Ke rumah Tiwi

Nazwa berpegangan pada besi jok motor.

Kebetulan Jalan yang dituju Rayhan sama dengan arah tujuan Nazwa.

"Mami aneh, biasanya dia dulu yang ngelarang aku boncengan sama yang bukan muhrim. Eh malah ini disuruh." Batin Rayhan.

Rayhan melakukan motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Karena motor tersebut memang tidak enak jika tidak diajak ngebut. Rayhan melewati jalan alternatif agar terhindar dari kemacetan. Setelah berjalan sekitar 10 kilo meter, tiba-tiba Rayhan ngerem mendadak.

Ciiiiiitttttt

"Astaghfirullahal'adzim." Pekik Nazwa. Tubuhnya tak sengaja bergeser ke depan sehingga nempel ke tubuh Rayhan. Helm mereka pun berbenturan.

Meong meong....

Nafas keduanya tidak beratura karena terkejut.

"Maaf, ada kucing."

Saat Nazwa melihat ke depan ternyata, ada kucing yang sedang melahirkan. Ia segera turun dari atas motor dan menghampiri kucing bersama 3 anak kucing yang baru saja lahir.

"Pak, saya singkirkan ini dulu."

Rayhan mengangguk dan meminggirkan motornya.

Nazwa menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sesuatu yang bisa dibuat untuk wadah kucing. Di dekat sampah, ia melihat kardus air mineral. Ia pun segera mengambilnya dan memasukkan kucing dan anak-anaknya ke dalam kardus tersebut. Setelah itu, Nazwa mengeluarkan botol air minum dari tas selempangnya. Ia mencuci kedua tangannya.

Sekarang Rayhan semakin mengerti, jika Nazwa memang orang yang penuh kasih sayang. Dengan hewan saja ia sangat peduli, apa lagi kepada kedua anaknya.

"Em... Pak, selanjutnya biar saya naik tadi saja sudah dekat kok."

"Cepat naik, di sini banyak preman."

Nazwa percaya dengan ucapan Rayhan.

"Ah iya, baiklah."

Dengan susah payah Nazwa nakk ke atas motor lagi. Rayhan melanjutkan perjalanannya.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di depan gang tempat kos Tiwi. Nazwa turun dari motor, lalu ingin membuka helm. Namun ia kesusahan saat membuka gesper helm yang dipakainya.

"Huh, pakai saja."

"Tapi Pak... "

"Pulang jam berapa?"

"Siang paling Pak."

"Nanti saya lewat sini lagi."

"Tidak perlu Pak. "

"Menolak, potong gaji."

Tanpa mendengar jawaban Nazwa, Rayhan pun segera tancap gas.

"Astaghfirullah... es balok!"

Nazwa pun masuk ke dalam gang menuju kost-an Tiwi. Helm tersebut masih bertengger di kepalanya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

Tiwi membuka pintu.

"Nazwa... ayo ayo masuk."

Nazwa pun masuk. Untung saja hari ini suami Tiwi keluar untuk men-service sepeda motornya. Jadi Nazwa tidak perlu sungkan untuk masuk ke dalam kamar itu.

"Nazwa kenapa helm nya tidak dilepas?"

"Ah iya lupa. Tiwi, tolong bukain! Susah sekali dari tadi mau buka."

Tiwi pun membantu membukanya. Entah kenapa saat Tiwi yang membukanya terlihat sangat mudah.

"Ini helm siapa Wa?"

"Helm anak Bu Salsa."

"Oh... kamu naik gojek?"

"Diantar Papanya si kembar."

"Widih.... wah wah wah, ada yang terlewatkan nih?"

"Apanya?"

"Papa si kembar."

"Jangan berpikiran jauh. Kebetulan Pak Rayhan mau keluar."

"Oh kebetulan ya." Goda Tiwi.

Setelah berbincang-bincang sebentar, mereka bikin rujak buah. Mumpung anak Tiwi sudah tidur, jadi mereka bisa bergerak bebas. Tiwi memotong buah, sedangkan Nazwa meracik bumbunya.

"Pasti enak nih, jadi ngiler."

"Iya dong." Sahut Nazwa.

Nazwa mengembalikan uang yang dipinjamnya satu bulan yang lalu kepada Tiwi. Justru ia mengembalikannya tiga kaki lipat.

"Wa, ini kebanyakan."

"Buat beli susunya si kecil. Tenang saja, itu bukan uang riba. Aku juga dapat kerjaan pelantaranya dari kamu."

"Masyaallah.. itu sudah rezekimu. Terima kasih ya Wa. Semoga berkah."

"Amin."

Tiwi mengeluarkan paketan akte nikah.

"Ini Wa."

"Makasih ya, Wi. Maaf sudah merepotkanmu."

"Tentu saja tidak. Selagi bisa membantu, akan kuusahakan."

"Huh.. semalam aku ketemu lagi sama Soni dan Fanya."

"Apa?"

Nazwa pun menceritakan pertemuannya dengan mereka semalam. Tiwi ikut gregetan mendengar cerita Nazwa.

