Tanpa menunda waktu lagi, Daru dan Frey berkuda menuju Bukit Sarren. Frey masih merasa tidak punya muka setelah menghunuskan pedangnya ke arah Daru. Perjalanan pun terasa sunyi karena tidak adanya percakapan diantara mereka berdua, hanya suara hentakan tanah dari kaki dua kuda yang terdengar.
Perjalanan ke bukit Sarren memakan waktu lima hari. Mereka berdua sudah tiba di tempat yang tak jauh dari bukit. Kebetulan malam ini adalah bulan purnama, membuat Daru dan Frey memiliki visi yang cukup. Maka dari itu, Daru berencana untuk beraksi sekarang.
"Malam ini bulan purnama, waktu yang sempurna untuk menyerang," ucap Daru.
Frey hanya terdiam, dia masih memikirkan tentang apa yang terjadi beberapa hari yang lalu.
"Hahh ... lima hari kau tidak bicara. Jika kau masih mempermasalahkan tentang apa yang terjadi di Istana, maka lupakan itu," ucap Daru.
"Tapi ...."
"Aku bilang lupakan, kau melakukan hal yang benar. Lagipula aku yang menyuruhmu menjamin keselamatan Rajamu."
"Maaf."
"Lupakan saja. Sekarang dengarkan rencanaku, kau poin penting dalam misi ini."
Daru pun menjelaskan rencananya kepada Frey. Setelah menjelaskan masalah teknisnya, Daru dan Frey bertukar senjata. Daru kini memegang pedang Frey dan Frey memegang busur Daru.
Daru sebenarnya tidak memiliki ilmu pedang sama sekali. Dan rencana yang ada di pikirannya sama sekali tidak membutuhkan pedang, pedang itu hanya untuk berjaga-jaga jika situasi menjadi buruk. Sedangkan Frey, sudah memiliki beberapa pengalaman dengan busur, dan karena busur Daru yang memiliki daya tarik yang sangat berat, membuat Frey lebih percaya diri untuk membunuh lawan dengan satu kali tembak.
"Kalau begitu, aku alihkan perhatian, kau masuk selagi ada kesempatan," ucap Daru.
"Jaga dirimu baik-baik," ucap Frey setelah mengangguk.
"Kau juga," ucap Daru tersenyum.
.....
Lokasi Putri Rennesia berada di sebuah gua yang ada di bukit Sarren. Gua tersebut juga merupakan markas dari organisasi perampok paling berbahaya bernama Bloodhand. Biasanya Bloodhand hanya berkutat pada aktifitas perampokan dan pembunuhan. Namun, enam bulan yang lalu pemimpin mereka mendapatkan sebuah permintaan dari salah satu bangsawan di Kerajaan Worez untuk menculik Putri Kerajaan Resia.
Gua itu tampak seperti gua yang berbahaya karena banyak tulang-tulang manusia dan hewan yang tersebar di depannya. Itu membuat orang-orang takut untuk memasukinya sehingga tidak ada yang tahu bahwa di dalam gua tersebut adalah markas dari Bloodhand.
Daru saat ini berada tepat di depan mulut gua. Dia mengeluarkan pistol laser yang sudah terisi penuh, itu bisa menembak sebanyak tujuh peluru listrik. Dia mengarahkan moncong pistol itu ke samping mulut gua.
Jedarr
Sebuah suara yang menggelegar terdengar, dan seluruh gua bergetar.
....
Di dalam gua.
"Sampai kapan kita menahan Putri Rennesia? Sudah enam bulan kita menculiknya," tanya salah satu perampok kepada perampok lain yang ada disampingnya.
"Entahlah, Ketua selalu bilang untuk tidak menyentuhnya. Kapan bangsawan itu kemari?" balasnya.
"Mana ku tahu ...." ucapnya sembari menghela nafas.
Mereka berdua berbincang-bincang sampai terdengar suara yang sangat kencang dan getaran yang ada ditanah.
"Bukit Sarren mau meletus?" ucap salah satu perampok dengan panik.
