Episode 7 Pertama Kali Di Rumahnya.

Akhirnya acara pernikahan Anindya dan Kavindra selesai juga yang memang acaranya sangat sederhana yang hanya adanya ijab kabul dan makan-makannya. Anindya juga terus mendapatkan nasehat dari Abinya agar menjadi istri yang baik untuk Kavindra.

Walau berat hati tetapi sebagai orang tua harus mengingatkan hal itu. Anindya menjalani proses pernikahan dengan sebaik mungkin yang berusaha untuk ikhlas dalam segalanya dan itu semua adalah pilihannya.

Karena sudah menjadi istri Kavindra yang mau tidak mau Anindya harus ikut ke rumah suaminya. Masih menggunakan pakaian pengantin dan juga masih memakai cadarnya. Dia duduk di dalam mobil bersama dengan Kavindra yang duduk di belakang. Dengan sopir yang melajukan mobil dengan kecepatan santai.

Sejak tadi Anindya hanya diam saja yang tidak memulai pembicaraan apapun dan sementara Kavindra yang tampak disibukkan dengan ponselnya. Kepala Anindya sejak tadi menoleh ke arah jendela, jangan tanya bagaimana gugupnya dirinya.

Dia sekarang sedang di ambang pasrah yang penting apa yang akan dia lakukan bukanlah sebuah dosa. Justru adalah pahala karena melayani suaminya dan walau pernikahannya dilakukan dengan cara seperti itu.

"Apa mereka tidak tahu jika aku hari ini menikah. Bisa-bisanya mereka terus saja menggangguku dengan mengirim banyaknya laporan pekerjaan seperti ini. Aku bahkan tidak meminta semua ini," hanya mata Anindya yang bergerak mendengar keluhan dari suaminya itu.

Suara nafas Kavindra yang terdengar menghembus perlahan dan menoleh ke arah Anindya.

"Kau sejak tadi tidak berbicara apapun? Apa kau menyimpan suaramu untuk mendesah nanti malam?" ucapnya dengan sembarangan yang membuat Anindya mengerutkan dahi.

Sungguh telinganya lama-lama benar-benar dinodai oleh Kavindra yang seenaknya mendengarkan hal-hal yang tidak pernah dia dengar. Kavindra terjadikan tidak memiliki pikiran yang bicara asal keluar saja.

"Anindya, walau pekerjaan sangat banyak sekali di depan mata, tetapi aku tidak akan melewatkan malam ini bersamamu. Aku tahu kau terlihat gugup. Tetapi santai saja semua akan baik-baik saja dan akan terasa sangat menyenangkan yang membuatmu ketagihan," ucapnya yang terdengar begitu berat dan suara itu bahkan memberikan tiupan nafas yang sangat kuat yang mampu membuat bulu kuduk Anindya berdiri.

"Kau akan menjadi milikku," ucapnya yang sekarang sudah berbisik di telinga Anindya yang membuat dia hanya memejamkan mata.

"Huhhhh! Bisa-bisanya aku harus melakukan pernikahan hari ini hanya untuk dirimu. Ini benar-benar sangat membuang waktuku dengan semua hal konyol ini," ucapnya lagi yang tidak henti-hentinya mengeluh.

"Sungguh benar-benar sangat melelahkan, tetapi aku yakin rasa lelah ini akan terbayar dengan pelayanan yang diberikan istriku ini," ucapnya lagi.

"Tuan! bicaralah dengan baik, di dalam mobil ini bukan hanya kita berdua tetapi ada sopir di depan, sangat tidak pantas membicarakan hal yang terlalu intens jika ada orang lain," tegur Anindya yang memang tidak tahan dengan mendengar kata-kata Kavindra enak jidatnya berbicara dan justru dirinya yang malu.

"Hah!" mendengarnya Kavindra menyergah nafas dengan tersenyum miring.

"Pak. Apa Bapak mendengar apa yang kamu bicarakan tadi?" tanya Kavindra yang semakin tidak punya rasa malu.

"Ti--tidak tuan," jawab supir itu dengan cepat yang tidak mungkin tidak mendengar dan hanya pura-pura saja. Bisa habis dirinya jika mengakui.

"Kamu dengar bukan dia tidak mendengar sama sekali dan walaupun dia mendengar atau aku berbicara di depan siapapun, itu adalah hakku dan kamu tidak perlu menasehati ku," ucap Kavindra.

"Tetapi dalam berbicara ada etika dan sopan santun, kita harus bisa menentukan apa yang kita bicarakan dengan situasi yang ada dan bukan hanya asal keluar begitu saja," ucap Anindya.

