Sementara itu, Gendis yang sedang lari dari suaminya. Pergi membawa putrinya Gisya pergi ke rumah kedua orang tuanya. Pikiran nya saat ini sangatlah kacau, sehingga yang terpikirkan oleh Gendis saat ini adalah rumah kedua orang tuanya.
“Kita mau kemana Ma?” tanya Gisya saat menyadari jika jalan yang dia lewati bukan lah jalan yang menuju ke arah sang Mama dan Papa.
“Malam ini, kita menginap di rumah Oma, ya? Mama, lagi kangen sama Oma dan Opa.” jawab Gendis, masih berusaha untuk tetap tersenyum di depan putrinya.
Meski saat ini hati Gendis tengah hancur sehancur hancurnya. Jika bisa, ingin rasanya dia menangis sejadi jadinya setelah melihat secara langsung pengkhianatan yang dilakukan oleh pria yang sangat dia cintai.
“Are you okay?” tanya Gisya, dengan nada yang sangat lirih.
Gadis remaja itu paham betul apa yang saat ini sedang dirasakan oleh sang Mama. Tidak, bukan hanya sekedar tahu dan paham. Gisya bahkan merasakan apa yang dirasakan oleh Gendis saat ini.
Dimana hatinya merasa sangat hancur, sedih, marah dan juga kecewa setelah melihat dengan mata kepala sendiri apa yang dilakukan oleh ayahnya dan juga teman ayahnya.
Gisya tidak menyangka, jika wanita yang biasa dipanggil dengan ounty Shasa itu ternyata memiliki hubungan gelap dengan ayahnya.
Mendengar pertanyaan itu. Seketika, membuat Gendis tersentak kaget dan menyadarkan nya akan apa yang sedang terjadi. Menyadari jika dia sedang tidak baik baik saja. Gendis pun akhirnya mulai menitikkan air matanya. Namun, Gendis tetap berusaha untuk tegar, setidaknya itu dia lakukan saat berada di hadapan putrinya.
“Maafkan Mama. Mama cengeng, ya?” ucap Gendis yang segera mengusap air matanya. Mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan oleh putrinya.
“Kenapa minta maaf. Jika Mama ingin menangis, menangis saja. Kalau misal Mama malu melakukan nya di hadapanku. Maka, anggap saja aku tidak ada.” jawab Gisya yang akhirnya membuat tangis Gendis pecah saat itu juga.
Wanita itu langsung merangkul tubuh ramping putri nya dan langsung menangis tersedu di dalam pelukan sang putri. Gendis benar benar merasa sangat terpukul dan juga hancur saat melihat suaminya tengah bercumbu mesra dengan wanita lain.
Sampai akhirnya, sisa perjalanan menuju ke rumah kedua orang tuanya itu pun Gendis habiskan dengan menangis. Mencurahkan semua amarahnya dalam tangisan.
1 jam kemudian.
“Ini, hapus dulu air matanya. Oma sama Opa pasti akan khawatir kalau lihat Mama menangis seperti ini.”
Saat taksi yang mereka naiki sudah mulai memasuki komplek dimana rumah kedua orang Gendis berada. Gisya pun segera menyodorkan tisu yang selalu dia bawa di tas selempang nya kepada sang Mama.
Agar sang Mama bisa menghapus air matanya terlebih dahulu sebelum mereka sampai di rumah yang mereka tuju. Gisya tahu betul bagaimana posesifnya kedua orang dari Mama nya itu.
Sehingga, Gisya pun segera menyuruh sang Mama untuk menghapus air matanya sebelum mereka sampai di rumah sang Oma.
Gendis adalah anak tunggal dari keluarga Hardiana. Jadi wajar jika kedua orang tuanya begitu posesif dan juga protektif. Karena butuh perjuangan yang extra untuk mendapatkan Gendis.
Mulai dari program kehamilan alami hingga bayi tabung. Semua mereka lakukan karena tak kunjung diberi keturunan.
Sampai akhirnya di ujung pengharapan mereka. Oma Dewi yang tidak lain adalah ibunda dari Gendis pun akhirnya dinyatakan hamil dan melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Gendis Amelda Hardiana.
Sehingga, Gendis pun diperlakukan seperti seorang putri yang dijaga dengan begitu sangat baik. Bahkan, kalau bisa, nyamuk pun tidak boleh menyakiti dirinya.
