Melamar pekerjaan

Setelah selesai shalat dan dzikir Shubuh, Nazwa kembali memeriksa handphone-nya. Ia membuka instagram untuk sekedar menghibur diri. Tiba-tiba ia membaca story dari salah satu temannya yang bernama Tiwi. Nazwa memang tidak banyak memiliki nomer temanya. Ia hanya menyimpan nomer handphone teman perempuannya saja. Tiwi adalah teman satu dia bekerja di restoran dulu. Story tersebut menampilkan sebuah lowongan kerja untuk menjaga anak.

Nazwa tertarik dengan lowongan tersebut. Ia pun segera mencari kontak Tiwi untuk menghubunginya. Beruntung Tiwi langsung mengangkat telponnya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam, ini Nazwa?"

"Tiwi, iya ini aku. Kamu masih menyimpan nomerku?"

"Ya Allah Wa, tumben kamu telpon? Sudah lama kamu nggak menghubungi aku."

"Iya maaf, wi. Aku cuma tidak mau mengganggumu. Apa lagi kamu sudah bersuami."

"Ah bilang saja kamu dilarang suamimu untuk menghubungiku."

"Ah iya maaf, itu juga salah satunya."

"Tapi aku senang lho Wa, akhirnya kamu mau menghungi aku. Oh iya, apa kamu sudah punya anak Wa? "

Deg

Rasanya hati Seperti tertindih baru. Pertanyaan semacam itu selalu membuat dirinya teringat akan perkataan mertuanya.

"Halo Wa, kok diam?"

"Eh iya wi, maaf tadi ngak fokus. Wi, aku mau tanya soal lowongan kerja yang kamu upload di story IG mu, apa itu benar?"

"Oh iya benar itu. Kenapa? Jangan bilang kamu tertarik?"

Nazwa tidak ingin berbasa-basi lagi, ia pun menyampaikan keinginannya untuk mencari pekerjaan. Saat Tiwi menanyakan alasannya, Nazwa dengan berat hati mengatakan keadaannya saat ini. Tiwi shock mendengar cerita Nazwa. Tiwi memang salah satu teman dekat Nazwa di restoran, tapi sajak Nazwa menikah, ia jarang sekali menghubunginya lantaran Soni melarang. Dan kini tiba-tiba Tiwi mendengar kabar yang tidak mengenakkan soal temannya itu.

"Astagfirullah.... Wa, kamu sekarang di mana?"

"Di Masjid, wi."

"Begini saja Wa, hari ini aku libur. Kita ketemuan ya."

"Di mana wi?"

"Di kedai gado-gado langganan kita dulu, yang dekat restoran. Tapi aku bawa anakku nggak pa-pa ya?"

"Tentu saja, wi."

"Ya sudah, jam 7 aku berangkat."

"Iya, wi. Sebelumnya Terima kasih ya."

"Iya, sama-sama."

Nazwa masih duduk di pojokan membaca Al-Qur'an menunggu waktu Dhuha. Setelah waktu Dhuha tiba, ia pun melakukan shalat Dhuha sebanyak empat rakaat seperti kebiasaannya di pagi hari. Setelah itu Nazwa segera bergegas merapikan dirinya lalu berpamitan kepada marbot Masjid. Ia mengucapkan rasa Terima kasihnya karena telah diizinkan berdiam di Masjid.

Koper yang ia letakkan di depan Masjid diseret ya kembali. Ia berjalan menuju halte angkot. Setelah berjalan kurang lebih 550 meter, akhirnya ia sampai. Dan tidak lama kemudian ada angkutan yang lewat dengan tujuan yang diinginkan Nazwa. Sudah lama sekali ia tidak naik angkutan umum. Rasanya ia flash back kepada masa lalu saat baru pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta.

Singkat cerita, Nazwa sudah sampai di depan kedai gado-gado yang dimaksud. Nazwa melihat kedai tersebut baru buka dan masih beres-beres. Ia pun duduk di bambu panjang yang terletak tidak jauh dari kedai tersebut untuk menunggu kedatangan Tiwi.

15 menit kemudian, Tiwi sampai. Ternyata Tiwi diantar oleh suaminya naik sepeda motor.

"Nazwa!" Tiwi melambaikan tangannya.

"Hai, iya." Nazwa pun lansung beranjak mendekatinya.

Ternyata suami Tiwi hanya mengantar karena sekalian akan berangkat bekerja. Tiwi menggendong putrinya yang masih berusia 6 bulan. Tiwi dan Nazwa bersalaman serta cium pipi kiri dan kanan. Nazwa juga menyapa si kecil dengan mengusap pipinya.

"Ya Allah Nazwa, kamu nggak banyak berubah. Masih cantik saja. Kenapa suamimu itu tidak bersyukur memiliki istri sepertimu?"

"Eh, sudahlah! Jangan bahas dia lagi wi. Sekarang aku hanya ingin fokus ke masa depan. Biarlah Allah yang membalasnya."