"Kenapa kau suka sekali berdebat denganku dan suka sekali menggurui ku," sahut Kavindra.

"Maaf tuan! Jika apa yang saya katakan terdengar sangat menggurui, tetapi sungguh saya tidak bermaksud apapun sama sekali. Saya hanya merasa kurang pantas dengan kata-kata yang tuan keluarkan dan jujur saya sendiri yang merasa malu," jawabnya.

"Kau pikir aku peduli," sahut Kavindra dengan menghela nafas. Istrinya kebanyakan diam dan sekalinya berbicara justru menasihatinya. Hal itu jelas saja membuat Kavindra kesal dan merasa konyol.

Akhirnya untuk pertama kali Anindya menginjakkan kakinya di kediaman suaminya. Pintu mobil yang di bukakan pengawal. Anindya dan Kavindra yang sama-sama keluar dari mobil. Rumah mew dengan bangunan klasik Eropa itu terlihat begitu luas deng berstelan jas rapi berdiri tegak di depan rumahnya dan juga di sekitar rumah yang mengawasi rumah tersebut.

Tiba-tiba seorang pelayan wanita dengan memakai pakaian hitam menghampiri Anindya dan Kavindra.

"Tuan!" sapa wanita itu dengan menundukkan kepala.

"Bawa dia masuk!" titah Kavindra.

"Baik tuan!" ucap pelayan itu.

"Mari. Nona!" ucap pelayan dengan sangat ramah mempersilahkan yang membuat Anindya menganggukkan kepala dan mengikut saja.

Akhirnya mereka memasuki rumah yang pasti di tuntun oleh Bibi. Koper Anindya juga dibantu oleh pelayan yang lain yang mengantarkan ke dalam kamar.

Akhirnya Anindya sampai juga ke dalam kamar yang cukup luas itu. Dengan tempat tidur king size, yang terdapat lemari yang cukup besar, ada juga rooftop di kamar tersebut dan ada sofa dan televisi dan masih banyak pernak-pernik lain.

Kepala Anindya berkeliling melihat isi kamar tersebut yang memang bukan kamar pengantin baru seperti biasanya yang penuh dengan bunga-bunga. Terlihat polos yang tidak ada hiasan apapun dan bahkan kamar itu seperti tidak pernah dihuni.

"Nona bisa beristirahat di sini, mengeluarkan pakaian Nona memasukkan ke dalam lemari," ucap pelayan yang sekitar berusia 40 tahunan itu berbicara sangat ramah.

"Tidak usah. Biar saja saya yang akan melakukan sendiri," ucap Anindya yang pasti tidak ingin merepotkan siapa-siapa.

"Baiklah kalau begitu. Jika membutuhkan sesuatu bisa memanggil saya. Nama saya. Bi Marni," ucapnya memperkenalkan yang membuat Anindya menganggukkan kepala.

"Oh. Iya Bi. Apa beliau tidak tidur di kamar ini?" tanya Anindya dengan rasa penasaran.

"Maksud Nona, tuan Kavindra?" tanya Bibi yang membuat Anindya menganggukkan kepala.

"Benar! Nona. Tuan Kavindra tidur di kamar utama di dekat kamar ini juga," jawab Bibi.

"Syukurlah! jika aku tidak harus satu kamar dengan dia," batin Anindya yang merasa sedikit lega.

"Kalau begitu saya permisi dulu," ucap Bibi yang pamit membuat Anindya menganggukan kepala.

Anindya menghela nafas yang kembali melihat isi kamar tersebut.

"Aku tidak tahu, sampai kapan dia akan membutuhkanku agar hutang hutang Abi lunas. Aku hanya menyerahkan kepada sang pencipta yang aku percaya semua pasti akan ada jalan terbaik silakan dipermudah," batinnya.

Ceklek.

Anindya terkejut dengan suara pintu kamar yang terbuka begitu cepat yang membuat tubuhnya berbalik badan dan Kavindra yang ternyata memasuki kamar tersebut.

Anindya menjadi semakin gugup yang terlihat kesulitan menelan ludah. Apalagi Kavindra sudah melangkah menghampirinya yang membuat Anindya semakin panik yang tampak tangannya meremas bagian pakaian yang ia kenakan.

"Kenapa? Apa kamu sedikit kecewa dengan kamar ini yang tidak seperti kamar pengantin?" tanyanya.

"Hahhhhh! Aku sangat tidak suka dengan warna-warna seperti itu dan apalagi hal-hal yang terlalu lebay seperti itu. Bagiku yang menjadikan malam itu menjadi penuh kenikmatan bukan berdasarkan dekorasi di dalam kamar. Tetapi bagaimana permainan itu berlangsung," ucapnya yang selalu saja berkata vulgar.

