Bab 17: Di Rumah Nabila

Nabila mengangguk sedih.

"Tapi kenapa, Yang? Hazel pasti seneng aku jadi ayah sambungnya dia. Lagian dia udah besar. Dia pasti nyerahin semua keputusan sama kamu. Aku gak mau, Yang. Aku mau ketemu kamu tiap hari. Kamu gak tahu sepuluh tahun hidup aku gak ada kamu tuh kayak gimana? Udah cukup, Yang. Aku pengen kamu ada terus di samping aku," rajuknya. Dzaki benar-benar tidak setuju dengan ide itu. Ia ingin setelah pulang ke Jakarta, mereka akan tetap seperti ini, bertemu kapan pun ia mau.

Nabila tersenyum gemas. “Cuma sementara, Mas. Aku bakal kasih tahu Hazel pelan-pelan biar dia gak kaget sama pernikahan kita ini. Aku mohon Mas ngertiin ya posisi aku. Dan kita masih bisa ketemu, kok. Cuma belum tinggal bareng aja."

Dzaki tak punya pilihan lain jika Nabila bersih kukuh seperti itu. Ia pun ikut keputusan sang istri.

Keesokan harinya mereka bertolak menuju Jakarta. Dzaki mengantarkan Nabila sampai depan rumah dengan mobilnya yang dikendarai oleh supir keluarganya.

“Ini rumah aku, Mas." Nabila memperlihatkan rumah dua lantainya yang tidak terlalu besar namun cukup nyaman. Di halaman terdapat taman kecil dan juga carport.

“Gak banyak berubah, sama kayak terakhir aku ke sini. Rumahnya kayak kamu, terkesan simple dan nyaman,” komentar Dzaki.

“Ini peninggalan dari mantan suamiku.” Nabila menatap rumah itu.

“Kamu masih keinget sama dia?” Dzaki sedikit cemberut.

“Mas, udah aku bilang, almarhum Mas Hadi itu sangat aku hormati. Karena dia yang udah bantu keluarga aku ngelewatin segala kesulitan. Aku gak terlalu yakin apa aku ada perasaan kayak gitu sama beliau.” Nabila meraih tangan Dzaki. “Yang jelas sekarang, aku cintanya sama Mas Dzaki.”

Dzaki berdeham menahan senyum. Ia melihat kaca spion dan menatap sang supir ikut tersenyum. “Pak, jangan nguping. Pura-pura gak denger aja!”

Nabila sendiri baru sadar setelah mengatakan itu bahwa mereka tidak berdua saja, ada supir di depan mereka. Seketika wajah Nabila merona merah.

“Gak apa-apa, Bu, Pak, Pak Ujang mah dianggap gak ada aja. Semuanya aman,” celetuk supir pribadi keluarga Dzaki itu.

Nabila yang masih malu-malu pun akhirnya pamit. “Mas, aku turun ya. Sampai ketemu.” Nabila pamit seraya mencium tangan sang suami.

“Bentar, Yang.” Dzaki masih belum ingin berpisah. “Kamu yakin aku gak boleh masuk dulu? Katanya Hazel lagi ada kuliah. Berarti dia gak ada, 'kan?"

“Iya tapi bentar lagi dia pulang, Mas. Dia udah bilang mau cepet pulang pas tahu aku udah di Jakarta. Mas sabar dulu ya, aku bakal kasih tahu Hazel pelan-pelan. Nanti aku akan atur pertemuan Mas sama Hazel, biar dia gak syok.”

Dzaki menghela nafas, ia sedikit kecewa. “Ya udah deh kalau gitu.”

Akhirnya Nabila pun turun dari mobil setelah sekali lagi mencium tangan sang suami dan Dzaki mengecup kening Nabila sebelum mereka berpisah sementara.

Satu minggu pun berlalu.

Hari itu hari Sabtu. Nabila berada di dapur memasak beberapa masakan karena teman-teman baru Hazel di kampusnya akan bermain ke rumah.

Hazel menghampiri sang ibu yang sedang mengolah makanan. “Bunda masak kayak aku mau bawa temen-temen sekampus aja,” komentarnya ketika melihat beberapa macam makanan sudah tersaji di meja makan.

“Gak banyak kok, Nak. Ini buat sepuluh orang, kok. Kamu bilangnya sepuluh 'kan yang mau dateng?” tanya Nabila.

“Bunda selalu deh kalau ada temen aku yang dateng ke rumah, pasti disediain banyak makanan. Nanti mereka jadi nagih dateng ke sini gimana?” Hazel mencomot sebuah ayam goreng dan memakannya.

Tiba-tiba terdengar deru beberapa motor sport yang meraung-raung. “Nah, mereka udah dateng.” Hazel segera berlari menuju depan rumah.

