Lucyana Evangelista

"Awwww!"

Pekikan itu membuat pandangan orang di sekitar tempat itu menoleh. Mereka melihat seorang gadis terjatuh hingga terduduk di lantai, tetapi tidak ada yang berani membantu lantaran tidak ingin berurusan dengan Galen. Mereka hanya bisa melihat dan menantikan apa yang akan dilakukan oleh Galen pada gadis berkacamata itu.

Galen sendiri mengalihkan pandangannya ke asal suara. Ia melihat seorang gadis terduduk di lantai karena menabraknya. Galen memandang malas, tanpa berminat membantu gadis itu. Sudah sering gadis di sekolahnya bertingkah konyol hanya demi menarik perhatiannya.

Galen masih berdiri di tempat yang sama, mata tajamnya masih mengarah pada gadis di depannya, menatap setiap gerakannya, hingga gadis itu berdiri tegap tepat di hadapannya.

"Ma-af ..." Ucapan gadis itu terhenti dalam sekejap, matanya membulat, terkejut melihat tubuh tegap yang berdiri di hadapannya, tetapi tidak berani menatap wajahnya.

Merasa penasaran gadis itu lantas mendongak, matanya kembali membulat, melihat laki-laki berdiri tegap di hadapannya dengan menunjukan tatapan penuh permusuhan.

Galen sendiri bersikap datar saat pandangannya bersirobok dengan mata bulat gadis yang kini berdiri di hadapannya. Memandang malas gadis itu, tetapi moodnya yang sedang berantakan membuat Galen bertambah kesal.

"Punya mata nggak!" bentaknya.

"Punya!" Gadis itu spontan menjawab lantaran terkejut dengan teriakan Galen membuat orang-orang di sekitarnya tertawa.

Galen bertambah kesal dengan gadis itu dan memilih untuk pergi, tetapi baru akan menggerakan kaki, gadis itu justru menghadangnya.

"Tunggu!" Gadis itu menghadang langkah Galen sambil merentangkan kedua tangannya.

Galen sontak menghentikan langkahnya, kembali menatap mata gadis itu dengan rahang yang mengeras, ekspresi wajahnya menujukkan kemarahan yang siap meledak kapan pun.

"Minggir!" perintahnya dengan suaranya yang berat.

"Sebentar," kata gadis itu.

Semua orang di dekat keduanya syok, napas mereka seolah berhenti melihat keberanian gadis, yang merupakan siswi baru di sekolah.

Berani banget itu anak. Gue yang satu angkatan dan satu kelas sama Galen saja nggak berani ngelakuin itu. Ini anak baru, apalagi kelas 10 lancang banget ngehadang langkah Galen. Cari mati dia.

Apa dia nggak tahu kalau Galen paling nggak suka ada yang menghalangi jalannya?

Wajarlah, dia anak baru. Jadi tidak tahu.

"Minggir!" ucap Galen pelan tapi penuh tekanan.

"Tu-tu-nggu dulu!" cegah gadis yang memiliki nama Lucyana Evangelista itu. "Aku minta maaf. Aku nggak sengaja nabrak Kakak."

"Gue bilang minggir!" sentak Galen, tidak perduli dengan permintaan maaf Lucyana. Galen kembali ingin melangkah, tetapi gadis itu tidak memberikan jalan untuknya.

"Sebentar, Kak," cegah Lucyana. "Aku cuma mau tanya letak toilet kok."

Semua orang yang mendengar pernyataan Lucyana seketika menganga. Menganggapnya lancang karena melontarkan pertanyaan konyol itu pada Galen.

Ekspresi Galen berubah menggelap, setelahnya mendengkus kesal lantaran gadis di depannya mencegah langkahnya hanya untuk bertanya letak toilet.

Galen berdecak kesal, lantas mengangkat tangannya, menarik lalu kemudian membaca nama yang tertera pada id card yang menggantung di leher gadis itu, Lucyana Evangelista.

"Haloo! Kak! Kamu baik-baik saja?" Lucyana menggerakkan tangannya ke kanan dan kiri tepat di depan wajah Galen, semakin membuat orang di sekelilingnya makin sulit untuk bernapas.

Tetapi mereka tidak ingin menghentikan Lucyana, mereka justru tertarik untuk melihat apa yang akan dilakukan oleh Galen padanya. Yang jelas bukan sesuatu yang baik.

"Aku anak baru dan —"

"Bisa baca nggak?" Galen menukas ujaran Lucyana. Salah satu tangannya menunjuk ke sisi kanannya.

Lucyana mengikuti arah yang Galen tunjukkan. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, ada papan besar yang tergantung dengan tulisan toilet. Setelah itu kembali melihat ke arah Galen. Ia meringis mendapati ekspresi wajah Galen yang seolah ingin memangsa dirinya.

"Terima kasih, Kak," ucap Lucyana. "Aku pergi dulu."

