Playboy Jatuh Cinta (The King In Love)
Selamat datang di dunia halu penulis, yang namanya halu pasti banyak sekali cerita yang nyeleneh dan nggak masuk akal. mohon dimaklumi ya ... Semoga penulis bisa memberikan kisah yang menarik dan juga mohon dukungannya like, vote, rate dan komen ya ... kritik dan saran juga dibutuhkan.
Happy reading
Salam manis dari penulis
Semoga yang baca suka dengan kisah Leo yang gak ada akhlak ini. hehe ....
******
Episode 1
Pertama kali memasuki gerbang universitas ini, yang tersirat di kepala Shena hanyalah, "Pantaskah aku berada di sini?”
Bagi gadis sederhana seperti Shena, bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi merupakan sebuah keajaiban. Shena menjadi salah satu penghuni universitas yang ia impikan semenjak masih SMA. Melalui beasiswa yang Shena dapat, akhirnya ia bisa melanjutkan sekolahnya di universitas terkenal yang menjadi dambaan semua siswa.
Shena memiliki teman dekat bernama Laura, gadis centil yang cantik dan berasal dari keluarga konglomerat. Laurapun juga sangat senang bisa memiliki teman seperti Shena yang berhati mulia. Laura tidak peduli dari kasta mana Shena berasal, yang terpenting Shena tulus berteman dengannya. Terbukti dari banyaknya bantuan yang diberikan Shena padanya hingga ia selalu mendapat nilai baik di setiap mata kuliahnya. Sebab itulah mulai dari awal semester hingga sekarang, Laura selalu setia menemani Shena, bahkan ia sangat mengenal dan mengerti seperti apa dan apapun yang dilakukan Shena sehingga tidak ada rahasia lagi diantara mereka. Begitu juga sebaliknya, bisa dibilang mereka layaknya saudara sendiri.
"Hei, Shen, kamu tahu? Barusan aku papasan sama Roy, haduhhh ... dia ganteng banget." Laura mengatupkan kedua tangan di bawah dagunya sambil membayangkan betapa tampannya Roy saat melihatnya.
"Kamu juga cantik," ujar Shena cuek sambil mencari-cari buku yang ada di rak perpustakaan kampus pusat.
"Benarkah? Menurut kamu, apa aku dan dia bakal jadi pasangan yang serasi?" Laura merasa senang. Ia sudah membayangkan kalau Roy menjadi pacarnya.
"Kenapa enggak?" Shena masih tetap cuek. Ia sibuk memilah-milah buku ensiklopedi tumbuhan.
"Tapi aku tidak tahu apakah dia juga punya perasaan yang sama sepertiku atau tidak.”
"Kalau gitu tembak aja dia." Shena asal saja memberi saran, padahal dia lebih fokus pada buku-bukunya.
"Kamu gila apa? mana ada cewek yang mau nembak cowok duluan?"
"Kenapa? cewek atau cowok itu kan nggak ada bedanya. Di zaman sekarang, begitu cewek naksir cowok, mereka langsung tembak, nggak harus nunggu cowoknya dulu yang nembak." kata-kata Shena masuk akal juga.
Laura sedikit dilema memikirkan apa yang dikatakan sahabatnya, karena ucapan Shena itu memang ada benarnya. “Au ah, kita liat aja nanti. Kamu lagi ngapain, sih? Serius amat?” tanya Laura yang sudah mulai sadar kalau Shena dari tadi hanya terpusat pada buku yang Shena baca.
Shena hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Laura.
“Jadi dari tadi kamu nggak dengerin aku ngomong, dan malah sibuk baca itu buku? Dasar!” Laura langsung ngambek pada Shena.
****
Keesokan harinya, Shena menerima kabar bahwa sahabatnya itu jadian dengan Roy. Ternyata Roy juga naksir Laura sejak lama. Jadi, sebelum Laura melaksanakan niatnya untuk nembak Roy, malah cowok itu duluan yang nembak Laura. Alhasil, mereka berdua langsung jadian dan berita hot itu langsung tersebar ke seluruh kampus.
Tentu saja Laura sangat bahagia, apa yang diharapkannya telah menjadi kenyataan. Pucuk dicinta ulampun tiba, dan yang ketiban sial menjadi pelampiasan kebahagiaan Laura, tentu saja Shena, sahabat dekatnya. Begitu Laura bertemu dengan Shena, gadis itu langsung mengajaknya berdansa, melompat-lompat, menari seperti orang gila, bahkan orang-orang disekitarnya menyangka bahwa mereka berdua sedang kerasukan setan.
Tidak ada yang bisa dilakukan Shena yang malang. Dia hanya pasrah mengikuti kemauan Laura yang sedang kasmaran. Ia sama sekali tidak ingin merusak kesenangan Laura, karena itu dia menuruti saja semua yang dilakukan Shena asal sahabatnya itu bahagia
Sayangnya, kemalangan Shena tidak hanya selesai sampai di situ, masih ada banyak hal yang harus ia lakukan untuk menuruti semua kemauan Laura yang sedang fall in love. Salah satunya seperti meminta ditemani malam-malam ke rumah Roy jika cowoknya datang terlambat mengapelinya, dan masih banyak hal gila lainnya yang mereka berdua lakukan selama Laura berpacaran dengan Roy.