Nazwa hanya berusaha untuk menjadi wanita kuat. Meski tak dapat dipungkiri hatinya masih sangat rapuh saat ini. Namun ia tidak ingin orang lain ikut merasakan sakit hatinya.

"Ah iya, kalau begitu ayo kita masuk ke kedai. Kamu pasti belum sarapan."

Mereka pun memesan dia porsi gado-gado. Tidak perlu menunggu lama, karena masih sepi. Mereka pun menikmati sarapan gado-gado. Setelah selesai sarapan, mereka masih ngobrol. Ternyata sekarang Tiwi sudah tidak bekerja karena harus menjaga putrinya. Suaminya yang bekerja di menjadi Office boy di salah satu perusahaan ternama. Dan yang mencari lowongan pekerjaan tersebut adalah keluarga dari bos perusahaan suaminya.

"Nazwa, nanti kalau kamu mau cari tempat kost, mending di tempatku saja. Tapi kalau misal ksmu diterima kerja, kamu tidak perlu ngekost. Kamu bisa tinggal di rumah majikan. Untuk sementara, kamu titipkan saja barangmu di tempatku."

"Apa tidak merepotkan, wi?"

"Tentu saja tidak. Oh iya, kamu bisa datang langsung je rumahnya. Tidak perlu membawa CV, cukup KTP saja. Mereka mencari yang serius kerja. Kata suamiku Nyonya yang mencari pengasuh ini baik sekali. Tapi... "

"Tapi kenapa wi?"

"Anaknya yang agak-agak."

"Agak-agak gimana maksudmu?"

"Gimana, aku juga nggak tahu sendiri sih. Ya mungkin agak jutek dan disiplinnya tinggi. Sudah jangan dipikirin. Kalau memang niat kerja harus siap mental. Lumayan gajinya besar."

"Tapi kenapa mereka tidak cari ke agency ya, wi?"

"Kata suamiku Nyonya trauma karena pernah ambil dari agency nyatanya kena tipu."

"Oh begitu."

"Iya, cepat berangkat, semoga peluangnya masih ada. Karena baru kemarin ini lowongan diumumkan.

Tiwi meminjamkan uang seratus ribu untuk Nazwa karena khawatir Nazwa kekurangan yang di jalan. Dengan tekat yang bulat dan berbekal uang seadanya, Nazwa naik gojek menuju alamat yang dituju. Dengan harapan yang besar, Nazwa berdo'a di dalam hati. Semoga ini jalan terbaik baginya.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 25 menit, akhirnya Nazwa sampai di alamat tujuan.

"Mbak, sudah sampai."

"Benar ini pak, alamatnya?"

"Diperiksa lagi saja mbak, ini nomer 55A."

Nazwa turun dari motor dan memeriksa alamatnya kembali.

"Oh iya benar, Pak. Ini, makasih Pak." Nazwa memberikan ongkos kepada sopir gojek.

"Sama-sama."

Ia masih berdiri di depan gerbang yang sangat tinggi itu. Rumah yang begitu megah dan tampak dari luar interior klasik. Nazwa jadi takut untuk memasukinya. Melihat gelagat Nazwa yang mondar mandir di depan gerbang tersebut, salah satu security pun keluar untuk menanyakan.

"Maaf Mbak, apa Mbak ada keperluan di rumah ini?"

"Eh iya, maaf Pak. Itu, saya mau melamar jadi pengasuh. Saya membaca lowongan kerja. Apa betul ini rumahnya Nyonya Salsa Pak?"

"Oh iya betul sekali. Memang Nyonya sedang mencari pengasuh. Tadi saja sudah ada dua orang yang datang. Mari silahkan masuk. "

"Terima kasih, Pak."

Security pun mengantarkan Nazwa sampai ke depan rumah.

Bersambung....

...****************...

Terpopuler

Comments

Tri Handayani

Tri Handayani

kirain mau ngasuh si kembar cucunya mama fatin,next thorrr'semangat

2025-02-01

3

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

berarti ni bkn kisah rayyan ya mak..baiklah kisah siapapun yg penting ceritay oce dan seru..

2025-02-02

1

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

kalo kita berpasrah kepada Sang Pemilik kehidupan percaya, pasti ada aja yah jalannya,,,

