, ada tulisan bohong, makanya aku ketawa," Sagara masih saja belum bisa berhenti ketawa. "Aku udah dari tadi ngikutin kamu. Kamu cuma berdua sama anak kamu."
Anye mendengus sebal. "Gak ada kerjaan ya, ngikutin orang?" ia menatap Gara kesal.
"Gak ada, kan minggu," lagi-lagi Sagara tertawa. "Suami kamu kemana?"
"Bukan urusan kamu."
"Kerja?"
"Gak usah kepo." Anye kembali mengalihkan pandangan pada kolam mandi bola. Seketika terserang panik saat tak mendapati Arka ada disana. "Arka," ia reflek memanggil sambil mengedarkan pandangan.
"Noh, ada disana," Sagara menunjuk ke arah ayunan. Seketika, Anye bernafas lega. Ia berjalan mendekati Arka, pun dengan Sagara yang mengekor di belakangnya.
"Hai sayang, siapa namanya?" Sagara membungkuk, menyamakan tinggi dengan Arka.
"Alka, Om."
"Oh.... Alka."
"No," Arka menggeleng. "Alka."
"Iya, Alka."
"No!" Arka kembali menggeleng. "Alka, pakai L."
"Arka," Anye memutar kedua bola matanya malas,
sementara Arka langsung mengangguk cepat.
"Oh....Arka. Ganteng banget sih," Sagara mengacak gemas rambut Arka. "Pasti mirip papa ya, soalnya gak mirip sama mama," ia menoleh, tersenyum pada Anye.
"Kok Om tahu?"
"Tahu lah."
"Alka ke sana dulu ya, Tante." Anye reflek membungkam mulut Arka, sayang dia terlambat, anak itu sudah lebih dulu memanggilnya Tante.
"Tante?" Sagara mengerutkan kening. Sama dengan Sagara, Arka juga bingung, kenapa mulutnya ditutup, padahal tidak ngomong jorok. "Kenapa anak kamu manggil tante?"
"Di-dia... "
"Alka bukan anaknya Tante Anye," ujar bocah polos tersebut. Dengan ekspresi tanpa dosa, dia melihat bergantian wajah dua orang dewasa di depannya yang tampak bingung. Apa dia salah ngomong?
"Kalau dia bukan anak kamu, dimana anak kamu?"
Sebenarnya bisa saja Anye berbohong, tapi masalahnya saat ini dia berada di depan Arka. Dia selalu menegaskan pada anak itu, untuk tidak berbohong, masa iya, sekarang dia bohong di depan Arka.
"Tante Anye gak punya anak," Arka menyahuti.
"Gak punya anak? Jadi kamu bo_"
"Kata Mama, Tante Anye mandul."
Anye seketika meraup wajah dengan kedua telapak tangan mendengar ucapan Arka. Mungkin saking seringnya mendengar ibu dan neneknya mengatai mandul, Arka jadi familiar dengan kata itu, dan bertanya apa itu mandul pada mamanya. Di usia 4 tahun, hampir 5 tahun, Arka yang sudah sekolah TK A, memang cepat sekali menyerap informasi dari orang-orang sekitar.
Sagara menatap Anye, melihat mata wanita tersebut mulai berkaca-kaca. Ia hanya diam, tak tahu harus berkata apa.
"Alka ke sana dulu ya, Tante," Arka berlari menuju arena perosotan.
"Jangan menatapku seperti itu?" Anye tersenyum, namun sudut matanya mengeluarkan air. "Aku tidak butuh dikasihani. Ya, aku mandul. Aku wanita tidak sempurna. Ketawain aja, aku udah biasa kok, udah kenyang dihina dan diketawain." Ia meninggalkan Sagara, berjalan mendekati Arka sambil menyeka air mata. Namun meski sudah berkali-kali diseka, air matanya terus saja mengalir. Ia menoleh saat seseorang mengulurkan tisu.
"Apa perlu aku yang menyeka?" ujar Sagara saat Anye tak segera menerima uluran tisu darinya.
"Aku bisa sendiri." Anye meraih tisu tersebut, menyeka air mata dan menyusut hidung. Dia menatap Gara, merasa sedikit heran, laki-laki membawa tisu.
"Aku minta disana," Sagara menunjuk ke arah meja pegawai playground. Untuk beberapa saat, keduanya hanya diam. Ada banyak sekali pertanyaan di benak Sagara, namun sedikit ragu untuk mengungkapkan. Sampai akhirnya, "Apa rumah tangga kamu baik-baik saja?" ia tak bisa menahan diri, ingin tahu soal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Ais
Ahhh kasihan dan sedih sm anye kamu ngak mandul nye kamu hny korban konspirasi entah dr mertua dan kedua ipar kamu atau dr robby suami kamu sndr tenang nye sebentar lagi kebahagiaan kamu akan dtng menyapa walaupun mungkin dgn cara yg salah tp Allah tidak pernah salah menunjukkan jalan takdri hamba"nya didunia ini semangat nye soal mantan kamu yg play boy jng dibenci ya nye gmn juga dia udah menuai karmanya mati rasa sm smua perempuan yg dia kencani karena msh teringat dan gagal move on dr kamu blm aja gara ntar ugal"an ngejar kamu buat merebut kamu dr suami songong kamu itu
2025-02-04
3
Putu Suciptawati
kasian juga anye, bisa jadi diagnose dokter salah atau mungkin pemeriksaan awal bener tapi banyak juga wanita yg didiagnosa infertil dng pengobatan yg rutin dan dukungan keluarga bs hamil. saudaraku ada yg begitu tris adposi anak pas di th ke 13 pernikahannya dia bs hamil hrs bedres full.. dng dukungan suami dan mertuanya anaknya lahiir sehat. intinya kalo ada dukungan keluarga dan doa keluargq segala masalah pasti bs diatasi
2025-02-05
2
Bunda dinna
Anye mulai g baik2 saja sekarang,,Robby mulai bermain api
2025-02-04
1