Episode 18 Puzzle yang Hilang Telah Ditemukan

Ruangan ini bukan seperti sebuah kantor, melainkan apartemen kecil yang bisa digunakan sebagai tempat berteduh, semuanya tersedia lengkap, mau tempat tidur, bathtub, dapur mini, pemandangan indah, sampai ruang kerja. Disinilah Adwin selalu menghabiskan waktunya, terlebih saat ini hubungan dengan istrinya kurang baik, membuatnya lebih sering tinggal di sini.

Bagi lelaki itu, tempat ini sudah seperti sebuah surga. Bukan hanya memberikan kenyamanan, melainkan ketenangan dan juga inspirasi untuk setiap langkah yang akan diambil dalam kehidupannya.

Anak buah kepercayaan Adwin selalu datang pukul 6 pagi, dia membawakan informasi dan sarapan kesukaannya bubur ayam atau soto, terkadang mereka makan bersama, tetapi lebih seringnya Adwin menikmati sendiri sambil melihat pemandangan kota Jakarta dari atas.

Lelaki itu memicingkan matanya ketika mengetahui informasi terbaru bahwa Laksa tinggal bersama dengan ibunya. Pandangannya lurus ke arah gedung-gedung pencakar langit yang tampak seperti beban baginya.

“Mungkin aku yang keterlaluan, tidak seharusnya ibunya yang jadi korban, “ katanya ketika mengetahui kalau ibu Laksa masuk rumah sakit.

Perasaan Adwin berkecamuk, membangkitkan rindu yang selama ini tertidur pulas. Kerinduan akan sosok seorang Ibu yang tak pernah dia dapatkan, karena Ayahnya memilih untuk sendiri dan mengurus semuanya tanpa bantuan siapa pun, membuatnya tak pernah tahu bagaimana rasanya sentuhan seorang ibu.

Pelukan yang selalu dilihatnya di kantor ketika ada acara family gathering, membuatnya selalu merasa iri. Jangan terlalu jauh, seperti apa rasanya gandengan tangan seorang ibu saat berjalan bersama saja dia tak pernah tahu sama sekali.

“Harusnya aku cari informasinya lebih dalam lagi, bukan emosi seperti ini, “ Kata Adwin.

Pandangannya beralih ke arah kanan, terlihat bangunan kaca megah yang atasnya mempunyai landasan helikopter, dan saat dia memandangnya heli itu sedang take off.

Walau matanya tertuju pada helikopter tersebut, namun apa yang ada dalam pandangannya terlihat berbeda. Lelaki itu seperti melihat sosok perempuan yang selalu dia temui di sebuah taman, perempuan itu sangat lembut dan suka memberinya sesuatu, entah permen, makanan, atau apapun.

Perempuan itu mempunyai anak dan ketika Adwin ada di sana tangannya selalu digandeng seperti anaknya sendiri. Kehangatan itu membuatnya terguncang dan ingin sekali ikut, tak mau pulang, bahkan dia sempat menangis cukup keras, sebagai upaya pemberontakan kepada Ayahnya, karena tak ingin berpisah hingga neneknya datang untuk membujuk.

“Bolehkah saya panggil Anda, Ibu?” Kata Adwin waktu itu yang disambut dengan anggukan kepala.

Air mata Adwin menetes tipis, meluncur hingga ke pipi, “Kenapa Ayah menyembunyikan identitas ibu?” Katanya sambil menikmati teh hangatnya.

Adwin mulai menguasai dirinya sendiri, dia tidak mau terlarut dalam kesedihan. Ayahnya selalu mengajarkannya untuk jangan menangis dan bersedih harus tersenyum agar kuat, banyak rezeki, “Menangis membuatmu lemah dan uang nggak mau datang,” kata Ayahnya dulu.

Sejak saat itu, Adwin selalu mencoba untuk tetap bahagia walau hatinya terkadang terluka.

Informasi lain yang diberikan oleh orang kepercayaannya itu adalah mengenai Dania. Perempuan itu adalah adik kandung Putri yang telah berpisah sejak kecil, semua itu akibat Ibunya yang selingkuh dengan Dhanu Arya Wijaya, dan dia punya satu rumah warisan di sebuah desa dan menurut informan itu rumahnya kerap dikunjungi oleh orang- orang tidak dikenal yang ingin membukanya paksa, hanya saja tingkat keamanannya tinggi sehingga belum sempat masuk warga desa datang.

