Tiga hari berlalu semenjak Frey dan Daru meninggalkan Frizz Town. Saat ini, mereka menunggangi kuda. Sebelum meninggalkan Frizz Town, Frey membelikan satu ekor Kuda kepada Daru. Frey tidak mengetahui bahwa Daru sanggup berlari dengan kecepatan melebihi seekor kuda. Daru memang sengaja tidak memberitahunya, karena kuda adalah komoditi yang cukup mahal dan Daru tidak bisa melewatkan kesempatan mendapat kuda gratis.
Walaupun mahal, Frey menggunakan identitas tangan kanan keluarga Kerajaan untuk mendapatkan sesuatu secara gratis. Walaupun hanya dapat digunakan untuk membeli sesuatu yang penting seperti Kendaraan, Senjata, dan lain-lain.
"Kita istirahat dulu dibawah pohon itu," ucap Frey kepada Daru.
"Baik," sahut Daru.
Keduanya pun beristirahat di bawah sebuah pohon yang cukup besar.
"Kau pernah bilang bahwa kau tidak memiliki Raja, apa maksudmu?" tanya Frey. Dia masih waspada terhadap Daru, dia sudah tidak sesopan sebelumnya.
"Ya ... karena aku memang tidak terikat pada Kerajaan manapun. Aku lahir dan hidup di Hutan Arc," jawab Daru sembari mengeluarkan satu batang rokok dan menyalakannya. Dia tidak bisa bilang bahwa dia adalah makhluk dunia lain, dan juga dia tidak bisa bilang kalau dia adalah anggota dari salah satu Kerajaan. Dia tidak ingin membuat sebuah masalah.
"Pantas saja kau tidak memiliki rasa nasionalisme ... aku memperhatikan saat istirahat kau selalu menghisap asap dari benda itu. Apa sebenarnya yang kau hisap?" Tanya Frey keheranan. Dia belum pernah melihat seseorang menghisap asap yang cukup menyengat seperti Daru.
"Ini rokok. Kau mau? Kau akan merasakannya." Daru menyodorkan satu batang rokok ke arah Frey.
Frey sedikit penasaran dengan benda yang disebut rokok. Tapi dia juga sedikit khawatir, kalau saja itu adalah benda berbahaya. Tapi rasa penasaran akhirnya mengalahkan kekhawatirannya. Dia menerima satu batang rokok tersebut dan mencoba meniru Daru dengan menyelipkan rokok tersebut di bibirnya yang kemerah-merahan.
Daru dengan sigap menyalakan korek-plasmanya dan mengarahkannya ke batang rokok yang ada di bibir Frey.
Sial, aku tidak memperhatikan sebelumnya, dia benar-benar cantik, pikir Daru. Frey memang bisa dikategorikan sebagai wanita yang cukup menarik bagi kebanyakan pria. Wajah mulus tanpa ada noda apapun, mata yang sedikit sipit tetapi cerah, rambut hitam yang panjang dan halus, bibirnya yang kecil dan merah, hidung kecil yang tidak terlalu pesek, tingginya pun juga tidak terlalu pendek, lekuk tubuh nya yang meliuk-liuk, membuat dia menjadi sebuah magnet berjalan bagi para pria.
Ketika Frey menghisap rokok itu, dia mulai merasakan apa yang Daru rasakan. Sebuah sensasi yang membuatnya tenang, seakan dunia ini tidak memiliki masalah apapun. Daru yang melihatnya hanya heran dan berkata, "Kebanyakan orang yang mencoba rokok untuk pertama kalinya akan merasa sesak sesaat, tapi kau biasa saja, paru-parumu terlalu kuat."
"Ah, benarkah? Ini memang sesuatu yang sangat menenangkan. Darimana kau beli itu? Berapa harganya? Dan alat yang kau gunakan untuk menyalakan api, aku tak pernah melihatnya, apa itu?" tanya Frey.
"Oh, ini barang pribadiku, tidak ada yang menjualnya diseluruh benua Isla karena aku sendiri yang membuatnya. Dan ini disebut korek, bisa membuat api kecil untuk menyalakan sesuatu," jawab Daru dengan sedikit bumbu kebohongan.
