Pagi hari
"Sayang."
"Iya Ma."
"Turun yuk sayang makan, papa udah nungguin tuh."
"Iya Ma bentar Difa lagi siap-siap dulu."
"Iya udah nanti kalau udah selesai siap-siapnya langsung turun ya sayang kasian papa lama nunggunya."
"Iya Ma."
Mama Difa pergi.
Berapa menit kemudian Difa turun.
"Morning Ma, Pa," teriak Difa sambil menuruni anak tangga rumahnya.
"Morning sayang," ucap mama&papa.
Difa duduk di meja makan, bersama mama dan papa nya.
Mereka sarapa.
Selesai sarapan...
"Ma, Pa Difa pamit sekolah ya." pamit Difa.
"Iya sayang belajar yang rajin." ingat mama nya.
"Iya Ma siap."
"Kamu berangkatnya enggak bareng Papa?" tanya papa.
"Iya Pa enggak, hari ini Difa mau berangkat sekolah nya sendiri aja."
"Pake sepeda?" tanya mama.
"Iya."
"Sayang, kamu kok mau sih sekolah nya naik sepeda."
"Emang kenapa Ma?"
"Kamu emang nggak malu?"
"Kenapa harus malu Ma."
"Ya secara kan sekolah kamu itu sekolah terfavorit di kota ini sayang, dan pasti anak yang sekolah di sana bukan orang sembarangan dan pasti anak-anak yang bersekolah di sana juga memakai fasilitas barang mewah kan? seperti kendaraan dan pasti teman-teman kamu di sana ada juga yang menggunakan mobil-mobil mewah dan sebagainya emang kamu nggak malu sayang."
"Emh ... enggak Ma," jawab Difa.
"Lagian buat apa Difa malu Ma, orang kita juga sama kok. Kita sama-sama manusia kita sama-sama makhluk ciptaan allah dan kita juga sama-sama makan nasi, kan? jadi intinya kita itu sama aja, jadi buat apa kita harus malu," sambung Difa lagi.
Mama tersenyum.
"Papa bangga sayang sama kamu," ucap papa tersenyum sambil mengusap lembut kepala Difa.
Difa hanya tersenyum.
Tok...tok...tok (suara ketukan pintu.)
"Siapa, tumben pagi-pagi ada tamu enggak kayak biasanya?" tanya mama namun hanya dapat gelengan dari papa dan Difa.
"Mama bukain pintu dulu ya," ucap mama nya dan ingin berdiri dari tempat duduknya.
Mereka masih ada di meja makan...
"Eh enggak usah Ma biar Difa aja yang bukain, lagian Difa mau langsung berangkat nanti kesiangan," ucap Difa.
"Yaudah kamu hati-hati ya."
"Iya Ma," ucapnya dan menyalimi tangan mama nya.
"Pa, Difa pamit ya," ucapnya kemudian menyalimi papa nya.
Mama dan papa mengangguk.
"Lho kak Deo," ucap Difa kaget ketika dia membuka pintu.
Deo tersenyum."Selamat pagi my princess."
Difa tersenyum."Pagi my prince," balas Difa ragu.
"Kakak ngapain ke sini?" tanya Difa.
"Ya, mau jemput kamu lah."
Difa tersenyum."Kan aku bisa berangkat sendiri kakak."
"Iya tau, kamu emang bisa berangkat sendiri. Emang kamu anak kecil apa, yang berangkat sekolah nya enggak bisa berangkat sendiri," ucap Deo dan terkekeh.
"Nah itu tau, terus ngapain kakak masih jemput aku."
"Ya, enggak apa-apa. Masak jemput pacar sendiri enggak boleh," goda Deo dan sukses membuat Difa tersipu malu.
"Sayang, siapa yang dat..." ucap mama terhenti saat melihat Deo.
"Lho, Nak Deo."
"Iya, Tante hehehe."
"Sayang, ajak masuk dong tamunya masak diam di luar," suruh mama nya.
"Eh enggak usah Tante, (tolak Deo sopan) Deo ke sini cuma mau jemput Difa nya aja Tante, mau berangkat sekolah bareng."
"Oh gitu yaudah, kalian berangkat gih entar telat lagi."
"Iya Tan, yaudah kita pamit ya Tan, Assalamu'alaikum," ucap Deo sambil menyalimi tangan mama Difa.
"Difa juga pamit ya Ma, Assalamu'alaikum," ucap Difa.
"Wa'alaikumsalam," jawab mama Difa.
Deo dan Difa berangkat.
Deo bawak mobil.
Di sekolah.
"Eh liat-liat deh, itu kan si cupu."
"Iya itu si cupu."
"Ngapain dia berangkat bareng Deo?"
"Kok mereka bisa berangkat bareng?"
"Ih jijik gue sama si Difa, Difa itu enggak nyadar diri banget sih."
"Tuh cupu makin lama, makin ngelunjak aja."
Cibiran-cibiran para murid di sekolah itu.
Difa hanya menundukkan kepalanya, di sepanjang perjalanannya.