“Lagi-Lagi Dhanu!” Kata Adwin.

Adwin membuka handphonenya, melihat bagaimana media sosial saat ini. Dia begitu senang karena pemberitaan tentang Dania sudah mereda, walau sekarang banyak yang berspekulasi tentang dirinya.

Adwin membuka galeri dan melihat foto berdua dengan Dania. Wajahnya tersenyum, seperti ada kelegaan dan ketenangan, “Mending gue ketemu dia aja!”

Adwin kemudian mengirim chat ke Dania,.”Dimana Ibu Dania?” 

“Otw RS, Pak,” Balas Dania

“Siapa yang sakit?” Jawab Adwin.

“Jenguk ibunya Laksa, mau kesini?” Tanya Dania

“Oke,” tutup Adwin

Lelaki itu bersiap pergi ke Rumah Sakit, dia sekalian ingin meminta maaf kepada Laksa atas kesalahannya yang diluar batas. Adwin mulai bersiap-siap menggunakan parfum, merapikan rambut, dan memakai sepatu putih kesukaannya, dia sudah siap menuju rumah sakit.

Sementara itu, di Rumah Sakit Laksa masih duduk di ruangan ibunya menunggu kabar dari anak buahnya. Sembari mengusir bosan Laksa memutuskan untuk memijat kaki ibunya sambil diiringi tawa dan canda.

Dania tiba duluan dibandingkan Adwin, dia membawa buah-buahan dan kue. Ibu Kandhi merasa bahagia dengan kehadiran perempuan itu, menurutnya Dania adalah perempuan sempurna untuk menemani Laksa.

*Sa…” kata Ibu Kandhi

“Ya, bu!” Jawab Laksa yang merapikan makanan yang di bawa Dania.

“Boleh tinggalkan Ibu dan Dania,” Pinta Ibunya.

Laksa dan Dania saling menatap, mereka ingin bertanya ada apa satu sama lain tapi tak bisa. Akhirnya Laksa keluar, dia masih penasaran mengapa ibunya seperti itu, tatapan Laksa tak pernah luput dari Ibu dan Dania.

“Laksa….” Kata Ibu yang tangannya memegang tangan Dania.

Laksa mencoba menguping apa yang ingin dibicarakan hanya saja tidak terdengar sama sekali. Lelaki itu mulai jalan maju dan mundur, dan terkadang mengintip namun tidak bisa mendengar apa pembicaraannya.

“Pak Laksa,” Kata Adwin yang datang membawa buah serta kue juga.

“Lo!!!” Kata Laksa yang matanya melotot melihat kedatangan Adwin.

“Ngapain lo kesini!” Lanjut Laksa yang menahan suaranya

“Saa…. Saya mau minta maaf!” Kata Adwin yang suaranya serak

“Minta maaf? Gampang banget Lo udah buat ibu gue masuk rumah sakit, untung nggak kenapa-kenapa!” Kata Laksa yang meredam suaranya.

“Ma.. Maaf pak! Saya benar-benar nggak tahu!” Jawab Adwin yang mulai memohon.

“Mending sekarang lo pergi deh!” Kata Laksa yang tak mau melihat wajah Adwin.

“Saya kesini tulus meminta maaf karena saya tahu apa yang saya lakukan keterlaluan,”

“Lo nggak denger…. Pergi!!!” Bentak Laksa yang sorot matanya memandang wajah Adwin.

Adwin tetap terdiam dia menundukkan kepala karena. Lelaki itu ingin bertemu Ibu Laksa dan menyampaikan maaf langsung juga, dia bertekad apapun yang terjadi tetap di sana dan bertemu dengan Ibu Laksa.

“Lo pergi… atau gue habisin disini!!!” Teriak Laksa yang tangannya mulai mengepal dan gemetar.

“Silahkan… jika itu bisa membuat Anda memaafkan saya!” Jawab Adwin yang masih bertahan dan mengerti bila pukulan itu sewaktu-waktu akan melayang ke wajahnya.