"Buatlah beberapa batang dan pasti banyak yang akan membeli nya walaupun kau jual dengan harga satu koin perak per batang," ucap Frey.
"Hah? Semahal itu? Aku akan memikirkannya. hehehe." Daru pun memiliki ide cemerlang dan tersenyum mengerikan. Membuat Frey yang melihatnya merasa bahwa Daru mulai gila.
Satu bungkus rokok harganya dua puluh ribu rupiah, berarti dua koin perak. Satu bungkus ada 16 batang. Ah aku akan kaya sebentar lagi hahahaha!
Setelah beristirahat sejenak, mereka berdua kembali melanjutkan perjalanannya. Mereka beristirahat sekitar empat jam sekali dan saat malam hari. Ketika malam, mereka akan tidur di alam terbuka, tanpa tenda ataupun selimut yang menutupi tubuh mereka. Setelah Frey mengetahui tentang rokok, Frey mulai mengendurkan kewaspadaannya dan akhirnya mereka berdua akrab.
Di sepanjang perjalanan, Frey menceritakan kisah hidupnya kepada Daru, mulai dari kondisi kedua orangtuanya yang terlilit hutang dan sekarang menjadi budak, tentang pengalamannya sebagai petualang dan menjadi salah satu petualang peringkat atas di Kerajaan Resia, hingga saat dirinya dimintai secara langsung oleh Raja Vanir untuk mencari Putrinya.
"Tunggu ..., kau bilang kau adalah salah satu petualang peringkat atas, lalu kenapa kau tidak bisa membayar hutang orangtuamu dan membebaskan mereka?" tanya Daru.
"Petualang peringkat atas hanya dapat menerima misi sulit yang tidak semua petualang bisa melakukannya, dan jenis misi seperti itu cukup sulit untuk didapatkan. Lagipula hutang orangtua ku bukan soal uang, awalnya seorang bangsawan menjebak orang tuaku untuk menandatangani sebuah surat kontrak yang menyatakan jika aku sudah berumur 18 tahun, aku akan menjadi selir dari bangsawan itu. Tapi setelah aku dewasa dan bangsawan itu menagih janji, orangtua ku bersikeras menolak menyerahkanku kepadanya. Jadi bangsawan itu mengambil kedua orangtuaku sebagai budak. Hahh ... aku tidak bisa melakukan apapun ...."
"Apakah benar-benar tidak bisa diselesaikan dengan uang?" tanya Daru lagi.
"Bisa, tapi jumlah yang bangsawan itu inginkan sangat tinggi. Dia meminta 100.000 koin emas, dan hadiah misi sulit yang aku ceritakan tadi adalah berkisar sekitar 100 koin emas, dan itu tidak pasti ada setiap bulan. Benar-benar mustahil untuk membebaskan kedua orang tuaku."
"Aku lihat kau cukup dekat dengan Raja sampai dia menugaskanmu untuk mencari Putrinya. Apakah kau tidak berkata apapun kepada Raja?"
"Bangsawan itu adalah adik dari Raja Vanir. Hahh... aku hanya bisa membayar sedikit demi sedikit berharap suatu saat nanti orangtuaku bisa bebas." Wajah Frey menjadi lesu dan ekspresi sedih tampak sangat jelas.
Daru hanya diam dan tidak menanggapinya lagi. Masalah keluarga Frey terlalu rumit. Tapi, jika Daru bisa menolong Frey, maka Frey akan berhutang budi yang cukup besar kepada Daru. Membuat seorang petualang peringkat atas berhutang budi. Daru kembali mempunyai ide cemerlang.
Beberapa hari berlalu dan akhirnya mereka sampai di Moon City. Tak menunda waktu lagi, Frey membawa Daru menuju ke Istana Kerajaan Resia. Istana itu telihat sangat megah, dibalut dengan warna emas di beberapa bagian, menambah kemegahannya. Ketika mereka masuk kawasan Istana, Frey dibiarkan berjalan dengan bebas tanpa teguran sama sekali. Karena Raja Vanir sudah memberitahu semua orang yang ada di Istana bahwa Frey adalah seseorang yang penting dan dia memiliki hak untuk memasuki istana dengan bebas.
