Bab.14

“Ini, bersihkan dulu wajahmu. Jangan sampai, kamu membawa muka berantakan ini kedalam rumah.”

Setelah memarkirkan mobilnya di depan lobi gedung apartemen. Tempat dimana Gendis dan kedua anaknya kini tinggal. Angga segera mengambil dan menyodorkan box tisu kepada Gendis.

Pria itu meminta Gendis membersihkan wajahnya yang berantakan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam unit apartemennya.

“Terima kasih dan maaf, kamu harus melihatku yang seperti ini,” jawab Gendis, sambil meraih tisu yang di sodorkan oleh Angga.

“Tidak masalah. Toh, ini bukan pertama kalinya aku melihatmu menangis,”

“Tapi, tetap saja. Ini berbeda dengan dulu. Ini, aib dalam keluargaku,”

“Ya mau bagaimana lagi. Aku terlanjur melihat semuanya. Masuklah, jangan terlalu banyak pikiran. Aku tahu, masalah yang kamu hadapi saat ini bukan masalah kecil. Namun, aku yakin kalau kamu bisa melaluinya. Hubungi aku jika kamu butuh bantuan atau mungkin butuh teman untuk cerita,”

“Tapi, aku tidak punya kontak kamu,”

“Bukan tidak punya. Tapi, lebih tepatnya. Kamu tidak pernah menghubungi kontak itu lagi. Aku tidak pernah mengganti nomor ponselku. Hubungi aku jika kamu butuh bantuanku, ya.”

Deg.

Gendis tersentak kaget. Benar juga yang dikatakan oleh Angga. Bukan hanya Angga yang menghilang begitu saja. Namun, Gendis pun sama sekali tidak pernah mencoba untuk menghubungi pria itu lagi.

Setelah satu bulan tidak ada jawaban karena ponsel yang Gendis hubungi sudah tidak aktif. Gendis pun sudah tidak lagi menghubungi nomor itu.

Yang tanpa Gendis ketahui, jika setelah Gendis menghubungi nomor ponsel Angga untuk yang terakhir kalinya. Nomor itu kembali Angga aktifkan.

Sayang, setelah nomornya aktif. Sudah tidak ada lagi telepon maupun pesan yang masuk ke nomor itu. Namun, Angga tetap menyimpan dan mengaktifkan nomor itu.

Dengan harapan, kelak akan ada pesan atau panggilan telepon dari orang yang sangat dia rindukan.

Akan tetapi, harapan tinggalah harapan. Setelah sekian tahun berlalu tetap tidak ada yang menghubunginya. Sampai akhirnya Angga pun berhenti berharap. Setelah melihat foto pernikahan Gendis yang wanita itu posting di akun sosial medianya.

Dari sanalah, Angga pun mulai fokus dengan kehidupan nya sendiri. Fokus kuliah sampai menyelesaikan S2 dan juga fokus bekerja. Menggantikan sang ayah yang sudah tidak bisa lagi bekerja karena penyakitnya.

Kini, dua puluh tahun telah berlalu. Angga pun sudah menjadi pria matang yang sukses didunia bisnis. Namun sayang, sampai saat ini pria itu masih enggan untuk menikah.

Bahkan, perjodohan demi perjodohan telah dia lalui. Namun, tetap saja tidak bisa membuat hatinya tertarik untuk memulai hidup baru dengan pasangan.

Entah apa yang membuatnya enggan untuk menikah. Yang pasti, sampai saat ini Angga benar benar menutup diri dari yang namanya perempuan.

“Baiklah. Kalau begitu, aku masuk dulu, ya. Terima kasih karena sudah mengantarkan aku sampai selamat,”

“Eemm. Masuklah. Aku akan pergi setelah kamu masuk,”

“Baiklah. Hati hati dijalan, ya. Sekali lagi, terima kasih.”

Gendis pun akhirnya keluar dari mobil Angga. Berjalan gontai, masuk kedalam gedung tinggi yang kini menjadi tempatnya untuk pulang.

Sementara Angga, baru beranjak dari area gedung apartemen setelah Gendis sudah menghilang dari pandangan nya.

*

*

“Tit…”

“Tit…”

“Trriiinnnggg…”

“Kreeekkkk…”

“Mama dari mana saja? Kenapa ponsel Mama tidak bisa dihubungi? Mama, baik baik saja, kan? Mama, tidak kenapa kenapa, kan?” cecar si sulung Gisya, saat Gendis baru saja membuka pintu unit apartemen nya.

“Sayang, kok kamu sudah pulang? Bukan nya hari ini ada jadwal les?” tanya balik Gendis. Tanpa menjawab pertanyaan dari putrinya.

“Mana bisa aku pergi les disaat Mama pergi menemui Papa,”

“Kamu, tahu dari mana kalau Mama pergi menemui Papa?”