Kemarahan Laksa memuncak, tangannya hampir saja mengenai wajah Adwin. Hanya saja, ada suster datang dan melerai keduanya, “Maaf pak, ini rumah sakit kalau mau ribut silahkan di luar!” 

“Maaf, Sus!” Jawab Laksa lirih.

Suster itu pergi, Adwin mulai berlutut di depan Laksa, dan berkata “Sejak dulu saya tidak pernah punya seorang Ibu, saya akan sangat bersalah dan tidak pernah bisa memaafkan diri saya sendiri kalau belum meminta maaf secara langsung,”

Laksa kembali ingin menghajarnya, tetapi kalai ini Adwin diselamatkan oleh Dania yang keluar, dia memegang tangan Laksa. Lelaki itu menatap wajah Dania yang penuh kelembutan, hatinya begitu tenteram dan damai.

Dania menggelengkan kepalanya, kepalan tangan itu perlahan mulai memudar. Laksa menundukkan kepala sebagai tanda luapan emosinya telah menurun, dia sadar kalau apa yang dilakukannya itu salah hanya saja Laksa tak bisa memaafkan begitu saja.

“Dia sudah buat ibu seperti ini,” Kata Laksa yang mulai tak kuasa menahan air mata, dalam benaknya ada rasa bersalah luar biasa karena tak mampu menjaga ibunya dengan baik.

“Aku mengerti, tetapi lihat kesungguhannya!” Kata Dania yang masih memegang tangan Laksa.

“Orang seperti dia pasti hanya pura-pura, tetapi ujungnya punya rencana yang lebih busuk!” Kata Laksa yang masih menyimpan dendam.

“Saya tahu saya sangat keterlaluan, Pak Laksa berhak marah, tetapi saya tulus!” Kata Adwin yang masih berlutut,

“Berdiri Pak!” Kata Dania yang membantu Adwin berdiri.

“Terima kasih Bu Dania,” Jawab Adwin yang merasakan kelembutan Dania.

“Saya tahu Pak Laksa sudah tahu seluk beluk saya, rahasia saya, jika saya berulah lagi kepada Ibu Anda, Silahkan gunakan itu untuk menghukum saya! Saya minta maaf,” Kata Adwin yang menyodorkan tangannya agar dimaafkan.

Laksa masih terdiam, dan tak hanya melihat tangan itu serta wajah Adwin. Dia merasa ada hal berbeda dalam lubuknya, perasaan senang karena telah mendapatkan sesuatu. Lelaki menatap tajam ke sorot mata Adwin, dia tahu benar kalau pria itu tulus.

“Oke!” Jawab Laksa menjabat tangan Adwin

““Kenapa rasanya berbeda?” Kata Laksa dalan hati yang merasakan ada getaran lain dalam hatinya, seperti potongan puzzle yang sudah ditemukan.

“Siapa orang ini?” Tanya Laksa dalam hati yang terus memandang Adwin.

“Satu lagi, jangan panggil saya Pak, dan saya juga minta maaf karena waktu itu mengancam dengan itu, Anda untuk menyelamatkan Dania,” Kata Laksa.

“Mengancam dengan ….?” Tanya Dania penasaran

“Nggak papa?” Kata Laksa dan Adwin kompak.

Alis Dania terangkat satu dan berkata, “Jadi kompak begini, kayak kakak adik aja!” Kemudian perempuan itu juga melanjutkan ,”panggil aku Dania aja, jangan Ibu,”

“Baik, Dania, “ Jawab Adwin yang mengangguk.

Mereka bertiga masuk ke dalam ruangan, Laksa masih melihat sosok Adwin, dia terus bertanya-tanya, dia berencana akan menyelidikinya lebih jauh, terlebih nama Atmanegara di belakangnya membuatnya curiga.

