Pertolongan

Di sebuah kamar, seseorang semakin mengeratkan selimutnya dengan nyaman, seakan itu pertama kalinya ia bisa tertidur nyenyak, padahal jam sudah hampir menunjukkan siang hari. Tidurnya terganggu ketika tirai dibuka, hingga cahaya mengenai mukanya, membuat ia mengerang kesal.

"CK, bisakah kalian membuat tidurku nyaman dalam sehari?" kesal Bella, tanpa sadar.

"Ehem, apakah tidurmu nyenyak, nona?" ujar seseorang dingin.

"Akkk... Siapa? Ada apa yang Anda lakukan di sini?" teriak Bella terkejut, mendengar suara asing memasuki pendengarannya. Langsung terbangun, melihat seseorang yang duduk di sofa, sedang menatapnya tajam.

"CK, apa Anda tidak sadar, Nona? Dimana Anda berada?" ucap seseorang itu.

"Eh, tuan, aku dimana? Kenapa aku disini?" ujar Bella tersadar, ia ternyata berada di sebuah kamar yang mewah, dan di kamar itu ada pria asing yang belum ia kenal.

"Apakah Anda pura-pura lupa tentang kejadian semalam, Nona?" ucap seseorang itu, menaik-turunkan alisnya. Seketika, membuat Bella langsung tertunduk, mengingat semalam ia dijual oleh ibu jahatnya itu ke bos Rentenir.

"Tapi, apa pria ini pria semalam yang menolongku?" ujar Bella dalam hatinya.

"Terima kasih, tuan, sudah menolongku," ujar Bela, menatap pria tampan itu. Ia tahu, tanpa pria itu, pasti ia sudah menjadi istri ke-49 bos Rentenir itu.

"Aku tidak butuh ucapan terima kasihmu. Apakah Anda lupa yang Anda katakan, Nona? Jika aku berhasil menolongmu..." ujar seseorang itu.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan, tuan, sebagai ucapan terima kasih karena telah menolongku?" ujar Bella.

"Menikah denganku," ujar seseorang itu.

"Apa Anda bercanda, tuan? Bagaimana seseorang yang belum saling mengenal langsung menikah? Aku tidak mau, tuan," ujar Bella tidak terima.

"Aku tidak butuh persetujuanmu, Nona. Apakah Anda tidak tahu siapa diriku?" ujarnya pada Bella.

"Emang Anda siapa, tuan? Aku tidak mengenalmu," ujar Bella.

"CK, bagaimana bisa gadis udik sepertimu tidak mengenalku? Bahkan seluruh wanita di dunia ini mendambakan diriku menjadi pendamping hidup mereka," kesal seseorang itu.

"Tapi aku benar tidak mengenalmu, tuan. Jika seluruh dunia mengejar-mu, maka aku tidak, tuan. Aku tidak punya waktu untuk sekedar melihat duniamu itu," ujar Bella.

.

"Aku adalah Alexander William Smith, ingat baik-baik namaku, CK. Maaf, tuan, aku tidak punya urusan untuk mengingatnya," timpal Bella.

Bella berlari memasuki kamar mandi, dan brak! Suara pintu kamar mandi ditutup dengan keras.

Beberapa saat kemudian, Bella akhirnya selesai membersihkan diri. Bella ketika keluar melihat Alex masih duduk di tempatnya.

"Kenapa tuan masih di sini?" ujar Bella.

"Apa Anda mengusirku, nona? Seharusnya Anda yang pergi, karena ini adalah masionku. Jadi, terserah ku mau di mana," ujar Alex menatap tajam Bella.

"Eh, mau ngapain?" ujar Bella memundurkan langkahnya ketika Alex mendekatinya. "Aku mau tubuhmu, gadis udik," ujarnya dengan senyum jahat, terus mendekati Bella.

"Eh, dasar tuan mesum! Minggir!" ujar Bella, mendorong Alex. Namun, dirinya lah yang terdorong ke belakang, membuat ia hampir jatuh. Namun, Alex menarik lengannya hingga ia menubruk dada bidang Alex.

"Aww, dasar batu!" umpat Bella, merasakan sakit pada dahinya. Sedang Alex menarik sesuatu di belakang Bella, kemudian berjalan keluar tanpa memperdulikan Bella yang sedang mengumpat.