Selain itu, Laura juga selalu meminta sahabatnya untuk menemaninya jika akan pergi ke gedung teknik yang dihuni kaum adam semua. Padahal, tempat itu terkenal menyeramkan, karena semua penghuninya adalah cowok. Jika ada cewek yang nyasar atau tidak sengaja lewat, maka para penghuni gedung itu langsung menyerbu mereka layaknya harimau kelaparan mendapatkan mangsa. Jadi, siapapun yang datang ke gedung tersebut, khususnya cewek, harus mikir lima kali kalau ingin datang sendiri.
Termasuk hari ini, Laura mengajak Shena datang malam-malam ke gedung fakultas teknik untuk menemui Roy. Sudah tiga hari cowok itu tidak menghubungi Laura sama sekali. Bahkan di telepon atau di sms juga tidak dihiraukan.
Makanya Laura nekat menemui Roy langsung di fakultasnya karena ia tahu hari ini pacarnya itu sedang ada ujian di laboratorium. Tentu saja Laura tidak berani datang sendirian dan yang ketiban sial menemaninya adalah siapa lagi kalau bukan Shena.
Sebagai sahabat terdekatnya, Shena memang tidak bisa menolak meski sebenarnya ia keberatan kalau harus datang ke tempat yang menurutnya adalah sarang monster. Namun, Shena terpaksa menyetujuinya karena Laura memohon supaya mau menemaninya datang ke gedung fakultas teknik tempat Roy kuliah. Karena tidak tega, Shena mengiyakan saja ajakan Laura yang terlihat seperti itik kehilangan induknya.
"Ra! kamu yakin mau ke tempat ini?" tanya Shena ketika mereka mulai memasuki halaman gedung Fakultas Teknik.
"Yakinlah! Udah sampe sini juga, masa mau balik.” Laura sendiri juga merasa sedikit gemetar ketika berjalan mendekati pintu masuk. Memang suasana hari ini agak berbeda dengan hari-hari biasanya. Terlalu sepi, tidak ada satupun orang yang berpapasan dengan mereka berdua, padahal biasanya tempat ini ramai orang yang berlalu lalang mulai dari gerbang hingga koridor utama gedung ini.
"Ini kampus apa kuburan ya, Ra? Sepi banget." Shena mengamati sekeliling. Semua tempat yang ia lihat terlihat tidak berpenghuni.
"Mereka semua lagi kuliah kali?" jawab Laura singkat. Ia juga terlihat sedikit takut.
"Masa semuanya kuliah malem? Kuliah apaan? Jadi vampir? Drakula?" gidik Shena.
"Husss! Jangan ngomong gitu dong, Shen? Aku jadi takut, nih ... serius ini.” Laura menggamit lengan Shena.
"Lagian ini tempat sepi banget, Raa ... aneh, kan? Emang cowok kamu ada di lantai berapa, sih?" Shena celingukan menatap ke segala arah untuk memastikan, apakah ada orang atau tidak.
"Kalau nggak salah jadwalnya hari ini ada di lantai tiga. Kita ke sana aja." Laura menyeret tangan Shena tanpa izin.
Mereka berdua langsung menuju tangga yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai berikutnya.
Sepanjang perjalanan menaiki tangga dari lantai satu hingga lantai tiga, tidak ada satupun orang yang berpapasan dengan mereka. Ini kali pertama mereka datang kemari dengan suasana yang sangat sepi. Terlalu sepi malah. Biasanya tempat ini selalu dipenuhi dengan orang. Apalagi kalau kedatangan orang baru khususnya cewek, biasanya para cewek bakal diserbu seperti mirip semut yang siap ramai-ramai menyerbu makanan.
Berbeda dengan sekarang, gedung ini seperti tidak berpenghuni, sehingga membuat dua gadis itu menjadi was-was. Ditambah lagi, suasana yang terkesan seram membuat bulu kuduk mereka berdiri.
"Ra, balik yuk, kayaknya nggak ada siapa-siapa deh di sini. Nggak ada kuliah hari ini. Siapa tahu sudah diajukan tadi. Ini tempat serem banget, Ra ...." Shena mulai merasakan ada yang aneh dari suasana ini. Begitu juga dengan Laura.
Sejujurnya Laura juga merasa takut, tapi perasaan tidak tenang karena tiba-tiba saja sang pacar hilang kontak dan tidak bisa dihuhungi membuat tekadnya semakin bulat untuk tetap menemuinya hari ini. Apapun yang terjadi.
"Kamu ini, sama perampok aja berani? Masa gini aja kamu takut, sih? biasanya juga kamu pulang malam sendirian biasa-biasa aja, nggak kenapa-napa?"
