Bab.18

Sepeninggalan Gisya, Arya mengalihkan perhatian nya kepada wanita yang masih duduk manis di tempatnya. Bersikap, seolah olah tidak pernah terjadi apa apa.

Dengan raut wajah yang merah padam, Arya pun segera menghampiri wanita tersebut.

“Apa yang kamu katakan pada putriku? Dan, dari mana kamu tahu kalau aku akan bertemu dengan putriku disini?” tanya Arya, to the point.

“Tenang, Ar. Duduk dulu, kita bisa bicara sambil duduk dan makan,” jawab Sharon, dengan santainya mempersilahkan Arya duduk. Namun, sayang hal itu diabaikan oleh Arya yang memilih untuk tetap berdiri di depan Sharon.

“Jawab saja pertanyaanku Sha. Aku tidak butuh duduk apalagi makan denganmu. Jawab, apa yang tadi kamu katakan pada putriku?” lanjut Arya, menatap penuh rasa benci kepada Sharon.

“Aku hanya mengatakan yang sebenarnya dan apa yang akan terjadi pada kita nanti,”

“Maksud kamu, apa?”

“Aku hanya mengatakan, kalau kita akan menikah dan meminta putrimu untuk menerima hubungan kita.”

Duuuaaarrrr.

Bagai disambar petir di siang hari. Arya dibuat kaget sekaget kagetnya dengan pernyataan yang baru saja diucapkan oleh Sharon.

“Menikah? Kita akan menikah?” tanya Arya, disela keterkejutan nya.

“Iya. Tentu saja. Bukankah, itu yang akan orang lakukan setelah mereka pacaran,”

“Gila kamu. Kamu benar benar sudah gila.”

Sambil menahan amarahnya, Arya bergegas saja pergi meninggalkan tempat itu dan juga Sharon. Arya bahkan tidak menghiraukan suara Sharon yang terus memanggil namanya.

Arya terus berjalan menuju ke mobilnya. Mengabaikan orang orang yang memperhatikan nya. Teriakan Sharon yang terus memanggil namanya, membuatnya jadi pusat perhatian para pengunjung restoran.

Akan tetapi, Arya mengabaikan hal itu dan terus berjalan meninggalkan tempat tersebut.

*

*

Sementara di tempat lain.

Isak tangis terus menemani Gisya disepanjang perjalanan nya menuju pulang ke rumah keluarga Hardiana.

“Neng, Neng Gisya kenapa? Apa, tadi terjadi sesuatu saat ketemu Papa?” tanya Mang Tasim. Yang akhirnya memberanikan diri untuk bertanya kepada anak majikan nya karena khawatir.

Tiga puluh menit telah berlalu dari kepergian nya dari restoran. Namun, Gisya masih juga belum berhenti menangis dan hal itu membuat Mang Tasim khawatir hingga akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

“Papa jahat Mang. Aku kira, Papa ngajak ketemu itu untuk bujuk Mama agar tidak jadi bercerai. Tapi, ternyata aku salah Mang. Papa, Papa malah mau nikah sama perempuan itu. Padahal, aku masih berharap kalau Papa akan minta maaf dan menyesali perbuatan nya. Mencoba membujuk Mama lewat aku agar tidak melanjutkan gugatan itu. Namun, yang kudapat malah kabar jika mereka akan menikah.” jawab Gisya, di sela isak tangisnya.

Mendengar penjelasan dari Gisya, Mang Tasim pun hanya bisa terdiam. Tidak tahu harus berkata apa. Bukan rahasia lagi memang, bahkan seluruh isi rumah keluarga Hardiana tahu jika saat ini Gendis tengah mengurus proses perceraian nya dengan Arya.

Tidak hanya mengejutkan seluruh isi rumah keluarga Hardiana. Kabar gugatan cerai itu pun sangat mengejutkan keluarga Atmajaya. Pasalnya, selama ini keadaan rumah tangga keduanya terlihat baik baik saja dan jauh dari gosip apapun. Bahkan, Gendis masih sering terlihat menemani suaminya saat dinas ke luar kota.

Akan tetapi, secara tiba tiba Gendis pun menyatakan ingin berpisah dari suaminya dengan alasan karena sang suami sudah memiliki wanita lain yang pria itu bawa masuk kedalam rumah tangga mereka.

Bukan hanya dibuat terkejut. Kedua orang tua Arya bahkan dibuat marah besar saat tahu jika putra sulung mereka melakukan hal yang sangat memalukan, yaitu berselingkuh.

Kedua paruh baya itu tidak menyangka jika putra kebangga nya akan melakukan hal yang bisa mencoreng nama baik keluarga.

