“Apa? Arya selingkuh?”
Gendis hanya bisa menundukkan kepala diiringi dengan derai air mata saat menceritakan bagaimana Arya selama beberapa minggu ini.
Pelarian nya tempo hari, selama beberapa hari ke rumah orang tuanya dan ke apartemen. Tampak tidak membuat Arya merasa kehilangan istri dan anaknya.
Bahkan, Arya terlihat membawa Sharon (dari sudut padang Gendis) ke tempat dimana dia akan bertemu dengan Gendis untuk membicarakan semuanya.
Karena itu lah, Gendis sudah tidak bisa lagi menutupi permasalahan rumah tangga nya dari kedua orang tuanya dan kini, Gendis tengah mengungkapkan semuanya dengan ditemani isak tangis yang menyayat hati.
“Kurang ajar, sudah Papa bilang jangan pernah melakukan hal yang akan menyakiti putriku. Jika sudah tidak berkenan kepadamu, kenapa tidak pulang saja kamu secara baik baik. Kenapa harus selingkuh,” lanjut Papa Haryadi, tak terima putrinya diselingkuhi oleh suaminya.
“Sabar, Pa. Tidak baik menghadapi masalah dengan emosi,” bujuk Mama Amel, demi meredam amarah suaminya.
“Lalu, apa yang akan kamu lakukan sekarang, Nak?” lanjut Mama Amel, yang kini beralih ke putri semata wayang nya, Gendis.
“Izinkan, Gendis dan Mas Arya untuk berpisah Ma, Pa. Gendis rasa, pernikahan ini sudah tidak bisa dilanjutkan lagi. Dipaksakan pun, akan semakin menyakiti kedua belah pihak. Baik Gendis maupun Mas Arya, akan sama sama tersakiti dan Gendis, tidak mau itu terjadi semakin berlarut larut,”
“Bagus. Lelaki seperti itu memang tidak pantas untuk dipertahankan,” sambung Papa Haryadi, masih dengan emosinya.
“Papa. Boleh beri kesempatan putrinya untuk bicara? Hhmm?” mohon Mama Amel, dengan nada yang sangat lembut, tapi penuh dengan penekanan.
Mendengar permintaan dari sang istri, Papa Haryadi pun langsung terdiam dan membiarkan kedua wanita yang paling berharga di dalam hidupnya untuk berbicara dari hati ke hati.
“Sejak kapan? Kamu mengetahui perselingkuhan itu?” lanjut Mama Amel kepada Gendis.
“Baru beberapa minggu yang lalu, Ma,” jawab Gendis, di sela isak tangis nya.
“Apa, kedua anakmu tahu akan hal in?”
“Hanya Gisya yang tahu hal itu. Sedangkan Ardi tidak. Gisya bahkan sudah dua kali melihat kebersamaan Papanya dengan wanita itu,”
“Astagfirullahaladzim. Baiklah, apapun keputusan kamu, Mama dan Papa akan mendukung nya. Sekarang, kalian pulang lah kemari. Jangan tinggal di apartemen, karena itu bisa menimbulkan fitnah. Apalagi, dengan keadaan kalian yang seperti ini,”
“Iya, Ma. Nanti, kami akan langsung pulang ke sini setelah Gendis menjemput anak anak di sekolah,”
“Tidak perlu. Biar Mang Tasim saja yang menjemput anak anak. Kamu, tidak boleh keluar rumah. Apalagi saat akan mengajukan cerai. Itu tidak baik,” sambung Papa Haryadi. Yang kini sudah bisa mengendalikan diri dan mulai meredam emosinya.
“Baiklah. Gendis akan menurut apa kata Mama dan Papa.”
*
*
Sementara di tempat lain.
Plaaakkkk.
Sebuah tamparan yang cukup keras di terima oleh Arya saat tiba di rumah kedua orang tuanya. Sang ayah, begitu murka saat tahu apa yang putra sulung nya itu lakukan kepada menantu kesayangan mereka.
“Ayah, sabar. Jangan melakukan kekerasan. Kita bicarakan ini baik baik, tidak dengan kekerasan,” bujuk Bunda Ratna. Mencoba menahan suaminya agar tidak memukul putranya lagi.
“Tidak bisa, Bun. Apa yang dia lakukan sudah mencoreng nama baik keluarga kita. Jujur pada kami Arya. Sebenarnya apa kesalahan dan juga kekurangan Gendis, hingga kamu melakukan hal sehina itu?”
“Iya, Nak. Sebenarnya, apa yang terjadi dengan rumah tangga kalian? Kenapa kamu sampai berpaling kepada wanita lain? Apa, Gendis melakukan kesalahan yang tidak bisa kamu maafkan?” sambung sang Bunda.
Hening. Tidak ada satupun jawaban yang keluar dari mulut Arya atas semua pertanyaan yang dilayangkan oleh kedua orang tuanya.
Karena jujur, selama dia menikah dengan Gendis. Wanita itu bak seorang bidadari yang tidak memiliki kekurangan dan pernah sekalipun melakukan kesalahan yang fatal.
Bahkan, selama 15 tahun pernikahan mereka. Arya dan Gendis sama sekali tidak pernah bertengkar. Hal itu lah yang mungkin memicu rasa jenuh dan juga bosan dalam diri Arya terhadap istrinya.