Menyadari bagaimana posesif dan protektif nya kedua orang tuanya. Gendis pun segera menghapus air matanya dengan tisu yang disodorkan oleh putrinya, Gisya.
Keduanya pun kembali terdiam, sibuk dengan pikiran mereka masing masing. Jujur, Gisya sebenarnya ingin sekali membicarakan apa sudah dilakukan oleh ayahnya.
Hanya saja, Gisya mencoba menahan nya karena dia tahu jika sang Mama belum siap untuk membahas hal itu. Semua kejadian yang terjadi hari ini tidak pernah disangka sangka sebelumnya. Tidak ada keanehan atau perubahan apapun yang diperlihatkan olehnya, Arya.
Sampai Gendis dan Gisya pun benar benar shock saat melihat apa yang dilakukan oleh Arya di ruangan kerjanya bersama dengan Sharon.
“Ayo, kita turun,” ajak Gendis kepada putrinya saat taksi yang ditumpangi olehnya dan juga Gisya tiba di depan rumah keluarga Hardiana.
“Tunggu, Ma. Kita datang ke sini secara mendadak. Lalu, bagaimana kalau Oma dan juga Opa bertanya? Apa yang harus kita jawab?” tanya Gisya, yang tahu betul bagaimana kepo nya sang nenek akan apa yang terjadi dan dialami oleh keluarga anaknya.
Bahkan, saking kepo nya. Tidak jarang Oma Dewi menghubungi Gendis hampir setiap hari hanya untuk menanyakan kabar dari putrinya itu.
“Untuk itu, biar Mama yang jawab. Kamu, cukup diam dan menurut saja dengan apa yang akan Mama katakan nanti, ok?” jawab Gendis sebelum turun dari taksi.
“Baiklah.”
Gisya yang tidak punya pilihan lain pun akhirnya hanya bisa menuruti apa kata Mama nya. Gadis remaja itu pun ikut turun dan masuk mengikuti Mama nya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam halaman rumah besar milik Oma dan Opa nya.
“Assalamualaikum, Mang Parjo. Apa kabar?” sapa Gendis pada security yang bertugas jaga malam ini di rumah orang tuanya.
“Wa’alaikum salam. Eh, Neng Gendis. Sendirian Neng?” jawab Mang Parjo saat melihat Gendis masuk kedalam rumah besar itu lewat pintu kecil yang ada di samping gerbang besar rumah itu.
Berhubung Gendis tidak membawa mobil. Jadi, dia bisa masuk lewat pintu kecil yang ada di samping pintu gerbang rumah keluarga Hardiana.
“Sama Gisya Mang. Mama sama Papa ada di rumah nggak Mang? Saya mau menginap disini soalnya,”
“Oh, Bapak sama Ibu baru saja pergi Neng. Tapi, sepertinya tidak akan lama. Soalnya Bapak sama Ibu cuma pergi ke undangan. Loh, Den Arya nggak ikut Neng? Biasanya, setiap ke sini pasti sama Den Arya,”
“Tidak, Mang. Mas Arya sedang ke luar kota. Makanya saya dan anak anak mau menginap disini. Nanti, tolong bukain pintu gerbang ya Mang. Nanti ada Sus Neni yang akan datang membawa Ardi kemari,”
“Begitu, ya. Siap Neng,”
“Ya sudah, kalau begitu saya masuk dulu ya, Mang,”
“Iya, Neng. Silahkan.”
Gendis dan Gisya pun segera masuk ke dalam rumah besar milik kedua orang tuanya. Saat masuk ke dalam rumah itu, Gendis dan juga Gisya kembali di sambut oleh Mbok Rumi.
Art yang sudah bekerja di rumah itu selama puluhan tahun. Bahkan, sebelum Gendis lahir pun, Mbok Rumi sudah bekerja di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
moms D'ana
biarpun namanya Gendis yg identik dengan wanita kalem....disini Gendis harus jadi wanita tangguh dlm menghadapi suami dan pelakor yg berkedok sebagai sahabat 😬
2025-02-02
1
ollyooliver🍌🥒🍆
thor..jangan seperti novel lain, gak sampai cerai.. biar cerai dulu, kalau perlu si gendis dipertemukan dengan pria yg baik.
biar arya menyesal semenyesalnya.
2025-02-02
0
Sugiharti Rusli
berarti keluarga Gendis dari orang yang berada yah dia,,,
2025-03-02
0