“Mang, sebelum pergi ke panti, kita mampir dulu ke butiknya Tante Nadia, ya,”
“Oh, iya Neng. Siap.”
Setelah mendapat perintah dari sang majikan kecilnya, Mang Tasim pun segera membelokkan mobilnya. Memasuki sebuah kawasan gedung pertokoan.
Dan setelah mobilnya terparkir rapi di tempatnya. Gisya bergegas pergi ke salah satu butik yang memiliki brand Naia Muslimah.
“Selamat datang. Ada yang bisa kami bantu?” tanya salah satu karyawan yang siap melayani pelanggan yang datang ke butik itu.
“Saya ingin mencari baju gamis dan juga hijab nya, Mbak,” jawab Gisya.
“Mari, Mbak. Ikut saya. Saya akan menunjukan beberapa model terbaru yang butik kami miliki.”
Dengan dipandu oleh sang karyawan butik. Gisya pun mulai menelusuri beberapa rak baju yang memang menyediakan kebutuhan fashion bagi kaum muslim dan muslimah.
Setelah mendapatkan rekomendasi dari karyawan butik tadi. Gisya akhirnya memutuskan untuk membeli tiga abaya lengkap dengan hijab lebar yang jika dipakai bisa menutupi setengah badan nya.
“Gisya. Kamu disini, Nak?”
Mendengar namanya dipanggil, Gisya pun langsung menoleh ke arah sumber suara. Dimana disana, ada sang pemilik butik yang tidak lain adalah Tante Nadia. Sahabat Mama nya yang sudah cukup akrab juga dengan dirinya.
“Tante Nadia. Iya, Tante. Ini lagi beli beberapa baju muslim,” jawab Gisya, sambil menghampiri Nadia dan menyalami sang Tante dengan takzim.
“Belanjanya, banyak juga. Mau ada acara?” tanya Nadia lagi, saat melihat Gisya membeli abaya lebih dari 2.
“Nggak, Tante. Ini, kebetulan aku mau ke tempat guru ngaji aku. Jadi, aku mampir ke sini buat ganti baju. Eh, malah kapal karena gamis model terbaru yang Tante buat bagus bagus. Akhirnya, beli banyak deh,”
“Oh, gitu. Oh, iya. Bagaimana kabar Mamamu?”
“Mama…. Ya gitu deh Tante. Mau dibilang baik baik saja juga kan gak mungkin. Tapi, Mama selalu memperlihatkan kalau Mama baik baik saja”
“Tante, turut berduka, ya. Atas kabar perceraian Mama dan Papamu. Tante tidak menyangka jika hal ini akan terjadi pada mereka,”
“Iya, Tante. Terima kasih. Mungkin memang sudah jalan takdirnya harus begini,”
“Ini, Mbak. Belanjaan nya sudah selesai kami bungkus.”
Ucapan dari kasir di butik itu berhasil mengalihkan perhatian Gisya yang sedang berbincang dengan Tante Nadia. Yang merupakan pemilik dari butik itu.
“Oh, iya, Mbak. Terima kasih. Tante Nadia, aku izin ke ruangan ganti dulu, ya. Mau ganti baju dulu,” izin Gisya, setelah mendapatkan paper bag yang berisikan baju muslim yang sudah dia beli.
“Iya, Nak. Pergilah. Tante juga mau masuk ke dalam. Banyak pekerjaan yang harus Tante selesaikan.”
Keduanya pun akhirnya berpisah, Gisya pergi ke ruangan ganti untuk ganti pakaian. Sedangkan Nadia, pergi ke ruangan kerjanya.
*
*
Ditempat lain.
“Tuan, anda sudah kembali?”
Sekretaris Arya langsung bangun dari duduknya saat melihat atasan nya sudah kembali lagi ke kantor. Wanita bertubuh tinggi itu segera menghampiri Arya untuk memberikan berkas yang akan dipakai saat meeting nanti.
“Ada apa, Intan? Apa ada hal yang mendesak?” tanya Arya, saat sekretarisnya itu menghampirinya.
“Sepertinya anda lupa. Setengah jam lagi akan ada meeting dengan perwakilan yang dikirim oleh Tuan Andre, Tuan,” jelas Intan.
“Astaghfirullahaladzim. Lalu, apa kamu sudah menyiapkan berkasnya?”
“Sudah, Tuan. Ini, semua yang anda butuhkan sudah ada di dalam berkas ini. Anda tinggal membaca ulang siapa tahu ada yang kurang atau kurang tepat. Nanti akan saya perbaiki,”
“Baik, akan saya cek dulu. Terima kasih, ya. Kamu sudah mengingatkan saya,”
“Iya, Tuan. Sama sama.”
Arya bergegas masuk ke dalam ruangan nya. Namun, saat akan menutup pintu ruangan itu Arya kembali menoleh ke arah Intan untuk berpesan.
