Bab. 3.Menenangkan Diri

“Assalamualaikum.” ucap Gendis saat memasuki rumah kedua orang tuanya.

Tidak berselang lama, seorang wanita paruh baya pun keluar dari arah dapur rumah itu. Dia adalah Mbok Rumi, art yang sudah puluhan tahun beliau habiskan di rumah itu untuk bekerja.

“Wa’alaikum salam. Eh, Non Gendis sama Non Gisya. Loh, Den Arya sama Den Ardi tidak ikut Non?” tanya Mbok Rumi, saat datang untuk menyambut anak dari majikan nya yang malam ini datang berkunjung.

“Ardi sebentar lagi nyusul Mbok. Sementara Mas Arya, tidak bisa ikut karena sedang di luar kota,” jawab Gendis yang kembali harus berbohong.

“Oh, begitu ya. Non Gendis sama Non Gisya sudah makan belum? Mau saya buatkan makanan?”

“Boleh, Mbok. Tapi nanti saja, saya sama Gisya mau mandi dan istirahat dulu,”

“Non mau menginap?”

“Iya, Mbok. Mas Arya nya kan lagi pergi, jadi kami pikir lebih baik kami menginap di sini saja,”

“Loh, kok tumben Non Gendis nggak ikut? Biasanya, setiap Den Arya ke luar kota. Non pasti ikut dan menitipkan Non Gisya sama Den Ardi disini.”

Gendis tampak terdiam. Mencoba memikirkan jawaban yang tepat agar orang orang di rumah itu tidak mencurigai kalau ada sesuatu yang terjadi antara dirinya dan juga Arya.

“Aku yang mintanya Mbok. Selama ini, Mama pergi pergi terus. Yang butuh Mama kan bukan cuma Papa. Tapi aku juga, Ardi juga,” sela Gisya, saat menyadari jika sang Mama sedang kesulitan untuk menjawab pertanyaan dari Mbok Rumi.

“Oalah… jadi gitu toh. Ya sudah, sekarang lebih baik Non Gendis sama Non Gisya istirahat. Nanti, setelah makan malam siap si Mbok akan panggil Non buat makan,”

“Iya, Mbok. Terima kasih. Kalau begitu kami pamit naik ke atas dulu, ya,”

“Iya, Non. Silahkan.”

Gendis dan Gisya pun kembali melanjutkan langkahnya menuju ke lantai dua rumah itu. Meski sudah memiliki rumah sendiri, tapi di rumah itu juga disediakan kamar untuk Gendis dan anak anaknya.

Bahkan, bukan hanya menyediakan kamarnya saja. Kedua orang tua Gendis pun mengisi setiap kamar itu dengan barang barang yang pasti dibutuhkan oleh anak dan cucu mereka.

Seperti baju, alat mandi, bahkan sampai make up pun sudah tersedia disana tanpa harus membawa semua itu dari rumah Gendis. Jadi, Gendis bisa datang dan menginap di rumah itu kapan saja.

“Terima kasih, ya. Karena sudah bantuin Mama tadi,” ucap Gendis saat tiba di lantai dua rumah kedua orang tuanya.

“Tidak perlu berterima kasih. Itu bukan apa apa. Sekarang aku sudah dewasa dan mulai sekarang juga, Mama sudah bisa mengandalkan aku.”

Mendengar pernyataan dari Gisya, akhirnya bisa membuat Gendis tersenyum. Benar juga, kini putri sulung nya itu sudah mulai beranjak dewasa. Bahkan, baru Gendis sadari jika tinggi badan putrinya itu sudah setara dengan nya.

“Are you okay?” tanya Gendis yang seketika membuat raut wajah Gisya berubah.

“Kita bahas ini nanti ya, Ma. Aku tahu, kondisi kita sekarang ini sedang tidak baik baik saja. Kejadian tadi, benar benar membuat aku dan Mama shock berat. Sekarang, lebih baik kita nenangin diri dulu, ya. Setelah itu, baru kita bahas,”

“Baiklah. Sekarang masuklah ke kamarmu. Kita bertemu lagi nanti saat makan malam tiba, ok?”

“Ok.”

Ibu dan anak itu pun berpisah di lorong lantai dua rumah keluarga Hardiana. Kedua nya masuk kedalam kamar mereka masing masing untuk beristirahat.

Setianya di kamar, Gendis pun langsung memeriksa ponselnya yang saat itu ternyata mati karena kehabisan daya.

Gendis pun segera mengambil charger yang ada di dalam tas nya yang ternyata Gendis tidak membawa barang itu.

“Ya, ampun. Aku lupa membawa nya.” gumam Gendis saat tidak menemukan charger ponselnya di dalam tas yang dia bawa.