Beberapa saat kemudian, Bella merasakan lapar. "Dia kemana sih? Gue lapar bangat. Mana masionnya sangat besar lagi? Apa aku tanya mereka kali?" ujar Bella ketika keluar, bingung mencari jalan menuju dapur. Hingga ia melihat beberapa maid sedang lalu lalang membersihkan masion. Ia bertanya kepada mereka.

"Maaf, mm... itu dapurnya di mana?" ujar Bella ragu-ragu.

"Maaf, nona... dapurnya ada di sebelah sana," tunjuk seorang maid, menunjukkan jalan menuju dapur.

"Makasih, mbak," ujar Bella, berlalu pergi.

"Siapa dia? Apa dia tamunya tuan?" bisik salah satu maid.

"Aku dengar semalam tuan membawa seorang perempuan. Apa dia orangnya?" bisik maid kedua.

.

.

"Kalian bekerja saja, jangan menggosip. Jika ketahuan, tuan kalian bisa dipecat," ujar maid ketiga, memperingati.

"Wah, masion ini sangat mewah dan besar, seperti istana. Rasanya aku ingin lama-lama tinggal di sini," ujar Bella pelan, melihat desain interior masion itu seperti rumah impiannya.

"Maaf, nona, Anda ingin melakukan apa?" ucap kepala pelayan, menghampiri Bella yang sedang memperhatikan para pelayan bekerja di dapur.

Mendengar seseorang menegurnya, Bella membalikan dirinya, melihat seorang perempuan paruh baya sedang menatapnya.

"Maaf, Bu. Bella tadi lapar, jadi saya turun ke sini," ujar Bella, menunduk.

"Bukankah makanan sudah diantar ke kamar kamu?" ujar kepala pelayan, karena tahu Bella adalah gadis yang dibawa tuannya semalam, dan ia telah menyuruh maid mengantarkan makanan ke kamar.

"Maaf, Bu, Bella tidak suka makanan mentah, hehe. Apa boleh Bella ikut membantu memasak makan siang?" ujar Bella.

"Maaf, nona, sebaiknya Anda duduk saja. Takutnya tuan marah, apalagi Anda adalah tamu tuan," ujar kepala pelayan, dan panggil saya Bi Sumi, saya adalah kepala pelayan di sini, nona, ujarnya kembali, dan memperkenalkan para maid yang sedang di dapur kepada Bella.

Ketika Alex keluar dari lift dengan Ben selalu mengekor di belakang, mereka mendengar suara tawa dari arah dapur, membuat ia penasaran, langsung menuju tempat itu. Sedangkan orang-orang di dapur itu tidak menyadari kedatangan Alex, saking asiknya berbincang dengan Luna, sekali-kali mereka tertawa kecil.

"Eh, tuan, maaf, kami tidak menyadari kehadiran Anda," ujar Bi Sumi, melihat tuannya berdiri memperhatikan mereka. "Silakan, tuan, hidangannya sudah selesai," ujar kembali Bi Sumi, mempersilakan tuannya duduk.

"Maaf, tuan, aku..." ucap Bella, terpotong ketika Alex mengangkat tangannya.

"Duduklah dan nikmati hidangannya, dan kamu juga, Ben," ujar Alex, kemudian mereka makan tanpa suara, karena Alex melarang keras orang berbicara di meja makan.

"Tuan, tunggu, Anda mau kemana?" teriak Bella, melihat kepergian Alex ketika selesai makan.

"Buk!" sekonyong-konyong, Bella menabrak punggung Alex. "Apa Anda senang sekali menubruk badan saya, nona?" ujar Alex, berbalik menatap tajam Bella.

"Maaf, tuan, Anda mau kemana, dan bagaimana dengan saya, tuan?" ujar Bella, sambil mengelus dahinya yang terasa sakit.

"Bukan urusanmu, nona. Dan Anda hanya perlu duduk diam di masion ini," ujar Alex, berlalu pergi, meninggalkan Bella yang terbengong.

"Tuan, ini file tentang identitas gadis itu," ujar Ben, menyerahkan berkas itu pada tuannya yang sedang duduk di ruang kerja.

"Apa kamu sudah pastikan semuanya, Ben?" ujar Alex.

"Sudah, tuan," ujar Ben.

"Mantap, keluarlah!" ujar Alex, menyuruh Ben keluar dari ruangannya.

Setelah kepergian Ben, ia mulai membuka file tentang identitas Bella. Senyum misteriusnya seketika terbit di bibirnya.

jangan lupa like, vote, subscribe dan comen 🙏🤗

Terpopuler

Comments

Alfianti Fian

Alfianti Fian

semakin menarik

2025-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!