“Tolong. Jangan ada siapapun yang mengganggu ku. Jika ada yang bertanya, katakan aku tidak ada di tempat. Mengerti?” titah Arya kepada Intan.
“Baik, Tuan. Saya mengerti.”
Arya langsung menutup dan mengunci pintu ruangan nya agar tidak ada orang yang menerobos masuk ke dalam ruangan itu.
Arya kembali menyibukkan dirinya dengan pekerjaan. Karena, hanya dengan itu lah Arya bisa sejenak melupakan kemelut rumah tangga nya yang kini tengah berada di ujung tanduk.
Hingga tanpa terasa, tiga puluh menit telah berlalu dan waktunya meeting pun tiba.
"Tok…"
" Tok…"
"Tok…"
"Tuan. Ini saya Intan, sudah waktunya anda meeting dengan perwakilan yang dikirim oleh Tuan Andre." ucap Intan dengan sedikit berteriak karena takut jika Arya tidak mendengar suaranya.
Mendengar suara Intan yang mengingatkan nya tentang jadwal meeting nya. Arya pun bergegas membereskan apa yang akan dia bawa ke ruangan meeting.
Kreekkkkk.
"Anda, sudah siap, Tuan?" tanya Intan saat pintu ruangan atasan nya terbuka.
"Sudah. Ayo, kita kesana sekarang,"
"Baik, Tuan."
Dengan ditemani oleh Intan. Arya segera pergi ke ruangan dimana dia akan membahas kelanjutan kerja sama bersama dengan orang Amerika bernama Andre.
Hanya saja, kali ini yang datang hanya perwakilan nya saja. Karena Tuan Andre sendiri dikabarkan tengah tidak sehat dan sedang menjalankan perawatan di sebuah rumah sakit yang ada di sana.
Dan setelah berjalan berjalan selama beberapa menit. Arya dan Intan pun tiba di ruangan meeting yang ternyata disana dia sudah ditunggu oleh seorang pria yang merupakan perwakilan dari Tuan Andre.
"Maaf, saya terlambat. Bagaimana kabar anda, Tuan. Perkenalkan, saya Arya. CEO dari perusahaan ini," ucap Arya, memperkenalkan dirinya pada pria itu.
"Salam kenal juga Tuan Arya. perkenalkan saya Angga, perwakilan yang dikirim oleh Tuan Andre untuk membahas kelanjutan kerja sama kita,"
"Baik Tuan Angga. Mari, kita mulai saja meeting nya."
Sepanjang waktu meeting berjalan. Pria yang bernama Angga dibuat kagum oleh hasil kerja dari Arya. Pantas saja, di usianya yang masih terbilang muda. Arya sudah menjadi seorang CEO dari sebuah perusahaan yang cukup besar dan memiliki nama.
"Bagaimana, Tuan Angga. Apa, anda menyukai rencana yang akan kami buat untuk proyek ini?" tanya Arya, setelah selesai mempresentasikan hasil kerjanya.
"Sangat cukup puas dengan hasil kerja anda, Tuan Arya. Semoga, kita bisa bekerja sama dengan baik sampai proyek ini sukses,"
"Aamiin. Terima kasih atas kepercayaan anda dan juga Tuan Andre. Karena kalian lah yang memberikan kesempatan besar ini kepada saya,"
"Berterima kasih lah kepada Ayah saya. Karena beliau lah yang memberi anda kesempatan. Saya, hanya melanjutkan pekerjaan Ayah saya karena kondisi kesehatan beliau sedang tidak memungkinkan untuk bekerja,"
"Baiklah. Nanti, jika ada kesempatan. Saya akan datang untuk mengunjungi beliau. Apa, anda sudah makan siang? Mau makan siang bersama?" ajak Arya.
"Tidak. Terima kasih, tapi saya sudah ada janji dengan seseorang,"
"Oh, begitu. Baiklah, kalau begitu sampai jumpa lagi dan terima kasih atas kerjasamanya."
Kedua pria itu pun akhirnya berpisah untuk melanjutkan kegiatan mereka masing masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
mbok Darmi
double up dong kak rajin up tiap hari penasaran dgn ulet bulu sharon dpt karma apa dan ingin segera arya cerai dgn gendhis biarkan gendhis mendapatkan suami yg tulus bukan tukang selingkuh ataupun orang yg blm selesai dgn masa lalunya
2025-03-19
1
Roziqin Rozi
semangat kaka... sebenarnya karya anda bagus. jgn bertele-tele. semoga ratingnya selalu tinggi. sukses selalu.../Kiss/
2025-03-19
0
U_Lee
siapa tau si Angga janjian makan bareng dg Gendhis 🤭 pengen liat reaksi Arya kayak apa?
2025-03-19
0