Tidak tahan dengan tatapan mengerikan Galen, Lucyana memilih menyingkir, seolah membuka jalan untuk Galen. Setelahnya berlari kecil menuju toilet. Namun, di tengah perjalanan, Lucyana berbalik seraya melambaikan tangan juga berseru.

"Sampai jumpa, Kak. Namaku Lucyana Evangelista. Kakak bisa panggil aku Ana," ucapnya tanpa menghentikan langkahnya.

DUK

Karena terus melihat ke arah Galen, Lucyana tidak melihat sekitar, hingga kakinya menyenggol tempat sampah.

Orang-orang yang melihatnya pun tertawa, tetapi tidak dengan Galen. Pemuda-pemuda itu justru mendengkus melihat tingkah konyol Lucyana. Tidak ingin berlama-lama, Galen memilih untuk pergi.

Lagi-lagi moodnya kembali berantakan saat mata tajamnya melihat Evan berjalan ke arahnya. langkahnya pun terhenti saat kekasih Safira itu menghadang langkahnya disusul oleh tiga temannya sendiri.

"See, lo boleh pintar dan kaya, tampang lo juga oke. Tapi sayangnya lo kalah untuk mendapatkan Safira. Dia lebih milih gue," ejek Evan.

Galen menatap Evan malas. Ingin sekali dirinya memukul Evan, tetapi tidak ia lakukan. Mereka ada di area sekolah.

"Masih kurang pukulan gue waktu itu?" tanya Galen sarkas.

Evan hanya tersenyum sinis seolah sedang mengejek Galen. "Ayolah, kita bisa berteman, bukan.

"I have no interest in being your friend," tekan Galen.

"Ayo —"

"Apa perlu gue kasih tahu sama Safira, kalau lo menang Olimpiade karena sogokan uang yang nggak seberapa itu!" ancam Galen menbuat Evan terdiam seketika.

Setelah mengatakan kalimat itu, Galen pergi dengan diikuti oleh ketiga temannya diiringi tawa ejekan.

Evan meradang lantas mengangkat tangannya seolah sedang memukul angin. Ekspresinya begitu kesal, terlihat dari tarikan napasnya yang tidak beraturan.

Sebuah pertanyaan pun muncul di benak Evan, dari mana Galen tahu semua itu?

Sementara itu, di dalam toilet, Lucyana sedang mendapatkan bullying dari kakak kelasnya. Padahal dirinya tidak tahu apa kesalahannya. Kania Ariesta, nama yang tertera di id card siswi cantik itu.

Setelah masuk ke dalam toilet, tidak lama Kania dan dua dayangnya datang. Kania langsung mengunci pintu toilet, membuat Lucyana terkejut.

"Ada apa, Kak?" tanya Lucyana gugup karena tatapan Kania dan dua temannya itu.

Bukannya menjawab Kania justru mendorong Lucyana hingga tubuh belakang Lucyana menubruk tembok.

"Awww!" pekik Lucyana. Tangannya terulur untuk menjangkau rasa sakit yang ia rasakan di punggungnya.

"Amara, isi wastafelnya sampai penuh!" perintah Kania pada salah satu temannya.

"Beres!" Amara melakukan apa yang Kania suruh.

Lucyana berdiri dalam kebingungan melihat apa yang dilakukan oleh Kania dan dua temannya, tetapi setiap kali ia bertanya dirinya tidak mendapatkan jawaban, justru yang ia dapat hanya cacian dan juga makian.

"Sini!" Kania mencengkeram rambut Lucyana yang terikat layaknya ekor kuda, menariknya menuju depan wastafel.

"Kakak, lepasin. Arghht." Rambut Lucyana ditarik oleh seorang siswi cantik yang merupakan kakak kelasnya itu.

"Jangan mimpi!" Siswi cantik itu menenggelamkan kepala Lucyana ke dalam wastafel yang penuh dengan air lantas menariknya kembali.

"Hahhh, hahah!"

Belum sempat Lucyana menarik napas, ia kembali ditenggelamkan dan kembali ditarik membuat Lucyana terbatuk-batuk juga kesulitan untuk bernapas.

"Ini akibatnya jika lo udah kecentilan sama pacar gue!" sentak Kania.

"Tapi aku tidak tahu siapa pacar Kakak? Aku anak baru, aku belum kenal siapapun," bantah Lucyana. Ia berucap dengan susah payah.

"Jangan bohong! Mau gue tenggelemin kepala lo lagi, hah!" ancam Kania tanpa melepaskan rambut Lucyana.

Lucyana menggeleng sembari menangis.

"Beneran, Kak. Aku nggak kenal sama pacar Kakak," ucap Lucyana lagi.

"Lo pikir gue bakalan percaya!" Kania melepaskan cengkraman tangannya di rambut Lucyana, lalu mendorong gadis yang merupakan adik kelasnya itu ke tembok, tangannya terangkat u lewat mencengkram leher Lucyana. "Dengernya, pacar gue itu Galen Haidar Bramantyo!"