"Dasar kutu kupret, mak Lampir! Kalau aku, sudah ku bejek-bejek tuh orang dua. Gila ya, bisa-bisanya mulutnya kayak comberan. Astaghfirullah..."

"Haha... sabar wi. Mereka belum menemukan balasan. Aku sudah iklas dengan kedzaliman mereka. Semoga Allah yang membalasnya.

"Amin... "

Adzan Dhuhur telah berkumandang. Nazwa pun numpang shalat di rumah Tiwi. Setelah selesai shalat, Nazwa memeriksa handphone-nya. Sebenarnya ia sedang bingung, mau pulang atau menunggu Rayhan. Ia takut Rayhan marah dan benar-benar memotong gajinya.

Nazwa menghela nafas panjang. Bersamaan dengan itu, hanphone-nya berdering.

"Bu Salsa."

Ia segera mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

"Wa, Rayhan nelpon barusan. Dia sudah menunggu di tempat tadi kamu turun. Apa kamu sudah mau pulang?"

"Oh iya, bu. Ini sudah mau pulang. Saya segera keluar."

"Ya sudah, Ibu bilang Rayhan."

Mami segera menghubungi Rayhan kembali. Dan tidak lupa Mami mengirimkan nomer handphone Nazwa kepadanya. Karena selama ini, ia memang tidak menyimpannya.

Tidak ingin mengulur waktu, Nazwa segera pamit kepada Tiwi. Ia tidak ingin membuat majikan es baliknya menunggu lama. Nazwa berlari kecil agar segera sampai. Dan benar saja, Rayhan sudah menunggunya. Nazwa segera memakai helm.

"Ma-maaf Pak."

"Hem."

"Panas-panas gini, es balok masih beku." Batin Nazwa.

Ja naik ke atas motor dengan posisi seperti tadi. Amplop coklat yang berisi akte nikah, ia pegang di tangannya karena tidak muat jika dimasukkan ke dalam tas. Sebenarnya bisa ditekuk tapi takut rusak.

"Sudah Pak."

Rayhan kembali tancap gas. Ia putar balik terlebih dahulu untuk menuju jalan pulang. Di pertengahan jalan, Rayhan mampir di sebuah kedai jus. Tadi Anggi dan Anggun telpon, mereka minta dibelikan jus alpukat.

"Turunlah, si kembar minta jus alpukat."

Nazwa pun turun dari motor. Ia memesan dua jus alpukat untuk si kembar.

Rayhan pun turun dari motor.

"Tambah jus naga satu." Ujar Rayhan.

"Owalah, Pak Rayhan. Saya kira siapa tadi." Ujar penjual jus.

Ternyata Rayhan sudah biasa membeli jus di tempat itu.

"Berapa semuanya?"

"Tiga puluh ribu Pak."

Rayhan membayar menggunakan uang elektrik.

Setelah itu, mereka kembali ke motor. Tentu saja Nazwa kesusahan untuk naik ke atas motor karena di kanan kirinya ada amplop dan tangan kanannya ada jus.

"Ayo naik!"

"Tapi Pak, saya susah naiknya."

Rayhan pun menoleh. Lalu ia meminta amplop yang dipegang Nazwa. Ia sempilkan di perutnya, lalu menutup jaketnya kembali. Nazwa tidak ingin protes, ia pun segera naik. Sebelah tangannya berpegangan ke besi jok motor.

Nggak enak banget rasanya, apa lagi joknya tinggi. Namun Nazwa tetap mempertahankan diri untuk tidak berpegangan kepada ea balok di depannya.

Tidak lama kemudian, akhirnya mereka sampai di rumah.

"Alhamdulillah." Lirih Nazwa.

Mengetahui suara motor Rayhan, Mami langsung berlari kecil ke tepi jendela untuk mengintip putranya. Sementara si kembar mengintip dari balik jendela kamar mereka di lantai atas.

...****************...

Terpopuler

Comments

Chusnul Zazah

Chusnul Zazah

Alhamdulillah meskipun papa Reyhan sikapnya cool seperti es balok 😅😅, yg penting baik dan care ya Nany Nazwa?? awas loh bentar es balok mencair, awass nanti Nany Nazwa kewalahan Nerima keluberan cairannya 😂😂😂
Hayo Oma sama twins jangan ngintip nanti bintitan loh?? lgsg aja cus dilamarkan aj pak duda , setelah masa iddahnya Nany selesai?? 🤭😍😍

2025-02-10

3

sunshine wings

sunshine wings

Hahaha.. 😂😂😂😂😂
Es baloknya udah ada rasa niiii.. 🥰🥰🥰🥰🥰

2025-02-10

1

sryharty

sryharty

ya salaaam bisanya kalian jadi penguntit
ga mami ga si kembar pada kepo
awas loh nanti timbilan mi suka ngintip2 gitu