Ingatan Gisya pun kembali pada kejadian beberapa saat yang lalu. Dimana dirinya di datangi oleh Sharon.

*

Flashback.

“Hai, kamu sudah sampai duluan ternyata.”

Sapaan dari seorang wanita membangunkan Gisya dari lamunan nya. Gadis remaja itu langsung menoleh ke arah sumber suara.

Dimana ada seorang wanita yang sama sekali tidak ingin dia temui tengah berdiri disamping meja nya.

“Tante? Kenapa Tante yang datang? Mana Papa?” cecar Gisya, tidak ingin berbasa basi pada Sharon.

“Masih di kantor. Mungkin, sebentar lagi akan menyusul,” jawab Sharon yang tanpa di persilahkan pun, wanita itu langsung duduk di kursi yang ada di hadapan Gisya.

“Lalu, untuk apa Tante datang kesini? Aku kan mau bertemu dengan Papa. Bukan dengan Tante,” lanjut Gisya, dengan nada yang ketus.

“Kok Tante sih. Biasanya juga panggil Aunty. Oh iya, lupa. Sepertinya sebentar lagi kamu harus membiasakan memanggilku dengan sebutan Ibu deh.”

Deg.

Jantung Gisya terasa berhenti berdetak saat Sharon membahas masalah nama panggilan untuk wanita itu.

“Ma_maksud Tante apa? Kenapa aku harus memanggil Tante dengan panggilan Ibu?”

“Ya, karena setelah Papamu resmi bercerai. Kami akan langsung menikah.”

Duuuaaaarrrr.

Bagaikan tersambar petir, Gisya bahkan tidak bisa berkata kata lagi. Dadanya terlalu sesak dan lidahnya terlalu kelu untuk berkata kata. Disaat tahu jika sang Papa akan menikah lagi. Padahal putusan cerai pun belum diputuskan.

Flashback off.

*

“Neng. Neng Gisya mau langsung pulang atau mau mampir dulu ke tempat lain?” tanya Mang Tasim yang berhasil membangunkan Gisya dari lamunan nya.

Gadis remaja yang sejak tadi terus menatap jalanan yang dia lewati itu langsung mengalihkan perhatian nya kepada sang sopir.

“Boleh Mang. Aku juga tidak mau pulang dengan keadaan seperti ini. Itu, akan membuat Oma dan juga Mama khawatir,”

“Lalu, sekarang Neng mau diantar kemana?”

“Ke panti Al-Hasan saja, ya Mang. Gisya mau ketemu sama Ustadzah Ainun. Gisya ingin berbincang dengan beliau,”

“Baik. Kalau begitu kita kesana, ya.”

Mang Tasim segera memutar balik mobilnya yang hampir saja sampai di pintu gerbang sebuah perumahan elit. Dimana rumah Oma dan Opa nya berada di sana.

Mobil itu kembali melaju, menuju ke sebuah tempat yang menurut Gisya tempat itu adalah tempat yang tepat untuk menenangkan diri disaat hatinya kacau seperti saat ini.

Sebuah panti yang rutin di kunjungi oleh Oma dan Mama nya untuk menyumbangkan sedikit harta yang mereka miliki kepada para penghuni panti yang diantaranya adalah anak anak terlantar yang dibuang oleh orang tua dan keluarganya.

Disana ada seorang Ustadzah yang baik hati dan bijaksana bernama Nyai Ainun atau biasa juga dipanggil Ustadzah Ainun. Orang yang mengajari ilmu agama kepada Gisya sewaktu masih kecil hingga gadis itu memasuki usia remajanya.

Kini, satu tahun sudah Gisya tidak lagi mengaji karena memang sudah khatam dan sudah tidak memiliki banyak waktu karena sibuk dengan tugas sekolahnya.

Terpopuler

Comments

ollyooliver🍌🥒🍆

ollyooliver🍌🥒🍆

jangan main pergi aje..urus dulu selingkuhan lu..galih dia sampai akar"nya biar dpt jawaban dari pertanyaan lu knp sharon tau lu mau ketemu gisya...bukannya selesain masalah malah main pergi aje..dasar egois, maruk lagi..cih🙄

2025-03-19

2

Ais

Ais

ya arya bknnya beresin dl urusan dan masalah kamu sm si jalang sharon eh malah main pergi aja akan tambah suram masa depan kamu ya setelah kamu jd duda kamu bakal dikejar terus sm sijalang pantang menyerah pokoknya

2025-03-18

0

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

bagus lha si Gisya ga melarikan kegundahan hatinya ke hal" yang negatif, tapi dia konsultasinya ke guru spiritualnya seorang ustadzah,,,

2025-03-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!