"A-ku ngga-k kenal," ucap Lucyana. Nada bicaranya terputus-putus karena cekikan di lehernya.

"Kania, lepasin dia! Wajahnya udah merah banget. Kalau dia mati bagaimana?" ucap Amara takut.

"Dia mati pun gue nggak peduli!" Kania menolak untuk melepaskan Lucyana. "Dia udah lancang godain Galenku."

"Tapi —"

BRAK BRAK

"Buka!"

Gedoran dan suara lantang di depan pintu toilet itu mengalihkan perhatian Kania dan dua temannya. Kania dengan cepat melepaskan cengkraman tangannya di leher Lucyana.

"Buka, Sialan!"

Kania kenal jelas siapa pemilik suara itu.

"Buka!" perintah Kania pada Amara.

Amara mengangguk, lantas membuka pintu toilet. Namun … BRAK! Pintu toilet yang terbuka dengan cepat membuat Amara tidak sempat menghindar. Tubuh Amara terkena pintu kamar mandi membuatnya terduduk di lantai toilet yang basah.

"Aaaaa!" Amara menjerit lantaran seragamnya basah.

Bersamaan dengan itu masuklah seorang gadis yang langsung menatap tajam Kania.

"Beraninya main keroyokan!"

Episodes
1 Galen Haidar Bramantyo
2 Lucyana Evangelista
3 Arabella Quenza Bramantyo
4 Awal Kekecewaan Galen
5 Bertemu Lagi
6 Tawaran Pertemanan
7 Rencana Kania
8 Hukuman Untuk Kania
9 Insiden Roti Kacang
10 Tentang Lucyana
11 Putri Yang Terabaikan
12 Putri Yang Terabaikan(2)
13 Tawaran Bantuan
14 Perlindungan
15 Perlindungan 2
16 Acara Pameran Lelang
17 Kebenaran Yang Terungkap
18 Berontak
19 Tantangan
20 Jangan Jadikan Pelampiasan
21 Pengakuan Joni dan Kamila
22 Bebas
23 Badai Sudah Berlalu
24 Rasa Yang Terpendam
25 Rasa Yang Terpendam Part 2
26 Kakak Suka Aku Gak?
27 Perhatian Yang Tersembunyi
28 Pendekatan
29 Hubungan Tanpa Status
30 Kekesalan Lucyana
31 Pengakuan Galen
32 GO Public
33 Good bye Kania
34 Go Away
35 Kangen
36 Don't Leave Me
37 Gadis Kesayangan
38 Galen Vs Evan
39 I Will Always Protect You
40 She's Mine
41 Part Elgar Dan Aluna
42 LDR
43 Lost Control
44 Putus
45 Tak Bisa Melupakan
46 Kejujuran Lucyana
47 Pengakuan Lucyana
48 Stay With Me
49 Lucyana Vs Safira
50 Lucyana Vs Safira 2
51 Lucyana Vs Safira 3
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chaper 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74
75 Chapter 75
76 Chapter 76
77 Chapter 77
78 Chapter 78
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Galen Haidar Bramantyo
2
Lucyana Evangelista
3
Arabella Quenza Bramantyo
4
Awal Kekecewaan Galen
5
Bertemu Lagi
6
Tawaran Pertemanan
7
Rencana Kania
8
Hukuman Untuk Kania
9
Insiden Roti Kacang
10
Tentang Lucyana
11
Putri Yang Terabaikan
12
Putri Yang Terabaikan(2)
13
Tawaran Bantuan
14
Perlindungan
15
Perlindungan 2
16
Acara Pameran Lelang
17
Kebenaran Yang Terungkap
18
Berontak
19
Tantangan
20
Jangan Jadikan Pelampiasan
21
Pengakuan Joni dan Kamila
22
Bebas
23
Badai Sudah Berlalu
24
Rasa Yang Terpendam
25
Rasa Yang Terpendam Part 2
26
Kakak Suka Aku Gak?
27
Perhatian Yang Tersembunyi
28
Pendekatan
29
Hubungan Tanpa Status
30
Kekesalan Lucyana
31
Pengakuan Galen
32
GO Public
33
Good bye Kania
34
Go Away
35
Kangen
36
Don't Leave Me
37
Gadis Kesayangan
38
Galen Vs Evan
39
I Will Always Protect You
40
She's Mine
41
Part Elgar Dan Aluna
42
LDR
43
Lost Control
44
Putus
45
Tak Bisa Melupakan
46
Kejujuran Lucyana
47
Pengakuan Lucyana
48
Stay With Me
49
Lucyana Vs Safira
50
Lucyana Vs Safira 2
51
Lucyana Vs Safira 3
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chaper 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74
75
Chapter 75
76
Chapter 76
77
Chapter 77
78
Chapter 78

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!