2025-02-12

1

lihat semua
Episodes
1 Nazwa
2 Melamar pekerjaan
3 Interview bersama si kembar
4 Memulai tugas
5 Mengantar sekolah
6 Kekesalan Mami
7 Berenang
8 Opname
9 Nazwa vs Rayhan
10 Janji Papa
11 Insiden
12 Shalat berjama'ah
13 Ulah Anggi
14 Kamar si kembar
15 Mantan laknat
16 Jalan-jalan
17 Sea world
18 Berakting
19 Ke rumah Tiwi
20 Es balok
21 Membalas pesan
22 Alasan Rayhan
23 Bermain bersama
24 Keluarga Mami
25 Bertemu orang di masa lalu
26 Flash Back On
27 Keputusan Opa
28 Ke Panti
29 Mengingat masa kecil
30 Memilih gaun
31 Otw kondangan
32 Pesta sang mantan
33 Tranding topik
34 Untuk sementara
35 Uring-uringan
36 Pesan terakhir
37 Rayyan vs Rayhan
38 Memberi perhatian
39 Siluman ular
40 Satu bulan kemudian
41 Salah tingkah
42 Berdebar-debar
43 Malam panjang
44 Malu
45 Papa Tantrum
46 Serangga lapar
47 Menyatakan cinta
48 Pulang kampung
49 Tidur berempat
50 Resepsi pernikahan.
51 Kabar bahagia
52 Rumah baru
53 Pindah rumah
54 USG
55 Cerita Mami
56 Turki
57 Keluarga Nazwa
58 Oleh-oleh khas Turki
59 Menerima kenyataan
60 Kejutan
61 Penyesalan
62 Makam orang tua Nazwa
63 Jodoh kedua
64 Kado terindah
65 Menyambut twins boy
66 Baby sitter
67 Aqiqah A2
68 Berbuka
69 Papa rewel
70 Bertemu keluarga
71 Hati Rendra
72 Jalan-jalan
73 Cappadocia
74 Membuat keramik
75 Perasaan Rendra
76 Melamar.
77 Pulang ke Indonesia
78 Penggemar Rendra
79 Mami sakit
80 Pernikahan lintas Negara
81 Malam pertama
82 Resepsi R & E
83 Anniversary
84 Kumpul keluarga
85 Keluarga Om Saif
86 Dosen pembimbing
87 Bimbingan
88 Bolu tape
89 Kebersamaan
90 Bimbingan lagi
91 Pingsan
92 Gosip
93 Ketahuan
94 Pengakuan Rania
95 Cemburu
96 Dadakan
97 Panggil Mas
98 Boleh kah?
99 Cincin kawin
100 Di rumah abang
101 Suntikan
102 Dugaan ummi
103 Kabar Mengharukan
104 Harap-harap cemas
105 Kabar duka
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Nazwa
2
Melamar pekerjaan
3
Interview bersama si kembar
4
Memulai tugas
5
Mengantar sekolah
6
Kekesalan Mami
7
Berenang
8
Opname
9
Nazwa vs Rayhan
10
Janji Papa
11
Insiden
12
Shalat berjama'ah
13
Ulah Anggi
14
Kamar si kembar
15
Mantan laknat
16
Jalan-jalan
17
Sea world
18
Berakting
19
Ke rumah Tiwi
20
Es balok
21
Membalas pesan
22
Alasan Rayhan
23
Bermain bersama
24
Keluarga Mami
25
Bertemu orang di masa lalu
26
Flash Back On
27
Keputusan Opa
28
Ke Panti
29
Mengingat masa kecil
30
Memilih gaun
31
Otw kondangan
32
Pesta sang mantan
33
Tranding topik
34
Untuk sementara
35
Uring-uringan
36
Pesan terakhir
37
Rayyan vs Rayhan
38
Memberi perhatian
39
Siluman ular
40
Satu bulan kemudian
41
Salah tingkah
42
Berdebar-debar
43
Malam panjang
44
Malu
45
Papa Tantrum
46
Serangga lapar
47
Menyatakan cinta
48
Pulang kampung
49
Tidur berempat
50
Resepsi pernikahan.
51
Kabar bahagia
52
Rumah baru
53
Pindah rumah
54
USG
55
Cerita Mami
56
Turki
57
Keluarga Nazwa
58
Oleh-oleh khas Turki
59
Menerima kenyataan
60
Kejutan
61
Penyesalan
62
Makam orang tua Nazwa
63
Jodoh kedua
64
Kado terindah
65
Menyambut twins boy
66
Baby sitter
67
Aqiqah A2
68
Berbuka
69
Papa rewel
70
Bertemu keluarga
71
Hati Rendra
72
Jalan-jalan
73
Cappadocia
74
Membuat keramik
75
Perasaan Rendra
76
Melamar.
77
Pulang ke Indonesia
78
Penggemar Rendra
79
Mami sakit
80
Pernikahan lintas Negara
81
Malam pertama
82
Resepsi R & E
83
Anniversary
84
Kumpul keluarga
85
Keluarga Om Saif
86
Dosen pembimbing
87
Bimbingan
88
Bolu tape
89
Kebersamaan
90
Bimbingan lagi
91
Pingsan
92
Gosip
93
Ketahuan
94
Pengakuan Rania
95
Cemburu
96
Dadakan
97
Panggil Mas
98
Boleh kah?
99
Cincin kawin
100
Di rumah abang
101
Suntikan
102
Dugaan ummi
103
Kabar Mengharukan
104
Harap-harap cemas
105
Kabar duka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!