“Tadi pagi, Papa mengirim pesan yang memberi tahu jika Papa akan bertemu dengan Mama hari ini. Sayang, aku keburu masuk dan baru membaca pesan dari Papa saat pulang sekolah. Makanya, aku langsung pulang dan bolos les karena aku khawatir dengan Mama,”

“Lalu, apa yang kalian bicarakan? Apa, Papa bilang kenapa dia melakukan itu semua?” lanjut Gisya, yang membuat Gendis menghela nafas panjang dan berat.

“Ada apa? Apa, terjadi sesuatu, lagi?” tanya nya lagi. Saat melihat Gendis menghela nafas.

“Sayang, kalau misalnya Mama sudah tidak bisa lagi bersama dengan Papa. Bagaimana menurut pendapatmu?” tanya Gendis, mencoba meminta pendapat dari putrinya.

Karena saat ini, hanya Gisya lah satu satunya orang yang bisa diajak diskusi perihal rumah tangga nya bersama dengan Arya.

“Tadi, apa Papa bersama dengan wanita itu lagi?” tanya Gisya terlebih dahulu, sebelum dia menjawab pertanyaan dari Mamanya dan pertanyaan itu dijawab sebuah anggukan kepala oleh Gendis.

Melihat Gendis menganggukkan kepalanya. Kini, giliran Gisya yang menghela nafas panjang dan juga berat.

Rasa marah dan juga kecewanya terhadap sang ayah semakin besar saja dirasakan oleh Gisya. Hingga akhirnya, gadis remaja itu mendukung apapun keputusan yang akan diambil oleh Mamanya.

“Jika Papa lebih berat melepaskan wanita itu. Lalu, untuk apa kita bertahan? Bukan kah, itu akan semakin menyakiti kedua belah pihak. Ma, jika berpisah adalah keputusan yang terbaik untuk kalian. Maka, jangan pikirkan kami. Lakukan apa yang menurut Mama, itu yang terbaik. Toh, aku dan juga Ardi tidak akan kehilangan sosok Papa, kan? Kami, masih bisa bersama meskipun Mama dan Papa tidak lagi bersama.”

*

*

Sementara itu, Arya kembali dibuat kelimpungan. Sudah hampir malam, tapi pria itu masih belum bisa menemukan keberadaan istri dan anak anaknya.

Pesan yang terakhir dia kirimkan baik itu ke ponsel Gendis maupun Gisya. Masih belum ada jawaban dari keduanya. Bahkan, pesan itu masih ceklis dua dengan warna abu abu.

Yang artinya, pesan yang dikirimkan belum dibaca oleh istri dan anaknya. Merasa putus asa karena tidak tahu harus mencari istrinya kemana lagi.

Arya pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Berharap, jika istri dan anaknya sudah berada dirumah yang sudah 14 tahun dia tempati bersama dengan Gendis dan kedua anaknya.

Akan tetapi, semua itu hanyalah harapan semata. Karena nyatanya, rumah itu masih tetap kosong dan hanya dihuni oleh para pekerja yang sudah bekerja bersama dengan Arya sejak Arya dan Gendis menempati rumah besar dan mewah itu.

Terpopuler

Comments

Ais

Ais

arya arya 14 tahun nikah sm gendis tp kamu blm hapal gmn gendis berarti bnr dong ya cinta kasih sayang kamu selama 14 tahun ini hnylah kamuflase untuk menutupi perasaan kamu sm sharon kekasih berkedok sahabat berarti 14 tahun gendis hnylah rumah ternyama buat kamu tp ngak bnr"membuat kamu bs lepas dr sharon buktinya begitu si ani"muncul eh kamu lngs gas poll selingkuh main hati sm si ani"sygnya si ani"menganggap itu nyata dan ingin merealisasikan hubungan kalian ke jenjang yg lbh serius walaupun taruhannya rumah tangga kamu yg hancur arya bodoh sekaligus picik banget kamu arya ngak bs tegas sm perasaan dan ani"ini gedek aku sm laki modelan macam begini🥵🥵🥵

2025-03-08

1

ollyooliver🍌🥒🍆

ollyooliver🍌🥒🍆

14 thn disia"in dengan berselingkuh, tapi dibilangnya salah paham..prettttt

malah selingkuh karena sharon wanita karir dan... nafsu?
pasti iya sih, secara arya nih sdh punya dua anak..sdh merasakan nyoblos..yah masa sharon yg diliat sempurna gak diewe...mustofa eh mustahil itu mah😌

2025-03-08

1

ollyooliver🍌🥒🍆

ollyooliver🍌🥒🍆

btw..gendis hamilnya kapan? sdh hamilkah tapi gak nyadar ..atau baikan dulu trus bersawadikap lalu hamil trus arya lakuka kesalahan lagi trus minta cerai?

kalau udah hamil, artinya arya gak cuman main sama istrinya dong..kan arya masih berselingkuh disitu.🤔

2025-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!