“Baiklah. Mari kita bertemu,” jawab Gendis yang pada akhirnya, membalas pesan yang Arya kiriman da menyetujui untuk mereka bertemu.
[“Alhamdulillah. Terima kasih, karena sudah mau memberi aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Kamu ada dimana? Besok, aku jemput, ya?”]
“Tidak usah. Kita langsung bertemu di tempat saja. Gisya masih marah dengan Mas. Jangan sampai dia kembali marah dan tidak nyaman karena Mas datang ke tempat kami sekarang. Beri dia waktu untuk menenangkan diri,”
[“Baiklah. Lalu, kita akan bertemu dimana?”]
“Di Restoran Kenanga. Di salah satu ruang VIP yang ada di sana. Kita bertemu di jam makan siang,”
[“Baiklah. Aku akan kesana sebelum jam makan siang tiba,”]
“Iya. Kalau begitu, aku sudahi percakapan ini, ya. Aku mau istirahat,”
[“Baiklah. Terima kasih karena sudah merespon pesanku,”]
“Iya, sama sama,”
[“Sayang,”]
“Iya, kenapa?”
[“Aku merindukan mu.”]
“..................”
Hening, tidak ada lagi balesan yang dikirimkan oleh Gendis saat Arya mengatakan jika dia merindukan nya.
Hingga Arya pun harus kembali mengirimi wanita itu pesan untuk memastikan jika Gendis masih menyimak chat yang dia kirimkan.
[“Sayang, kamu masih disana, kan? Masih menyimak pesanku, kan?”]
“Iya, Mas. Aku masih disini,” balas Gendis, membuat hati Arya sedikit merasa lega.
[“Kalau masih disana, kenapa tidak menjawab pernyataan rinduku padamu?”]
“Maaf. Aku hanya takut,”
[“Takut? Takut kenapa?”]
“Aku takut, jika ungkapan rindu itu bukan lagi tertuju untukku. Sudah dulu, ya. Aku ingin istirahat. Selamat malam dan selamat beristirahat, Mas Arya.”
Deg.
Seketika, Arya terdiam membeku setelah membaca balasan terakhir yang dikirimkan oleh Gendis untuknya. Arya tidak pernah menduga jika Gendis akan mengatakan hal itu.
Sesuatu yang mengingatkannya akan perselingkuhan yang dia lakukan bersama dengan Sharon dan hal itu, membuat Arya tidak berani lagi mengirim pesan kepada istrinya.
Dengan berat hati, Arya pun segera menyudahi percakapan dengan istrinya. Meski rasa rindu yang dia rasakan untuk Gendis, masih belum lah terobati.
Akan tetapi, Arya cukup sadar diri. Karena semua permasalahan yang terjadi saat ini berasal dari ulahnya sendiri. Jadi, untuk saat ini Arya tidak bisa memaksa Gendis maupun putrinya, Gisya.
Agar mau memaafkannya dengan semudah itu. Arya terlalu naif dan munafik, merasa semua akan baik baik saja walaupun dia menduakan istrinya. Arya lupa, jika tuhan punya banyak cara untuk membongkar semua perbuatannya.
*
*
Keesokan harinya.
“Ayo, sayang. Kita sarapan dulu, sebentar lagi Pak Anto datang untuk menjemput,” ajak Gendis pada kedua anaknya.
“Iya, Ma.” jawab Gisya dan juga Ardi secara bersamaan.
Keduanya pun segera menghampiri sang ibu yang sedang sibuk menyiapkan sarapan di meja makan dan mereka pun sarapan tanpa kehadiran sang ayah di tengah tengah mereka.
Meski ini bukan untuk pertama kalinya bagi Gisya dan juga Ardi sarapan tanpa sang ayah. Namun, biasanya hal itu mereka lakukan jika sang ayah tengah berada di luar kota.
Ini, pertama kalinya mereka sarapan tanpa sang ayah padahal ayahnya ada di kota yang sama. Tidak sedang pergi kemanapun.
“Ting…”
“Tong…”
Tidak lama setelah ketiganya menyelesaikan sarapan. Bel unit apartemen itu pun berbunyi, yang menandakan jika Pak Anto sudah datang untuk mengantarkan kedua anak Gendis pergi ke sekolah.
“Ayo, bersiap siap. Sepertinya Pak Anto sudah datang.” lanjut Gendis di sela membereskan meja makan yang baru saja digunakan untuk sarapan.
Setelah selesai membersihkan meja makan. Gendis pun membawa kedua anaknya pergi ke arah pintu utama unit apartemen nya.
Yang disana, sudah ada Pak Anto yang datang untuk menjemput Gisya dan juga Ardi yang akan kembali bersekolah.
“Selamat pagi, Nyonya,” sapa Pak Anto saat Gendis membukakan pintu untuknya.