"Udah jangan di dengerin ya," bisik Deo dan menggenggam tangan Difa erat, seraya memberikan kekuatan untuk Difa agar bisa kuat dalam melewati para mulut-mulut ember itu hehehe.
"Iya kak," tatap Difa ke Deo.
Mereka terus berpegangan tangan, di sepanjang perjalanan menuju kelas.
Hingga tanpa sengaja, satu cibiran salah satu siswi tertangkap jelas di telinga Deo dan sukses membuat Deo terbakar emosi.
"Ih ilfil gue, liat nya dasar wanita murahan."
Deo pun menghentikan langkahnya dan membuat Difa pun ikut menghentikan langkahnya.
"Kenapa berhenti kak?" tanya Difa namun tidak dapat respond dari Deo.
Deo melepaskan genggaman tangannya dari tangan Difa, Dan Deo menghampiri siswi itu.
"EH APA TADI LO BILANG HAH?" bentak Deo ke salah satu siswi.
Semua orang pun terkaget, pasalnya baru kali ini mereka melihat seorang ketua osis Deo marah seperti ini.
"Enggak-nggak bilang apa apa," jawab siswi itu ketakutan.
"ALAH UDAH DEH, ELO NGGAK USAH NGELES GUE ADA TELINGA. GUE BISA DENGER DAN MAKSUD ELO APA TADI? ELO BILANG DIFA WANITA MURAHAN, APA MAKSUD LO BILANG KAYAK GITU!" bentak Deo masih dengan nada tinggi.
"Eng...gak gue nggak bilang gitu kok," ucap siswi itu gugup.
Deo mencengkram tangan siswi itu kuat.
"Aw..." rintih siswi itu.
"Kenapa sakit?" ucap Deo tambah mengencangkan cengkraman tangannya.
"Aw ... sakit, ampun kak maafin gue," rintih siswi itu dan tampak air matanya sudah tumpah.
Siswa/i yang berada di tempat kejadian itu pun, tak ada yang berani menghentikan Deo bahkan teman Deo sekali pun takut, bukan takut apa mereka sudah paham betul sifat Deo kalau dia sudah marah seperti ini. Dan misalkan ada orang yang mencoba ikut campur maka ia tidak akan segan-segan untuk melukai orang itu, tak memandang itu siapa bahkan orang yang lebih tua dari dia sekali pun dia tak peduli.
Pernah satu kejadian waktu SMP, Deo berkelahi dengan salah satu teman satu sekolahnya karna masalah Deo yang tidak terima karna terus terusan di ledek. Satpam sekolah melerai perkelahian itu namun sayang, niat satpam yang ingin melerai malah dia yang terkena imbasnya, Deo yang notabennya memang pandai dalam ilmu bela dirinya dengan mudahnya membuat satpam itu tepar tak sadarkan diri.
Dan karna kejadian itu, Deo sempat di skor selama 1 bulan lamanya.
Kini tidak ada yang berani berkutik.
"NGAKU NGGAK LO"
"I...ya kak maaf," ucap siswi itu akhirnya mengaku juga.
"DASAR..."
Deo ingin menampar siswi itu namun....
"Kak," panggil Difa yang tiba-tiba sudah ada di belakang Deo.
"Udah ya kak," ucap Difa dengan nada bicara lembut dan memegang tangan Deo yang tadi ingin menampar siswi itu.
Entah karna apa, Deo yang mendengar suara Difa bicara sontak langsung melemah, tangannya yang tadi mencengkram kuat tangan siswi itu kini perlahan mulai terlepas.
Entah apa yang telah terjadi dengan dirinya tiba-tiba saja ia yang tadi sangat di kuasai dengan amarah yang membakarnya kini langsung padam seketika, ketika seorang gadis yang kata orang si CUPU ini bicara.
Semua orang terkaget melihatnya, bagaimana bisa seorang Deo yang sifatnya ya ... seperti yang sudah kita ketahui namun bisa dengan mudahnya di tenangkan oleh si gadis CUPU itu.
Tubuh Deo melemah, tegaknya mulai lunglai.
Teman-teman Deo yang menyadari akan hal itu tanpa pikir panjang langsung menghampiri Deo, dan tepat saja ketika mereka tepat di samping Deo tubuh Deo langsung ambruk untung mereka dengan sigapnya menangkap tubuh Deo.
"Kak Deo," khawatir Difa.
"Bawak ke UKS Ndy," ucap Raffa temannya Deo sekaligus WAKETOS.
"Iya ayo," jawab Andy teman Deo.
"Kak, aku ikut ke UKS ya," ucap Difa.
"Enggak usah, elo ke kelas aja bentar lagi bel masuk," ucap Andy.
"Tapi ... tapi kak..." belum selesai Difa menyelesaikan bicaranya.
"Udah ikut aja dek nggak apa-apa," ucap Raffa.
"Iya terima kasih kak," ucap Difa senang.
"Raf, elo ngizinin dia ikut?" tanya Andy.
"Iya kenapa emang," jawab Raffa.