Bersambung ......

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

sombong mu akan berganti bucin kavindra,,

2025-03-17

1

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

tr kamu nyesel kavindra

2025-03-06

0

Astrid valleria.s.

Astrid valleria.s.

tunggu kebucinanmu kavindra😂🤭

2025-02-05

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Apa Yang Terjadi.
2 Episode 2 Membuka Cadar
3 Episode 3 Persyaratan Konyol.
4 Episode 4 Meminta Syrat
5 Episode 5 Datang Melamar.
6 Episode 6 Pernikahan.
7 Episode 7 Pertama Kali Di Rumahnya.
8 Episode 8 Malam Yang Gugup
9 Episode 9 Godaan Suami.
10 Episode 10 Ternyata Gagal.
11 Episode 10 Marah Tapi Di Turuti Juga.
12 Episode 12 Menemani Suami.
13 Episode 13 Panas
14 Episode 14 Pesan
15 Episode 16 Gagal Lagi.
16 Episode 16 Harus LDR.
17 Episode 17 Rindu Dalam Gengsi
18 Episode 18 Amarah.
19 Episode 19 Perintah Mengakhiri
20 Episode 20 Tidak Bisa Melayani.
21 Episode 21 Merawat Penuh Ketulusan.
22 Episode 22 Mengajak Pergi.
23 Episode 23 Ini Pasti Cemburu.
24 Episode 24 Permintaan Lagi.
25 Episode 25 Mulai Bucin.
26 Episode 26 Ternyata Menunggu.
27 Episode 27 Fatal.
28 Episode 28 Amarah Tidak Terkendali
29 Episode 29 Jangan Sampai.
30 Episode 30 Mengajak.
31 Episode 30 Milan
32 Episode 32 Memperlihatkan Kenyataan.
33 Episode 33 Insiden Mengerikan.
34 Episode 34 Tidak Mungkin Pergi.
35 Episode 35 Jangan Menyuruhku Untuk Pergi.
36 Episode 36 Intens
37 Episode 37 Keintiman
38 Episode 38 Semakin Romantis.
39 Episode 38 Janji Bersama...
40 Episode 40 Menenangkan.
41 Episode 41 Pilihan.
42 Episode 42 Kenapa Harus Seperti Ini.
43 Episode 43 Tidak Ada Yang Di Sembunyikan.
44 Episode 44 Ancaman.
45 Episode 45 Izin
46 Episode 46 Kesepian.
47 Episode 47 Perasaan Yang Tidak Enak.
48 Episode 48 Tampak Tidak Sabaraha.
49 Episode 49 Istriku
50 Episode Menyedihkan.
51 Episode 51 Penyesalan.
52 Episode 52 Dendam
53 Episode 53 Tidak Berlaku.
54 Episode 54. Akhirnya Sadar.
55 Episode 55 Rasa Ketakutan.
56 Episode 56 Menegangkan.
57 Episode 57 Pembicaraan.
58 Episode 58 Hal Mencengangkan.
59 Episode 59 Perasaan Tidak Enak.
60 Episode 60 Kejadian
61 Episode 61 Ngidam Aneh.
62 Episode 62
63 Episode 63 Hal Terberat.
64 Episode 64 Adanya Pertentangan.
65 Episode 65 Penggeledahan.
66 Episode 66 Desakan.
67 Episode 67 Apa Itu.
68 Episode 68 Seperti Ada Ikatan.
69 Episode 69 Mengejutkan.
70 Episode 70 Kecelakaan.
71 Episode 71 Sengit.
72 Episode 72 Semakin Jelas.
73 Episode 73 Akhirnya Tahu.
74 Episode 74 Dia Anakku.
75 Episode 75 Masa Lalu Yang Terbongkar.
76 Episode 76 Serasa Berpisah.
77 Episode 77 Hancur
78 Episode 78 Masalah.
79 Episode 79 Jebakan
80 Episode 80 Insiden
81 Episode 81 Pertumpahan Darah.
82 Episode 82 Apa Ada Kesempatan.
83 Episode 83 Haru.
84 Episode 84 Tidak Ikhlas.
85 Episode 85 Jeruji Besi
86 Episode 86 Pertemuan Menyedihkan
87 Episode 82 Keputusan Pengadilan.
88 Episode 88 Keputusan Yang Tepat.
89 Episode 89 Perjuangan.
90 Episode 90 Walau Bahagia Sementara.
91 Episode 91 Udara Bebas