"Kasih peringatan ke yang lain untuk keluar menyelamatkan diri, aku akan memanggil ketua." Kedua perampok itu bergegas untuk memberitahu yang lain untuk keluar. Mereka mengira bukit Sarren sedang erupsi.
....
Sementara itu diluar gua.
"Tinggal nunggu para perampok keluar...." Gumam Daru.
Tak lama kemudian lebih dari seratus orang keluar dari gua. Mereka tampak tidak siap untuk bertarung dilihat dari penampilan mereka yang memakai baju seadanya tanpa membawa senjata apapun. Sesuai rencana Daru, menggunakan suara ledakan dan getaran agar mereka berpikir ada bencana alam dan keluar dari gua.
Perampok-perampok itu memandang Daru dengan ekspresi keheranan.
"Siapa kau?!" teriak salah satu perampok.
Daru hanya diam dan menyapu pandangan ke semua orang dan dia tidak melihat adanya seorang perempuan disana. Dia pun tersenyum dan mengarahkan pistol-lasernya kearah gerombolan perampok tersebut.
Jedar
Tembakan pertama membuat tiga puluhan orang kehilangan nyawa. Daru tahu bahwa karakteristik listrik itu bisa merambat, ketika dia menembak satu orang, orang-orang di dekat target akan terkena imbasnya.
Para perampok yang tidak terkena efek dari listrik hanya terkejut dengan pemandangan yang mereka saksikan. Bagaimana tidak, dalam waktu singkat banyak orang yang meninggal dunia karena petir. Yang lebih mengejutkan, petir itu berasal dari seorang pemuda yang berdiri sendirian di depan gua.
Melihat para perampok tidak bergerak, Daru kembali menembakkan empat peluru ke arah yang berbeda. Hanya berkisar beberapa detik saja hampir seluruh perampok tewas di tempat. Perampok yang masih selamat mencoba berlari sekuat tenaga. Daru hanya menyaksikan orang itu lari, tidak berniat untuk membunuhnya.
.....
"Sial! Kenapa harus sekarang erupsi nya!" teriak seorang pria berbadan kekar. Dia adalah ketua dari Bloodhand. Beberapa saat yang lalu, dia tengah tertidur dan dikejutkan dengan suara ledakan disertai tanah yang bergetar. Tak lama kemudian, bawahannya masuk kedalam ruangannya dan berkata bahwa bukit Sarren akan erupsi. Dia pun memerintahkan bawahannya untuk segera pergi meninggalkan gua. Sedangkan dirinya akan membawa Putri Rennesia. Saat ini, Putri Rennesia adalah barang berharga sehingga dia tidak bisa meninggalkannya.
"Ayo keluar. Kau masih kuperlukan. Aku tidak bisa membiarkanmu mati setelah usaha yang telah ku lakukan," ucap Ketua kepada Putri Rennesia.
Putri Rennesia hanya pasrah saat ditarik oleh Ketua Bloodhand. Dia sudah tidak memiliki tenaga untuk melawan. Jika saja dia bisa memberontak, dia lebih memilih mati dari pada terus menjadi korban penculikan.
Di dalam gua sudah tidak ada lagi perampok yang tersisa, semua sudah keluar. Hanya ketua perampok yang saat ini menarik Putri Rennesia keluar yang tersisa. Ketika hampir mencapai mulut gua, Ketua Bloodhand mencium aroma gosong yang sangat menyengat. Semakin mendekati mulut gua, bau gosong semakin menyengat. Ketika dia sudah mendapat visi yang cukup, dia terkejut bukan main dengan pemandangan yang ia saksikan sekarang. Mayat-mayat tergeletak dengan kondisi gosong, dan ada seorang pemuda yang memegang sesuatu berdiri di tengah-tengah kumpulan mayat itu.
"Siapa kau?!" teriak Ketua Bloodhand.
"Aku adalah orang yang akan menghabisimu," ucap Daru dengan nada yang dingin.
Mendengar itu, Ketua Bloodhand meraih leher Putri Rennesia dan menodongkan pisau kecil ke lehernya.