“Selamat pagi juga, Pak. Tolong titip anak anak, ya. Pastikan mereka tiba di sekolah dengan selamat,”
“Siap, Nyonya. Mari Non, Den. Kita berangkat sekarang,”
“Iya, Pak. Ma, kami berangkat sekolah dulu, ya,” pamit Gisya, sambil menyalami Gendis dengan takzim. Diikuti oleh adiknya, Ardi.
“Iya, sayang. Hati hati, ya. Ingat, pulang sekolah langsung pulang. Jangan keluyuran,”
“Iya, siap, Ma. Kami pergi ya, Assalamualaikum,”
“Iya, sayang. Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.”
Gendis menatap nanar punggung kedua anaknya yang perlahan mulai menjauh. Lalu, menghilang di balik pintu lift.
Setelah memastikan kedua anaknya pergi ke sekolah. Gendis pun kembali masuk ke dalam unit apartemen nya. Mencoba menyiapkan diri untuk bertemu dan bicara dengan suaminya.
Gendis kembali merenungkan, langkah apa yang akan dia ambil setelah mengetahui perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya.
Tanpa terasa, waktupun sudah menunjukan pukul 11.00 wib dan sudah waktunya Gendis pergi ke tempat dimana dia memiliki janji bertemu dengan Arya.
Setelah bersiap, Gendis langsung memanggil taksi online untuk membawanya pergi ke restoran kenanga. Tempat dimana dia dan juga Arya akan bertemu dan bicara dan setelah 10 menit menunggu, akhirnya taksi online yang dia pesan pun tiba.
“Permisi, dengan pesanan atas nama Ibu Gendis Amelda Hardiana,” sapa sang supir saat tiba di depan Gendis.
“Iya, saya sendiri Pak……. Angga? Kamu?” jawab Gendis, sedikit dibuat kaget saat melihat jika sopir taksi online yang dia pesan ternyata orang yang dia kenal.
“Sudah aku duga, jika itu kamu Dis. Silahkan masuk, Ibu Gendis.” lanjut sang sopir yang bernama Angga.
Gendis pun segera mengambil duduk di depan. Tepat di samping sang sopir dan setelah memastikan Gendis duduk dengan nyaman. Angga langsung melajukan mobilnya, menuju ke tempat tujuan sesuai yang tertulis di pesanan aplikasi taksi onlinenya.
“Kamu, apa kabar? Sudah lama, ya. Kita tidak bertemu,” tanya Angga, di sela perjalanan mereka.
“Cukup baik. Bagaimana bisa bertemu sedangkan kamu, tiba tiba menghilang begitu saja, tanpa pesan dan tanpa kabar. Kamu sendiri, bagaimana? Kemana kamu selama ini?” tanya balik Gendis.
“Entahlah. Aku tidak tahu harus memulai menceritakan dari mana. Hidupku saat itu, terlalu rumit untuk diceritakan,”
“Baiklah. Jika belum bisa cerita sekarang, simpan saja dulu. Nanti setelah siap, kamu bisa hubungi aku,”
“By the way. Kamu mau pergi kemana?”
“Bertemu suamiku,”
“Oh, iya. Selamat ya atas pernikahanmu, aku lihat kamu sudah memiliki keluarga yang lengkap dan bahagia,”
“Sepertinya, ucapan selamatmu itu sudah sangat terlambat, Angga. Anakku bahkan sudah remaja,”
“Ya, maaf. Saat itu, aku benar benar tidak bisa datang.”
Keduanya pun terlibat obrolan yang cukup menyenangkan. Kembali mengenang masa lalu, dimana mereka berteman sangat baik saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.
Akan tetapi, tepat saat kelas XI Angga tiba tiba menghilang. Tanpa pesan dan juga tanpa kabar. Hingga hal itu cukup membuat Gendis dan juga satu dua teman lain nya merasa kecewa dan juga marah kepada Angga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Ais
ayo thor semangat updatenya aku menunggu kelanjutan cerita ini berharap rumah tangga gendis kembalo baik tapi entahlah dikehidupan nyata banyak rumah tangga gara"hadirnya orang ketiga berakhir hancur aku kadang ngak hbs pikir klo dalam jangka wkt belasan puluhan tahun manusia bs saling menyakiti pd akhirnya hny karena kehadiran orang br dlm hidup rumah tangga mereka entahlah
2025-03-01
1
ollyooliver🍌🥒🍆
angga penyelamat gendis, biasanyanorngbketiga dari pihak perempuan akan dijadikan alat sebagai kesadaran diri untuk laki" brengesek seperti arya.
semoga angga ini jodohnya gendis.
trus arya menyesal seumur hidup😌
tapi bukan brrti si sharon akan memang sebagai pelakor.
2025-03-01
0
Sugiharti Rusli
bagaimana nanti hasil pembicaraan Gendhis dan Arya yah, sekali kepercayaan sudah dilanggar, akan sangat sulit sih yah tuk memaafkan, apalagi dia melihat dengan mata kepala sendiri perselingkuhan suaminya,,,
2025-03-02
0