"Ya tapi kan..." belum selesai Andy bicara.
"Udah-udah ayo cepet, ini Deo entar kenapa-napa lagi," ucap Raffa khawatir.
"Yok..." angguk Andy.
Raffa dan Andy merangkul Deo ke UKS, dan di ikuti Difa di belakang mereka, sebelum pergi ke UKS Difa menghampiri siswi itu.
"Tangan kamu terluka," memegang pergelangan tangan siswi itu.
"Aw..." rintih siswi itu yang merasakan sakit, ketika tangan Difa tak sengaja menyentuh luka di pergelangan tangannya.
"Eh maaf, sakit ya?" ucap Difa.
"Yaudah kita ke UKS ya," ucap Difa lagi.
"Enggak-nggak usah," tolak siswi itu.
"Tapi tangan kamu terluka lho, kita ke UKS ya," bujuk Difa.
Siswi itu hanya diam tak menjawab.
"Udah yok ikut aku," tuntun Difa memapah siswi itu.
Siswi itu hanya menurut saja.
DI UKS
Deo masih terbaring, belum sadarkan diri dari pingsannya.
"Duduk dulu," ucap Difa kepada siswi itu.
Siswi itu hanya menurut saja.
Difa meminta kotak P3K kepada petugas yang berjaga, dan Difa memilih untuk mengobati siswi itu sendiri.
"Sakit enggak?" tanya Difa.
"Iya," ringisnya.
Difa mengobatinya dengan telaten.
"Gimana masih sakit?" tanya Difa lagi.
"Nggak udah mendingan," jawabnya.
Difa tersenyum."Syukurlah kalau gitu."
"Thanks ya," ucap siswi itu.
"Iya sama-sama," balas Difa.
_____
Hening tak ada yang bicara, Difa pun angkat bicara.
"Emh ... kalau boleh tau nama kakak siapa ya?" tanya Difa hati-hati.
"Namaku Kinan."
"Oh Kinan, namanya cantik sama kayak orangnya cantik," ucap Difa dan tersenyum.
Kinan tersenyum.
"Kakak ini kayaknya orangnya baik deh, dari senyumnya aja udah kelihatan kalau dia itu orangnya baik," ucap Difa dalam hati.
"Kakak anak kelas berapa?" tanya Difa.
"Aku anak kelas 10 IPS 3."
"Oh kelas 10 juga, berarti kita seumuran dong. Hehehe maaf ya tadi aku panggilnya kakak ... aku kira kamu kakak kelas aku," ucap Difa.
"Iya nggak apa-apa, kalau kamu mau panggil kakak juga nggak apa-apa kok karna umurnya pasti tua'an aku," ucap Kinan.
"Kok kamu bisa tau gitu, emang kamu tau umur aku berapa?" tanya Difa bingung.
"Iya, kamu umurnya pasti 16 tahunan kan," ucap Kinan.
"Lho kok tau," heran Difa.
"Hehehe ... ya-iya lah tau anak kelas 10 itu biasanya emang rata-rata umurnya 16 an."
"Lah terus kamu umurnya 16 an juga kan? tapi kenapa tadi kamu bilang kalau umur kamu lebih tua'an dari aku," tanya Difa tambah heran.
"Aku umurnya 17 tahun, bentar lagi mau 18 tahun tepatnya 2 bulan lagi sih," ucap Kinan.
"Hah ... kok bisa sih tua'an kamu?" tanya Difa polos.
"Dia itu pernah tinggal kelas," ucap Raffa tiba-tiba.
"Hah ... bener kak?" tanya Difa ke Kinan.
Kinan mengangguk.
"Emh ... emang kalau boleh tau, kakak kenapa ... kok bisa tinggal kelas?" tanya Difa hati-hati.
"Gimana nggak tinggal kelas coba, kalau setiap ada ujian aja pasti berbuat curang," cibir Andy.
"Huss mulut," kata Raffa ke Andy
Tambahan ya ... guys jadi karakter Andy di sini emang orangnya gitu dia kalau ngomong ceplas-ceplos aja, orangnya juga paling nggak suka berteleh-teleh.
Tanpa sadar air mata Kinan jatuh.
"Lho ... kakak kok nangis?" tanya Difa.
Tanpa kata-kata, Kinan langsung memeluk Difa. Difa pun membalas pelukannya.
"Kenapa kak, kenapa ... ayo cerita sama kita," ucap Difa sambil mengelus-elus punggung Kinan.
"Hiks ... hikss ... kalian nggak tau apa yang sebenarnya terjadi," ucap Kinan di sela tangisnya.
"Apa kak, apa yang kita nggak tau. Coba kakak cerita ... siapa tau dengan kakak cerita sama kita ... kakak jadi bisa lebih tenang," ucap Difa lembut.
"Yang kalian katakan tentang aku itu, itu semuanya nggak bener."
"Enggak bener," ucap Difa, Raffa dan Andy kompak.
"Jadi..."
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Andini Friska
🥰💪
2022-04-13
1