Frey menuntun Daru ke sebuah ruangan tak jauh dari ruang tahta. Ketika Daru memasuki ruangan, Raja Vanir duduk di sebuah kursi di belakang meja dengan beberapa tumpuk kertas di depannya. Ada juga lima orang berzirah lengkap dengan sebuah tombak yang mereka bawa di tangan kanan.
"Yang Mulia!" Frey berlutut dan memberi salam.
"Tuan Vanir." Daru hanya berdiri dan menganggukkan kepalanya ke arah Raja Vanir.
"Jangan bertindak tidak sopan didepan Yang Mulia! Berlutut lah atau kau akan dieksekusi ditempat!" Salah satu penjaga berteriak dan menodongkan tombaknya ke arah Daru. Keempat penjaga juga mengikutinya.
Daru hanya diam dan meraih salah satu tombak tepat di bawah mata tombak. Dan ...,
Krak
"Aku tidak suka ada orang yang menodongkan senjata ke arahku." Daru mematahkan tombak itu hanya dengan satu tangan.
"Beraninya!" Salah satu penjaga mencoba menyerang Daru. Tiba-tiba ...,
"Hentikan!!" Raja Vanir yang telah mengamati situasi memberi perintah.
"Tapi yang Muli-"
"Kau berani menentang kata-kata ku?" Raja Vanir melotot ke arah penjaga yang hendak menyerang Daru.
"Tidak, Yang Mulia." Penjaga itu menarik tombaknya diikuti oleh penjaga yang lain.
Perhatian Raja Vanir mengarah ke Daru dan menuju Frey yang tetap berlutut.
"Aku memerintahkanmu ke Perbatasan dan kau kembali dengan seorang pemuda, siapa dia, Frey?" tanya Raja Vanir.
"Dia adalah orang yang menyelamatkan saya dulu dan dia berkata bahwa dia tahu dimana Putri Rennesia," jawab Frey.
Raja Vanir terkejut dan melihat Daru sekali lagi. Daru hanya mengangguk sekali menandakan apa yang dikatakan Frey adalah benar.
"Kalian berdua duduklah." Raja Vanir bangkit dari kursi nya dan menuntun Daru dan Frey ke susunan sofa yang melingkar dan ditengahnya ada sebuah meja yang lumayan pendek.
Daru dan Frey pun duduk bersebelahan sedangkan Raja Vanir duduk diseberang mereka berdua.
"Anak Muda, Katakan dimana Putriku," ucap Raja Vanir.
"Tuan Vanir, saya akan berbicara jika hanya ada kita bertiga yang ada di ruangan ini," ucap Daru sambil melirik kelima penjaga.
"Yang Mulia, tolong jangan dengarkan dia, bisa saja dia akan menyelakai Yang Mulia!" teriak salah satu penjaga.
"Nona Frey disini yang akan menjamin keselamatan Anda, Tuan Vanir." Daru tersenyum
Ah, berpura-pura serius itu melelahkan, ucap Daru dalam hati.
"Baik. Kalian berlima keluar." Raja Vanir memberi perintah kepada pengawalnya.
"Tapi ...." Salah satu penjaga hendak menolak.
"Sekarang!" Teriakkan Raja Vanir membuat kelima penjaga takut dan berbondong-bondong keluar dari ruangan.
"Kalau begitu saya mulai. Ada tiga hal yang akan saya sampaikan, pertama, saya melakukan ini tidak gratis," ucap Daru disertai Raja Vanir yang mengangguk setuju. "Kedua, terlalu banyak pengkhianat, mata-mata, dan sebagainya di istana ini." Raja Vanir hanya menatap Daru seolah tak percaya. "Dan yang ketiga, pelaku penculikkan adalah bloodhand." Raja Vanir terkejut dan wajahnya memucat setelah mendengarkan kata-kata terakhir yang diucapkan Daru.