Episodes
1 Episode 1 Kepalsuan
2 Episode 2 Motif Abu-Abu Laksa
3 Episode 3 Manipulasi
4 Episode 4 Semesta Mendukung
5 Episode 5 Mengejar Bom Waktu
6 Episode 6 Viral
7 Episode 7 Romansa Media Sosial
8 Episode 8 Konferensi Pers
9 Episode 9 Alibi Sempurna
10 Episode 10 Kedatangan Adwin
11 Episode 11 Tanggung Jawab dan Ego
12 Episode 12 Rahasia Ibu Kandhi
13 Episode 13 Sebelum Bertemu
14 Episode 14 Dania Melawan
15 Episode 15 Pinta Ibu Kandhi
16 Episode 16 Posisi Nila Terancam
17 Episode 17 Motivasi Tersembunyi Pak Dhanu
18 Episode 18 Puzzle yang Hilang Telah Ditemukan
19 Episodw 19 Keluarga Bahagia
20 Episode 20 Kerja Sama
21 Episode 21 Upaya Nila
22 Episode 22 Sisi Manusiawi Alvin
23 Episode 23 Ragu
24 Episode 24 Berdamai Dengan Keadaan
25 Episode 25 Mungkin Bercerai Lebih Baik
26 Episode 26 Pak Dhanu Vs Nila
27 Episode 27 Kawan Atau Lawan?
28 Episode 28 Masa Lalu Nila
29 Episode 29 Pertama Kali Bertemu
30 Episode 30 Kejujuran Dalam Kebohongan
31 Episode 31 Berpisah
32 Episode 32 Lawan Atau Kawan
33 Episode 33 Pemetaan Masalah
34 Episode 34 Belum Ikhlas
35 Episode 35 Kehancuran Nila
36 Episode 36 Tanggung Jawab
37 Episode 37 Chaos
38 Episode 38 Melawan
39 Episode 39 Siasat Laksa
40 Episode 40 Kisah Pak Dhanu
41 Episode 41 Siasat Nila
42 Episode 42 Negosiasi Berjalan Sukses
43 Episode 43 Memori Ibu dan Anak Part 1
44 Episode 44 Memori Ibu dan Anak Part 2
45 Episode 45 Kontrak Kerja Sama
46 Episode 46 Kesuburan
47 Episode 47 Rencana Awal Alvin
Episodes

Updated 47 Episodes

1
Episode 1 Kepalsuan
2
Episode 2 Motif Abu-Abu Laksa
3
Episode 3 Manipulasi
4
Episode 4 Semesta Mendukung
5
Episode 5 Mengejar Bom Waktu
6
Episode 6 Viral
7
Episode 7 Romansa Media Sosial
8
Episode 8 Konferensi Pers
9
Episode 9 Alibi Sempurna
10
Episode 10 Kedatangan Adwin
11
Episode 11 Tanggung Jawab dan Ego
12
Episode 12 Rahasia Ibu Kandhi
13
Episode 13 Sebelum Bertemu
14
Episode 14 Dania Melawan
15
Episode 15 Pinta Ibu Kandhi
16
Episode 16 Posisi Nila Terancam
17
Episode 17 Motivasi Tersembunyi Pak Dhanu
18
Episode 18 Puzzle yang Hilang Telah Ditemukan
19
Episodw 19 Keluarga Bahagia
20
Episode 20 Kerja Sama
21
Episode 21 Upaya Nila
22
Episode 22 Sisi Manusiawi Alvin
23
Episode 23 Ragu
24
Episode 24 Berdamai Dengan Keadaan
25
Episode 25 Mungkin Bercerai Lebih Baik
26
Episode 26 Pak Dhanu Vs Nila
27
Episode 27 Kawan Atau Lawan?
28
Episode 28 Masa Lalu Nila
29
Episode 29 Pertama Kali Bertemu
30
Episode 30 Kejujuran Dalam Kebohongan
31
Episode 31 Berpisah
32
Episode 32 Lawan Atau Kawan
33
Episode 33 Pemetaan Masalah
34
Episode 34 Belum Ikhlas
35
Episode 35 Kehancuran Nila
36
Episode 36 Tanggung Jawab
37
Episode 37 Chaos
38
Episode 38 Melawan
39
Episode 39 Siasat Laksa
40
Episode 40 Kisah Pak Dhanu
41
Episode 41 Siasat Nila
42
Episode 42 Negosiasi Berjalan Sukses
43
Episode 43 Memori Ibu dan Anak Part 1
44
Episode 44 Memori Ibu dan Anak Part 2
45
Episode 45 Kontrak Kerja Sama
46
Episode 46 Kesuburan
47
Episode 47 Rencana Awal Alvin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!