2025-02-10

3

lihat semua
Episodes
1 Nazwa
2 Melamar pekerjaan
3 Interview bersama si kembar
4 Memulai tugas
5 Mengantar sekolah
6 Kekesalan Mami
7 Berenang
8 Opname
9 Nazwa vs Rayhan
10 Janji Papa
11 Insiden
12 Shalat berjama'ah
13 Ulah Anggi
14 Kamar si kembar
15 Mantan laknat
16 Jalan-jalan
17 Sea world
18 Berakting
19 Ke rumah Tiwi
20 Es balok
21 Membalas pesan
22 Alasan Rayhan
23 Bermain bersama
24 Keluarga Mami
25 Bertemu orang di masa lalu
26 Flash Back On
27 Keputusan Opa
28 Ke Panti
29 Mengingat masa kecil
30 Memilih gaun
31 Otw kondangan
32 Pesta sang mantan
33 Tranding topik
34 Untuk sementara
35 Uring-uringan
36 Pesan terakhir
37 Rayyan vs Rayhan
38 Memberi perhatian
39 Siluman ular
40 Satu bulan kemudian
41 Salah tingkah
42 Berdebar-debar
43 Malam panjang
44 Malu
45 Papa Tantrum
46 Serangga lapar
47 Menyatakan cinta
48 Pulang kampung
49 Tidur berempat
50 Resepsi pernikahan.
51 Kabar bahagia
52 Rumah baru
53 Pindah rumah
54 USG
55 Cerita Mami
56 Turki
57 Keluarga Nazwa
58 Oleh-oleh khas Turki
59 Menerima kenyataan
60 Kejutan
61 Penyesalan
62 Makam orang tua Nazwa
63 Jodoh kedua
64 Kado terindah
65 Menyambut twins boy
66 Baby sitter
67 Aqiqah A2
68 Berbuka
69 Papa rewel
70 Bertemu keluarga
71 Hati Rendra
72 Jalan-jalan
73 Cappadocia
74 Membuat keramik
75 Perasaan Rendra
76 Melamar.
77 Pulang ke Indonesia
78 Penggemar Rendra
79 Mami sakit
80 Pernikahan lintas Negara
81 Malam pertama
82 Resepsi R & E
83 Anniversary
84 Kumpul keluarga
85 Keluarga Om Saif
86 Dosen pembimbing
87 Bimbingan
88 Bolu tape
89 Kebersamaan
90 Bimbingan lagi
91 Pingsan
92 Gosip
93 Ketahuan
94 Pengakuan Rania
95 Cemburu
96 Dadakan
97 Panggil Mas
98 Boleh kah?
99 Cincin kawin
100 Di rumah abang
101 Suntikan
102 Dugaan ummi
103 Kabar Mengharukan
104 Harap-harap cemas
105 Kabar duka
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Nazwa
2
Melamar pekerjaan
3
Interview bersama si kembar
4
Memulai tugas
5
Mengantar sekolah
6
Kekesalan Mami
7
Berenang
8
Opname
9
Nazwa vs Rayhan
10
Janji Papa
11
Insiden
12
Shalat berjama'ah
13
Ulah Anggi
14
Kamar si kembar
15
Mantan laknat
16
Jalan-jalan
17
Sea world
18
Berakting
19
Ke rumah Tiwi
20
Es balok
21
Membalas pesan
22
Alasan Rayhan
23
Bermain bersama
24
Keluarga Mami
25
Bertemu orang di masa lalu
26
Flash Back On
27
Keputusan Opa
28
Ke Panti
29
Mengingat masa kecil
30
Memilih gaun
31
Otw kondangan
32
Pesta sang mantan
33
Tranding topik
34
Untuk sementara
35
Uring-uringan
36
Pesan terakhir
37
Rayyan vs Rayhan
38
Memberi perhatian
39
Siluman ular
40
Satu bulan kemudian
41
Salah tingkah
42
Berdebar-debar
43
Malam panjang
44
Malu
45
Papa Tantrum
46
Serangga lapar
47
Menyatakan cinta
48
Pulang kampung
49
Tidur berempat
50
Resepsi pernikahan.
51
Kabar bahagia
52
Rumah baru
53
Pindah rumah
54
USG
55
Cerita Mami
56
Turki
57
Keluarga Nazwa
58
Oleh-oleh khas Turki
59
Menerima kenyataan
60
Kejutan
61
Penyesalan
62
Makam orang tua Nazwa
63
Jodoh kedua
64
Kado terindah
65
Menyambut twins boy
66
Baby sitter
67
Aqiqah A2
68
Berbuka
69
Papa rewel
70
Bertemu keluarga
71
Hati Rendra
72
Jalan-jalan
73
Cappadocia
74
Membuat keramik
75
Perasaan Rendra
76
Melamar.
77
Pulang ke Indonesia
78
Penggemar Rendra
79
Mami sakit
80
Pernikahan lintas Negara
81
Malam pertama
82
Resepsi R & E
83
Anniversary
84
Kumpul keluarga
85
Keluarga Om Saif
86
Dosen pembimbing
87
Bimbingan
88
Bolu tape
89
Kebersamaan
90
Bimbingan lagi
91
Pingsan
92
Gosip
93
Ketahuan
94
Pengakuan Rania
95
Cemburu
96
Dadakan
97
Panggil Mas
98
Boleh kah?
99
Cincin kawin
100
Di rumah abang
101
Suntikan
102
Dugaan ummi
103
Kabar Mengharukan
104
Harap-harap cemas
105
Kabar duka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!