Mulai diskusi bersama

"Parkir di situ saja, aman kok!" Tunjuk Laura ke parkiran di samping rumahnya. Mereka berdua kemudian memarkir motornya, lalu berjalan mengikuti Laura masuk ke dalam rumah Laura.

"Waaahhh ... Rumah sebesar ini kamu tinggal sendirian, Ra?" Tanya Emil dengan wajah kagum melihat setiap sudut rumah Laura.

"Tentu tidak. Aku tinggal bertiga. Eh, kalian mau minum apa?" Tanya Laura dengan suara pelan.

"Apa saja bebas, Ra." Jawab Arya cepat.

"Oke. Kalian ke ruang tamu di sebelah sana. Sudah ada Dinda menunggu kalian juga sedari tadi. Aku ke dapur ambil minum dulu untuk kalian." Kata Laura nunjuk kearah sisi kanan dirinya berdiri, kemudian berlalu.

"Eh, Dinda. Sudah dari tadi? Maaf ya, tadi kami bingung nyari rumah Laura." Ujar Emil melihat Dinda yang sedang sibuk memainkan handphonenya.

"Tidak apa-apa kok. Santai saja sih." Balas Dinda kemudian mengatur posisi duduknya agar Arya dan Emil bisa bergabung dengannya duduk di atas karpet tempat ia berada. Arya dan Emil pun duduk.

Laura kemudian datang membawa makanan dan minuman. Lalu duduk di dekat Dinda dan mulai membuka percakapan mengenai tugas mereka.

"Ada yang punya ide tentang tema permasalahan yang akan kita ambil tidak?"

"Gimana kalau permasalahannya dengan percintaan anak remaja saja?" Emil mulai memberi saran.

"Kayaknya kalau itu agak sulit untuk kita menentukan jawaban dan hadits yang membahas permasalahan tersebut. Soalnya, di dalam Al-Qur'an sudah dijelaskan ada baiknya kita tidak diperbolehkan berpacaran. Walaupun, gen z sekarang kebanyakan berpacaran." Arya mulai angkat bicara.

"Bagaimana kalau permasalahan anak dan orangtua? Kita semua kan tau permasalahan antara anak dan orang tua itu kan ada dua permasalahan, yaitu anak yang berbakti dan anak yang durhaka. Nah, seingatku ya, hadistnya masing-masing itu ada loh." Ujar Dinda ikut memberi saran.

Arya, Emil dan Laura kemudian menatap Dinda sambil terpaku dengan pikiran masing-masing.

Cewek ini ternyata keren juga. Batin salah satu dari kedua cowok yang sedang menatap ke arah Dinda.

"Boleh juga kayaknya idemu, Din. Soalnya pernah dengar juga haditsnya." Jawab Emil setelah beberapa detik mereka terdiam dalam pikiran.

"Iya. Kayaknya lebih masuk akal juga," Tambah Arya. Laura hanya mengangguk mengiyakan perkataan mereka bertiga sambil mengetik di Laptop miliknya yang sudah ia sediakan sedari tadi.

"Ehm ... untuk haditsnya kalian sambil ingat-ingat yang pernah kalian dengar ya. Sekalian cari-cari juga di internet. Tapi pastikan ke absahannya ya supaya tidak salah informasi juga kita. Yah lebih bagus lagi kalau ada kenalan Uztad atau guru ngaji kalian yang bisa ditanyakan. Jadi, lebih mempermudah kita mengetahui hadits tersebut benaran ada atau tidak!" Kata Laura dengan suara khasnya yang lembut.

"Ini kan kita jatuhnya ngambil dua permasalahan dalam 1 tema kan? Supaya tidak mengambil terlalu banyak hadits dan memperlambat pencarian informasi mengenai keabsahannya, bagaimana kalau aku dan Emil nyari hadist durhaka tapi dari kami masing-masing memberikan 1 hadist begitupun dengan kalian memberikan masing-masing 1 hadist tapi tentang berbakti. Bagaimana?" Tanya Arya menambahkan gagasan Laura.

"Boleh tuh," Kata Dinda.

Laura melirik ke arah Arya lalu tersenyum tipis. Dia selalu tau apa yang dipikirkan orang lain. Sepeka itu dia dengan sekitarnya, batinnya. Dinda yang tidak sengaja memergoki sahabatnya tersebut, ikut tersenyum.