Gendis pun akhirnya keluar lagi dari kamar nya. Pergi ke kamar kedua orang tuanya untuk meminjam charger. Beruntung, mereka semua memakai jenis ponsel yang sama. sehingga Gendis pun tidak kesulitan untuk mengisi daya ponselnya. Meskipun dia tidak membawa charger miliknya.

Usai mengisi charger ponselnya. Gendis pun bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tidak jauh berbeda dengan Gendis. Gisya pun melakukan hal yang sama. Sebelum mandi, terlebih dahulu gadis remaja itu menyalakan ponselnya yang sempat dia matikan.

Puluhan notif entah itu panggilan tak terjawab ataupun pesan yang masuk langsung saja meramaikan ponselnya saat ponsel itu dinyalakan.

Gisya menghela nafas panjang dan juga berat saat melihat notif itu yang ternyata berasal dari sang ayah yang terus saja menghubunginya.

[“Kami ada di rumah Oma. Tolong, beri kami waktu satu atau dua hari untuk menenangkan diri disini. Setelah itu, mari kita bicarakan semuanya.”]

["Satu lagi. Sebelum kami menemui Papa. Tolong, jangan temui kami dulu. Please, beri kami waktu karena saat ini kami benar benar shock."]

Kirim Gisya, membalas salah satu pesan yang dikirim oleh ayahnya. Mendapat balasan dari putrinya, Arya pun langsung membaca balasan itu, saat itu juga.

Setelah membalas pesan itu, Gisya pun kembali mengabaikan ponselnya. Meskipun dia tahu jika sang ayah sedang mengetik balasan untuk pesan yang dia kirimkan.

Akan tetapi, Gisya tidak menghiraukan hal itu dan menyimpan ponselnya begitu saja di nakas yang ada di samping ranjang nya.

*

*

Sementara itu, Arya yang terus kepikiran istri serta anaknya pun jadi tidak fokus dan terlihat gelisah di tengah pertemuan penting yang sedang dia hadiri.

“Pak Arya, apa ada masalah? Saya perhatikan sejak tadi Pak Arya terlihat gelisah?” tanya Pak Hendrik, selaku rekan bisnis Arya yang saat ini sedang melakukan pertemuan penting dengan pria itu.

“Maaf, Maafkan saya Pak. Saya hanya merasa kurang sehat. Mari, kita lanjutkan pembahasan proposalnya.”

Merasa tidak enak hati kepada Pak Hendrik yang sudah meluangkan waktu untuk datang jauh jauh dari Amerika hanya untuk melakukan kerja sama dengan nya.

Arya pun mencoba bersikap profesional. Mengenyampingkan permasalah rumah tangga yang baru pertama kalinya dia dapatkan karena ulahnya.

Pertemuan pun berakhir Tepat di jam 2o.00 wib dan dilanjutkan dengan acara jamuan. Acara pun berjalan dengan lancar dan Arya pun berhasil bekerja sama dengan perusahaan Pak Hendrik yang ada di Amerika.

Pukul 21.30 wib, Arya pun keluar dari perusahaan nya dan untuk pertama kalinya. Arya merasakan kebingungan saat akan pulang ke rumah.

Dengan langkah yang gontai, Arya pun memaksakan diri untuk tetap pulang ke rumah. Namun, disaat Arya tiba di parkiran. Arya dikejutkan oleh kedatangan Sharon yang sedang berdiri di samping mobilnya.

“Ada apa? Kenapa kamu disini? Ini sudah malam, Sha,” tanya Arya, dengan nada yang sangat lemah.

“Aku ingin bicara, Ar,” jawab Sharon.

“Nanti saja, ya. Malam ini, aku sangat lelah. Nanti, aku akan menghubungi kamu. Sekarang pulang lah.” lanjut Arya, yang langsung masuk ke dalam mobilnya. Lalu melajukan mobil itu, meninggalkan Sharon yang masih berdiri disana.

Terpopuler

Comments

ollyooliver🍌🥒🍆

ollyooliver🍌🥒🍆

seperti sinospismya , gw yakin si gendis dan arya gak jadi cerai karna hamil...dan disitu gak serunya🙂


gendis yakin mau balikan? yakin suamimu gak bercinta dengan selingkuhannya?

ciuman aja dia bisa..apalagi raba" sampai coblos"..

masih mau bekas wanuta lain?..nanti dibindingin rasanya bercinta dengan kamu dan pelakor..

kalau gw mah ogah..

makanya lebih baik cerai...mau bersatu kedepannya atau tdk..
itu urusan belakang..tapo cerai mebuktika bahwa kau tdk butuh pria seperti itu.😌

2025-02-04

0

Tuty Yatun

Tuty Yatun

sejauh ini ceritanya bagus,,asal jgn byk drama nya ya thor srperti sinetron ikan terbang/Smile/

2025-02-03

1

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

kira" apa yah yang jadi alasan si Arya berselingkuh sama Sharon

2025-03-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!