"Yeee, yang kita hadapin sekarang bukan manusia Ra, ya jelas bedalah, gimana sih? Lagian kenapa kamu nggak nyari dirumahnya aja? Malah ketempat kayak gini. Kamu sendiri kan tahu nggak ada satupun cewek yang selamet kalau datang ke sini?"
"Ah, kamu percaya aja sama gosip di luar, emang kamu pernah liat langsung?"
Shena menggelengkan kepala.
"Makanya jangan percaya sebelum kamu pernah liat dengan mata kepala kamu sendiri. Aku udah coba telepon rumahnya, tapi orang di rumahnya bilang Roy udah tiga hari nggak pulang, katanya nginep di rumah temennya, dan nggak ada yang tahu temennya yang mana, katanya lagi banyak tugas dan nggak bisa pulang.”
"Nah itu, berarti memang dia lagi sibuk ngerjain tugas, yuk pulang!" Shena berbalik arah dan hendak ke luar tapi tangannya dicekal oleh Laura.
"Tunggu dulu, masa kamu mau ninggalin aku? Kalau memang dia lagi ngerjain tugas harusnya dia hubungi aku, kan? Hp-nya aktif tapi tiap kali aku telepon, sms nggak pernah di angkat dan dibales, kan aneh? Please Shen, temenin aku ya, kita kan berdua, kamu nggak sendirian." Laura menggenggam erat tangan sahabatnya. Lagi-lagi Shena tidak tega menolak permintaan sahabatnya.
Mereka berdua akhirnya melanjutkan perjalanan hingga di lantai tiga. Ada banyak ruang di sana. Mereka mulai membuka pintu satu persatu dan hasilnya, nihil. Tidak ada siapa-siapa di lantai itu. Mereka berdua bingung dan takut. Laura yakin dengan jadwal yang diberikan Roy dulu, dan mereka juga sudah menghitung lantai gedung ini. Tidak mungkin kalau ada kesalahan.
"Mungkin kelasnya ganti kali Ra, kita coba cek di lantai atas kalau memang masih nggak ada juga, kita cabut yuk! Perasaanku bener-bener nggak enak, nih." Shena merasa takut berada di tempat sepi seperti ini.
Kali ini Laura menyetujui usulan Shena. Mereka melangkah menaiki tangga menuju lantai empat. Ketika di tengah anak tangga, tiba-tiba lampu mendadak mati. Tentu saja mereka berdua panik dan ketakutan. Apalagi mereka tidak bisa melihat apa-apa. Sekeras mungkin keduanya berteriak. Namun, tak satupun orang yang datang, bahkan mendengar pun tidak. Sekarang tidak ada yang bisa mereka perbuat selain berharap ada bantuan yang datang.
Dalam situasi seperti ini, Shena berusaha menenangkan diri agar ia bisa berpikir jernih untuk mencari jalan keluar. Shena mengeluarkan ponsel dan mengotak atiknya untuk mencari lampu senter agar ia bisa turun dan ke luar dari gedung ini. Namun, ia baru menyadari sesuatu, entah sejak kapan, tangan Laura terlepas dari genggamannya, dan kini ia sendirian. Laura tidak ada di dekatnya lagi, gadis itu tiba-tiba saja menghilang.
"Ra! Laura! Kamu di mana?" teriak Shena. Ia mencari-cari Laura ke sana ke mari tapi sahabatnya itu tidak bisa juga ditemukan. Dalam keadaan gelap, Shena panik dan tidak tahu ke mana ia harus melangkah, tetap menaiki tangga atau turun ke bawah.
Shena menangis, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Dalam sekejap, Laura menghilang tanpa jejak. Ia juga tidak bisa melihat apapun yang ada disekelilingnya, dan ketakutannya semakin memuncak saat sebuah tangan tiba-tiba menyentuh pundaknya. Ia terkejut dan berbalik badan lalu mundur ke belakang hingga punggungnya membentur dinding tangga.
Shena benar-benar kaget saat tahu siapa yang menyentuh pundaknya. Secepat kilat ia mengarahkan lampu senter dari hp nya ke arah orang itu yang ternyata adalah Leopard, cowok yang Shena kenal sebagai teman dekat Roy sekaligus playboy kelas kakap di kampus ini.
"Kau?" Shena terkejut.
****
buat yang bingung sama visual ada di episode 66. tapi karena aku lagi senang maka visual Leo, Shena, Roy dan Laura aku taru di awal juga biar gak penasaran.
Biar halunya komplit ... cek video visual semua tokoh dalam novel-novelku. hanya aku post di Ig-ku .. zariya_zaya
Leopard Bay Pyordova
Shena Maililiani
Roy
Laura
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Diantt Oioi
sedikit percaya Sama gak percaya
2023-12-02
1
agustin puspita
mantap ....
2023-11-06
0
putri lestari
mantap ceritanya..👍
2023-09-08
0