"B-bloodhand? Apa kau yakin?" Raja Vanir memastikan seraya berharap apa yang dikatakan Daru adalah sebuah kebohongan.
"Saya sepenuhnya yakin dengan apa yang saya katakan." Daru berkata sembari melirik ke salah satu sudut ruangan dan tersenyum.
Suuut tap
Daru melemparkan mata tombak yang dari tadi ia pegang ke salah satu sudut. Raja Vanir terkejut dengan apa yang Dilakukan oleh Daru. Sementara Frey mengambil pedangnya berdiri dan menghunuskannya ke arah Daru.
"Nona Frey, aku sudah berkata bahwa aku benci orang yang menodongkan senjata ke arahku," ucap Daru sambil menatap Frey.
"Apa yang telah kau lakukan?!" teriak Frey.
Daru hanya menunjuk salah satu sudut di ruangan itu. Mata Frey mengikuti arah yang ditunjuk oleh Daru dan menemukan seseorang berpakaian serba hitam yang mengenakan sebuah topeng tergeletak dengan sebuah mata tombak yang menancap dikepalanya.
"Tuan Vanir, apa yang saya katakan benar kan? Terlalu banyak Pengkhianat ataupun mata-mata di istana ini," ucap Daru kepada Raja Vanir.
Raja Vanir hanya terdiam melihat mayat pria misterius itu. "Itulah mengapa kau tidak bisa menemukan Nona Rennesia selama ini." Daru menambahkan.
Frey terkejut dengan kemampuan Daru yang bisa mendeteksi keberadaan seseorang yang menggunakan sihir siluman. Sihir siluman sendiri adalah sihir tingkat tinggi yang memungkinkan penggunanya tidak terlihat. Hanya saja, sihir siluman tidak bisa menekan suara. Ketika lima penjaga meninggalkan ruangan, Daru mendengar nafas dari empat orang yang ada diruangan. Itulah mengapa dia mengetahui kalau ada mata-mata di ruangan ini.
Frey pun menyarungkan pedangnya dan duduk. Dia malu karena telah menghunus pedangnya ke arah Daru. Raja Vanir juga kembali duduk dan berkata, "Kalau begitu apa rencanamu, Anak Muda?"
"Tiga hal, Pertama, untuk bayaran saya, saya akan meminta tiga hal, saya akan mengatakannya ketika saya membawa Nona Rennesia kembali. Dan tenang saja, tiga hal yang akan saya minta, tidak akan berada diluar kemampuan Tuan Vanir," ucap Daru.
"Aku akan melakukan apapun asal putriku kembali," jawab Raja Vanir menyanggupi.
"Kedua, karena terlalu banyak pengkhianat dan mata-mata di istana, saya tidak bisa menyerahkan penyelamatan Nona Rennesia ke pihak Istana. Saya khawatir jika anda mengirim banyak orang untuk menyelamatkan Nona Rennesia, pihak Bloodhand akan mengetahuinya dan segera berpindah tempat. Maka dari itu, biar saya dan Nona Frey yang melakukannya."
"Tolong!" Raja Vanir menundukkan kepalanya. Dia berpikir apa yang Daru katakan memang masuk akal.
"Ketiga, pelakunya adalah bloodhand. Jadi ..., saya tidak bisa menjamin keadaan Nona Rennesia baik-baik saja. Tapi, saya bisa menjamin bahwa Nona Rennesia masih hidup." Kata-kata Daru seperti sambaran petir yang mengarah ke Raja Vanir. Membuat raut wajahnya semakin buruk.
"Tolong selamatkan putriku! Selama dia masih hidup aku berjanji akan melakukan apapun untukmu." Kini Raja Vanir bersujud didepan Daru. Tidak ada lagi wibawa seorang Raja yang tampak dari Raja Vanir.
"Jangan bersujud kearah ku. Aku pasti membawa putrimu kembali."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Riangga Mustika
up
2021-08-17
0
Xyn〜ハンサム
perempuan cantik diajarin merokok woi mc GK ngotak
2021-07-01
1
Alter-Ruu
jualan rokok sukses...
orang-orang pada penyakitan😂
2021-01-15
4