Mereka mulai mencari yang sudah menjadi kesepakatan bersama tadi. Arya yang mulai menjaga jarak untuk menelepon Uztad kenalannya agar tidak menggangu teman-temannya yang sedang konsentrasi. Emil dan Dinda yang sedang sibuk mengechat semua kenalan Uztadnya. Laura juga sibuk mencari di internet dan mendengar seluruh ceramah Uztad-uztad terkenal di media sosial.

Waktu telah berlalu hingga 45 menit kemudian, mereka masih saja sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tidak lama setelahnya, Laura melihat ke tiga temannya tersebut dan mulai berbicara.

"Kalian sambil makan dan minum ya. Udah aku siapkan. Jangan sungkan!"

"Aman, Ra!" Kata Emil.

"Em ... Aku sudah dapat nih. Sudah aku cek keabsahannya juga." Kata Dinda.

"Aku juga nih." Balas Arya yang ternyata mendengarnya dan mulai mendekat ke arah mereka bertiga.

"Oke kalian simpan dulu ya. Aku masih mencari keabsahannya juga. Biar ngetiknya sekalian gak apa-apa kan? Kan sekalian kita juga belajar bersama tentang makna dari masing-masing hadits yang sudah kita cari. Nambah ilmu buat kita juga kan?" Timpal Laura.

"Iya, aku setuju sama kamu, Ra! Wait ya, teman-teman! Masih menunggu jawaban dari Uztadku yang satu nih. Masih mengetik dia, kayaknya banyak deh jawabannya hehehe. Yang lain udah jawab sih kalau dia jawabannya juga sama, berarti punyaku udah fix juga." Lanjut Emil.

"Iya, Emil. Iya." Kata Dinda dengan nada mengejek. Arya yang mendengarnya, hanya tertawa.

Dinda kemudian beranjak mengambil nampan berisi makanan dan minuman yang telah disediakan Laura, kemudian menyimpan di dekatnya dan Arya.

Laura kembali melanjutkan kegiatannya, begitupun dengan Emil. Sedangkan Arya dan Dinda duduk mengobrol. Entah apa yang menjadi topik obrolan mereka, hingga membuat mereka tertawa renyah seperti orang yang telah akrab sangat lama. Di sela-sela kegiatannya, Laura sesekali melirik Arya setiap kali tawa itu terdengar. Ia rasanya ingin ikut bergabung, tapi terkadang batasan-batasan yang ia sudah buat sedari dulu membuat ia hanya bisa memusatkan perhatiannya ke laptop yang ada di depannya.

"Aku sudah selesai nih. Kamu bagaimana, Ra?" Tanya Emil.

"Belum nih. Tunggu sebentar ya." Jawab Laura.

Aku tidak bisa terlalu fokus karena mendengar percakapan Dinda dan Arya. Perasaan apa yang aku punya? Aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Ingin rasanya ikut masuk ke dalam obrolan mereka. Huff ... Aku kenapa ya? Batin Laura yang berusaha fokus ke layar laptop miliknya.

Dan setelah beberapa menit kemudian, Laura selesai.

"Aku juga sudah nih. Ayo kita mulai bahas satu-satu ya. Sambil kita bahas bersama juga. Ehm ... Mulai dari Dinda dulu." Ucap Laura.

"Aku dapatnya hadist Bukhari yang bunyinya, maukah kalian ku beritahu tentang dosa yang paling besar dan beliau mengucapkannya tiga kali. Mereka pun menjawab, tentu wahai Rasulullah! Beliau bersabda, menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua. Lalu Nabi duduk dan bersandar kemudian bersabda, ingatlah juga perkataan palsu. Beliau terus mengulangnya sampai kami berkata semoga beliau diam." Dinda mulai membaca tulisannya mengenai hadits yang sudah ia cari.

"Kamu udah cek keabsahannya? Kamu mencari jawaban keabsahannya kemana?" Tanya Arya.

"Sudah. Aku nanya ke dua orang guru ngajiku. Salah satunya seorang Ustadz yang cukup terkenal di sini, mungkin kamu tau Ra! Uztad Imam. Beliau mengatakan bahwa, hadits tersebut itu benar adanya dan sering beliau bawakan dalam ceramahnya. Begitu pun dengan guru ngajiku yang satunya, beliau mengatakan hal yang sama." Jawab Dinda.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Jee Ulya

Jee Ulya

Itu namanya tertarik, Laura. Itu normal. 🤏

2025-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!