"Maju dan dia akan mati!" ancam Ketua Bloodhand.
"Ah, klasik sekali." Bebarengan dengan ucapan Daru, sebuah anak panah melesat dari atas menuju ke kepala ketua bloodhand.
Suut tap.
Anak panah itu menancap tepat di kepala bagian atas ketua bloodhand. Dia pun tersungkur dan tewas disana. Anak panah itu datang dari Frey yang telah berada di atas gua sejak dari tadi. Daru memerintahkannya untuk menembak hanya saat Putri Rennesia dijadikan sebagai sandera atau saat Putri Rennesia di dekat perampok.
Putri Rennesia ketakutan dengan apa yang baru saja terjadi. Mulai dari banyaknya mayat yang gosong, dan matinya ketua bloodhand tepat dibelakangnya.
"Aaaaaaahhhhh!" Putri Rennesia menjerit dan terjatuh seraya berusaha menjauh dari mayat ketua Bloodhand.
Frey pun segera turun dan menghampiri Putri Rennesia.
"Tuan Putri, saya datang untuk menyelamatkan Anda. Pemuda disana juga demikian," ucap Frey sambil berlutut.
"To-tolong bawa aku pergi dari sini," ucap Putri Rennesia ketakutan.
"Baik Yang Mulia."
Frey pun menuntun Putri Rennesia menjauh dari tempat mayat-mayat itu berada. Daru melihat mereka berdua sejenak dan mulai untuk mengurus mayat-mayat yang tergeletak.
Daru mengumpulkan semua mayat disatu tempat dan menumpuknya. Dia berencana untuk membakar mayat-mayat tersebut agar tidak menimbulkan wabah penyakit yang mengerikan. Dia pun mengeluarkan bensin sisa dari Julius Tomb dan mulai menuangkannya ke tumpukkan mayat lalu membakarnya.
Frey yang melihat apa yang dilakukan Daru pun mendekatinya.
"Kenapa kau membakarnya?" tanya Frey
"Untuk menghindari wabah?" jawab Daru singkat.
"Hahh ... kau tidak bisa sihir pengurai?" tanya Frey lagi.
"Ummm ..., Tidak?" jawab Daru.
"Sudah kuduga, biar aku yang melakukannya." Frey pun berdiri tak jauh dari tumpukkan mayat yang terbakar dan mulai melafalkan mantra-mantra. Tak lama kemudian, api yang membumbung tinggi pun padam. Digantikan dengan cahaya hijau dan partikel-pertikel berwarna putih yang naik ke atas. Semakin lama, Partikel-partikel itu semakin banyak yang terbang ke atas.. Beberapa saat kemudian partikel-partikel itu hilang bersamaan dengan tumpukkan mayat.
Daru yang keheranan pun bertanya kepada Frey tentang sihir itu.
"Ah, kau tak tahu tentang sihir pengurai? Ini sihir dasar. Berguna untuk mengurai mayat apapun. Kau terlalu lama tinggal di Hutan Arc sehingga tidak tahu tentang sihir ini," jawab Frey.
Daru hanya tersenyum canggung menanggapinya. Lalu ia bertanya, "Bagaimana kondisi Nona Rennesia?"
"Dia baik-baik saja, hanya sedikit syok dengan apa yang baru saja dia lihat. Ngomong-ngomong sihir apa yang kau gunakan hingga bisa mengeluarkan petir sedahsyat itu?"
"Ahh, itu sihir rahasia yang diturunkan dari keluargaku. Aku tidak bisa memberitahu mu." Tentu saja dia berbohong, dia tidak bisa menjawab dia memiliki senjata dari dunia lain.
"Ah begitu ..., terus, bagaimana perasaanmu setelah membunuh begitu banyak orang? Aku yang ada di atas sana merinding ketika menyaksikan mu membunuh."
"Sulit mengatakannya, aku sudah tahu mengenai sepak terjang Kelompok Bloodhand. Aku hanya berpikir mereka akan membuat penderitaan bagi banyak orang jika mereka tidak mati. Itu yang membuatku tetap tenang."