92 Episode 92 Harus Sabar
93 Bab 93
94 Episode 94 Rasa Kecewa.
95 Episode 95 Posisi Sulit.
96 Episode 96 Penegasan.
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Episode 1 Apa Yang Terjadi.
2
Episode 2 Membuka Cadar
3
Episode 3 Persyaratan Konyol.
4
Episode 4 Meminta Syrat
5
Episode 5 Datang Melamar.
6
Episode 6 Pernikahan.
7
Episode 7 Pertama Kali Di Rumahnya.
8
Episode 8 Malam Yang Gugup
9
Episode 9 Godaan Suami.
10
Episode 10 Ternyata Gagal.
11
Episode 10 Marah Tapi Di Turuti Juga.
12
Episode 12 Menemani Suami.
13
Episode 13 Panas
14
Episode 14 Pesan
15
Episode 16 Gagal Lagi.
16
Episode 16 Harus LDR.
17
Episode 17 Rindu Dalam Gengsi
18
Episode 18 Amarah.
19
Episode 19 Perintah Mengakhiri
20
Episode 20 Tidak Bisa Melayani.
21
Episode 21 Merawat Penuh Ketulusan.
22
Episode 22 Mengajak Pergi.
23
Episode 23 Ini Pasti Cemburu.
24
Episode 24 Permintaan Lagi.
25
Episode 25 Mulai Bucin.
26
Episode 26 Ternyata Menunggu.
27
Episode 27 Fatal.
28
Episode 28 Amarah Tidak Terkendali
29
Episode 29 Jangan Sampai.
30
Episode 30 Mengajak.
31
Episode 30 Milan
32
Episode 32 Memperlihatkan Kenyataan.
33
Episode 33 Insiden Mengerikan.
34
Episode 34 Tidak Mungkin Pergi.
35
Episode 35 Jangan Menyuruhku Untuk Pergi.
36
Episode 36 Intens
37
Episode 37 Keintiman
38
Episode 38 Semakin Romantis.
39
Episode 38 Janji Bersama...
40
Episode 40 Menenangkan.
41
Episode 41 Pilihan.
42
Episode 42 Kenapa Harus Seperti Ini.
43
Episode 43 Tidak Ada Yang Di Sembunyikan.
44
Episode 44 Ancaman.
45
Episode 45 Izin
46
Episode 46 Kesepian.
47
Episode 47 Perasaan Yang Tidak Enak.
48
Episode 48 Tampak Tidak Sabaraha.
49
Episode 49 Istriku
50
Episode Menyedihkan.
51
Episode 51 Penyesalan.
52
Episode 52 Dendam
53
Episode 53 Tidak Berlaku.
54
Episode 54. Akhirnya Sadar.
55
Episode 55 Rasa Ketakutan.
56
Episode 56 Menegangkan.
57
Episode 57 Pembicaraan.
58
Episode 58 Hal Mencengangkan.
59
Episode 59 Perasaan Tidak Enak.
60
Episode 60 Kejadian
61
Episode 61 Ngidam Aneh.
62
Episode 62
63
Episode 63 Hal Terberat.
64
Episode 64 Adanya Pertentangan.
65
Episode 65 Penggeledahan.
66
Episode 66 Desakan.
67
Episode 67 Apa Itu.
68
Episode 68 Seperti Ada Ikatan.
69
Episode 69 Mengejutkan.
70
Episode 70 Kecelakaan.
71
Episode 71 Sengit.
72
Episode 72 Semakin Jelas.
73
Episode 73 Akhirnya Tahu.
74
Episode 74 Dia Anakku.
75
Episode 75 Masa Lalu Yang Terbongkar.
76
Episode 76 Serasa Berpisah.
77
Episode 77 Hancur
78
Episode 78 Masalah.
79
Episode 79 Jebakan
80
Episode 80 Insiden
81
Episode 81 Pertumpahan Darah.
82
Episode 82 Apa Ada Kesempatan.
83
Episode 83 Haru.
84
Episode 84 Tidak Ikhlas.
85
Episode 85 Jeruji Besi
86
Episode 86 Pertemuan Menyedihkan
87
Episode 82 Keputusan Pengadilan.
88
Episode 88 Keputusan Yang Tepat.
89
Episode 89 Perjuangan.
90
Episode 90 Walau Bahagia Sementara.
91
Episode 91 Udara Bebas
92
Episode 92 Harus Sabar
93
Bab 93
94
Episode 94 Rasa Kecewa.
95
Episode 95 Posisi Sulit.
96
Episode 96 Penegasan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!