“Jawab Arya. Jangan hanya diam saja. Kami, butuh penjelasan kamu,” bentak Ayah Omar. Yang kembali tersulut emosi karena Arya tidak menjawab satupun pertanyaan yang diberikan olehnya dan juga istrinya.
“Maafkan Arya, Ayah, Bunda. Arya tahu Arya salah. Tapi, Arya ingin memperbaiki semuanya. Hanya saja, Gendis belum bersedia menerima Arya kembali,” jawab Arya. Pada akhirnya membuka suaranya meski dengan nada yang berat dan bergetar. Menahan tangisnya.
“Tapi semua itu sudah terlambat, Nak. Saat ini Gendis sudah melayangkan gugatan cerai untukmu.”
Duuuaaarrrr.
Bagai disambar petir di siang bolong. Jantung Arya seakan berhenti berdetak saat tahu jika Gendis sudah melayangkan gugatan cerai untuknya.
Arya tahu jika dia salah. Salah besar malah, tapi Arya tidak menyangka jika akan secepat ini Gendis mengajukan gugatan cerai kepada dirinya.
Arya bahkan tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan semuanya karena Gendis sudah menutup semua komunikasi dengan nya, dalam bentuk apapun.
Wanita itu menyerahkan semuanya kepada sang pengacara dan kini, Arya hanya bisa berkomunikasi dengan pengacara yang ditunjuk oleh Gendis untuk mendampinginya menjalani proses perceraian nya dengan Arya.
Beruntung nya, Arya sudah bisa berkomunikasi dengan putrinya. Meski hal itu tidak membantu banyak. Karena Gisya tetap pada pendirian nya. Mendukung keputusan sang Mama meski keputusan itu adalah perceraian.
*
*
Beberapa hari kemudian.
Arya terdiam, pria itu terpaku di tempat setelah menerima surat dari pengadilan pengadilan agama. Arya masih belum bisa percaya jika Gendis benar benar menggugat nya.
Tidak. Arya tidak terima ini. Arya tidak siap berpisah dengan istri dan juga anak anaknya. Karena itu, tidak pikir panjang lagi. Arya pun segera pergi ke rumah mertuanya. Berharap bisa bertemu dengan Gendis dan membujuknya agar membatalkan perceraian mereka.
“Maaf, Den Arya. Tapi, Nona Gendis dan seluruh isi rumah sedang tidak ada. Tadi pagi, semuanya pergi,” ucap Mang Parjo yang membuat Arya kecewa.
“Pergi? Pergi kemana Mang?” tanya Arya lagi.
“Kalau tidak salah, Tuan sama Nyonya membawa Non Gendis dan anak anak pergi ke Malaysia, Den. Katanya, ada kerabat Tuan yang meninggal di sana,” jawab Mang Parjo.
“Loh, kok saya tidak diberi tahu kalau ada saudara Papa yang meninggal, Mang?”
“Untuk itu, saya kurang tahu Den. Mungkin Tuan tidak mau mengganggu kesibukan Den Arya,”
“Terus, Mang Parjo tahu nggak sampai kapan mereka di Malaysia?”
“Kata Tuan sih paling 3 hari. Toh cuma pergi takziah,”
“Begitu, ya. Baiklah, kalau begitu saya pamit dulu, ya Mang,”
“Loh, nggak masuk dulu, Den?”
“Tidak, Mang. Terima kasih. Saya pamit, ya Mang. Assalamualaikum,”
“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
ollyooliver🍌🥒🍆
memperbaiki?
coba deh thor buat gendis bertanya pada arya kek gini " kalau kamu gak ketahuan, ada gak kamu mau memperbaiki, setidaknya menyesal dan merasa bersalah sehingga memutuskan hubunganmu dengan sharon."
gw mau tau jawaban apa yang diberikan arya dari sang penulis. meski kita tau ibarat maling, sekali ketahuan dia gak akan mengakui.
tapi ini versi novel dan kita para pembaca mau tau jawaban yang arya berikan. entah itu dia emng sejak awal tdk ingin putus sama sharon atau tidak tapi setidaknya ada jawaban bijak yang mewakili perbuatannya😌
2025-03-13
2
ollyooliver🍌🥒🍆
lah..ada ya seorang suami yang ingin istrinya melakukan kesalhan...disaat semua pasangan ingin pernikahannya harmonis..bener" pria gila...
lagian jangan mengatas namakan JENUH jika diliat saja arya ini orangnya gak bersyukur..maruk.
katanya sharon itu perhatian makanya dia berpaling..dia sendiri saja mengakui istrinya bak bidadari tapi mengatakan jenuh, gak masuk akal.
dibilangnya pake kata GAK CINTA AJA UDAH PALING MASUK AKAL ALASANNYA DIA SELINGKUH🙄
2025-03-13
0
mbok Darmi
akhirnya gendhis berani menggugat cerai arya good perempuan hebat ngga hanya pasrah dgn keadaan buktikan gendhis kamu bisa lebih sukses tanpa arya buktikan juga ke sharon sahabat lucknut mu suruh ambil arya bekasan mu ngga perlu dipungut lagi, apa yg sdh dibuang jgn diambil lagi pamali
2025-03-13
0