Frey yang mendengar itu merasa sedikit lega. Dia takut jika alasan Daru tetap tenang setelah membunuh sebanyak itu dikarenakan dia menikmatinya, syukurlah dia merasa seperti itu. Frey pun kembali ke sisi Putri Rennesia. Sedangkan Daru memiliki ide yang lain.
Biasanya perampok menyimpan hasil rampokan. Aku penasaran berapa banyak yang mereka miliki ..., pikirnya.
Dia pun memasuki gua untuk mencari benda-benda berharga. Sampailah dia di dekat sebuah ruangan tanpa pintu yang memancarkan cahaya yang tak asing bagi Daru. "Emas!" Daru berteriak dan memasuki ruangan itu.
Zzz zzz
Smartphone Daru bergetar bersamaan dengan tumpukkan koin emas yang menghilang.
[Saldo berhasil ditambahkan]
Daru tidak memeriksa berapa banyak uang yang dia dapat karena pandangannya terpaku pada hal lain. Daru melihat banyak sekali perhiasan emas dan batu-batu mulia yang indah. Tanpa pikir panjang, Daru memasukkan semuanya ke cincin dimensinya. Daru pun melanjutkan pencarian ke ruangan-ruangan lain.
Ketika dia tiba disalah satu ruangan, dia menemukan belasan pria dan wanita muda yang diikat dengan kondisi yang menyedihkan.
"Budak?" gumam Daru.
Salah satu pria disana melihat pemuda dengan wajah yang asing. Sontak dia berteriak, "Tolong kami!"
Semua orang pun mulai berteriak meminta tolong untuk dibebaskan.
Daru pun dengan sigap memotong tali-tali yang mengikat orang-orang itu dengan pedang Frey.
Setelah membebaskan semua orang, Daru menyuruh mereka untuk keluar dan memberitahu mereka bahwa diluar ada seseorang yang bersamanya. Mendengar itu, wajah orang-orang itu menjadi sedikit cerah, mereka mengangguk dan pergi meninggalkan gua.
"Ah, kenapa di dunia ini ada perbudakan.. buruk!" umpat Daru.
Daru pun mencari ke ruangan-ruangan lain dan tidak menemukan apapun, dia pun berjalan pergi ke luar gua.
Ketika dia keluar dari gua, dia disambut oleh orang-orang dengan ekspresi bahagia. Mereka benar-benar bersyukur bisa dibebaskan dari status budak yang hendak mereka terima. Sebenarnya, mereka bukanlah budak, tetapi warga desa biasa dan dipaksa menjadi budak oleh kelompok bloodhand. Daru yang mendengarnya hanya bisa mengerutkan alisnya.
"Kelompok perampok ini memang kejam," ucap Daru sembari menggelengkan kepala.
"Saudara-saudara, saya minta maaf tetapi kita harus berpisah sekarang. Walaupun ini masih malam, tetapi saya dan teman saya harus segera kembali ke Moon City. Didalam gua masih ada pakaian dan beberapa makanan, bawa itu dan pulanglah ke desa kalian. Saya harap kalian bisa menjaga diri kalian baik-baik di masa depan." Daru berkata demikian karena dia tidak mau jika mereka mengikutinya kembali ke Moon City akan terlalu banyak memakan waktu.
Reaksi orang-orang itu menunjukkan bahwa mereka mengerti. Mereka berterima kasih kepada Daru dan berbondong-bondong ke gua untuk mengambil makanan.
"Daru, kau yakin kita akan kembali pulang sekarang?" tanya Frey.
"Lebih cepat lebih baik. Aku hanya tidak mau ada masalah yang tidak terduga datang," jawab Daru.
"Baiklah, aku akan berkuda dengan Putri Rennesia." Frey pun berjalan mendekati Putri Rennesia. Lalu mereka berjalan ke tempat kuda berada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Riangga Mustika
up.
2021-08-17
0
Xyn〜ハンサム
mampir di novel ku dong
2021-07-01
1
Xyn〜ハンサム
klasik sekali
2021-07-01
1