Di dapur Nabila mendengar teman-temennya itu terdengar menaiki lantai dua, di mana kamar Hazel berada. Lalu tak lama Hazel datang ke dapur lagi. “Bun, sekarang aja ya makannya. Di balkon atas aja.” Hazel mulai membawakan beberapa piring ke lantai dua. Begitu juga Nabila membantu sang putra membawakan makanan itu.

Tiba di lantai atas, teman-teman Hazel tersenyum ke arah Nabila dan berterima kasih.

“Makasih, Mbak," ujar salah satu dari mereka sopan.

Terlihat seseorang di antara mereka tertarik saat melihat Nabila. “Masih banyak yang harus dibawain? Aku bantuin ya, Mbak,” ujarnya mengupayakan pendekatan.

“Kebiasaan lo Fan, gak bisa lihat cewek cantik dikit langsung cari kesempatan,” celetuk yang lainnya, disahuti tawa dari teman-temannya yang lain.

Sontak Hazel menegur teman-temannya itu. “Sopan lu pada, ini nyokap gua.”

Mereka semua langsung terkejut dan terdiam. Keadaan menjadi begitu canggung.

Ini bukan pertama kali Nabila mengalaminya, dikira kakak perempuan dari Hazel. “Gak apa-apa, ayo silahkan dimakan. Anggap aja rumah sendiri.”

“Maaf ya, Tante,” ujar Refan yang tadi sempat menggoda Nabila.

Nabila hanya tersenyum mendengar pemuda yang merasa bersalah itu. “Gak apa-apa. Ini udah semua kok jadi gak perlu dibantu. Ditinggal dulu ya.”

Nabila pun membalikan badan dan menuruni tangga. Tiba-tiba pintu kamar mandi yang terletak di sebelah tangga terbuka. Sontak mata Nabila membulat sempurna melihat sosok dengan jaket kulit hitam dan jeans hitam belel robek-robek itu keluar dari kamar mandi.

“Mas Dzaki…” Lirih Nabila terkejut. “Kok ada di sini…”

Dzaki tersenyum gemas melihat sang istri yang terkejut. Kemudian ia menatap ke arah atas, memastikan Hazel dan teman-temannya tidak turun ke lantai bawah.

"Kamar kamu yang mana, Yang?" bisik Dzaki.

"Di-di sana," Nabila menunjuk ke arah sebuah kamar yang terletak dekat dengan ruang tamu dengan suara yang gugup bercampur terkejut.

Segera Dzaki meraih tangan Nabila dan membawanya ke kamar itu. Dzaki pun menutup pintu.

"Yang..." Dzaki memeluk Nabila dengan eratnya. "Aku kangen banget sama kamu."

Nabila membalas pelukan itu dan langsung saja ia merasakan luar biasa bahagia di dalam hatinya. Suami yang satu minggu ini tak ditemuinya, kini ada di disini memeluknya.

"Aku juga kangen sama Mas Dzaki."

Terpopuler

Comments

Sri Sumarsih

Sri Sumarsih

maaf penulis Novel Mengejar Cinta Nabila. kok cuman bab 17. bab berikutnya bagaimana. utk membaca bab berikutnya caranya bagaimana. tks

2025-02-09

1

Dewi Anggya

Dewi Anggya

hmmm....yg kangeeen 🤭

2025-02-09

1

Mak e Tongblung

Mak e Tongblung

ada penyusup ternyata

2025-02-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Janda Satu Anak
2 Bab 2: Pria di Kamar Nabila
3 Bab 3: Mendadak Nikah
4 Bab 4: Sisi Dzaki
5 Bab 5: Bulan Madu
6 Bab 6: Bila
7 Bab 7: Mulai Penasaran
8 Bab 8: Mendekat
9 Bab 9: Usaha Dzaki
10 Bab 10: Rasa yang Dalam
11 Bab 11: Tak Berjarak
12 Bab 12: Malam Terakhir
13 Bab 13: Sepuluh Tahun Lalu
14 Bab 14: Gagal Berkenalan
15 Bab 15: Patah Hati
16 Bab 16: Hanya Nabila
17 Bab 17: Di Rumah Nabila
18 Bab 18: Bertemu Diam-diam
19 Bab 19: Protektif
20 Bab 20: Pendekatan
21 Bab 21: Berdebat
22 Bab 22: Kesempatan Sekali Seumur Hidup
23 Bab 23: Bertemu Mertua
24 Bab 24: Permintaan
25 Bab 25: Semakin Curiga
26 Bab 26: Cepat atau Lambat
27 Bab 27: Keluarga Nabila
28 Bab 28: Manis
29 Bab 29: Ini adalah Saatnya
30 Bab 30: Suami Baru
31 Bab 31: Sesi Curhat Ayah-Anak Sambung
32 Bab 32: Pencemburu
33 Bab 33: Akal-akalan Dzaki
34 Bab 34: Rumah Baru
35 Bab 35: Manager?
36 Bab 36: Bisa Menerima
37 Bab 37: Kata-kata Ajaib
38 Bab 38: Sushi untuk Hazel
39 Bab 39: Salah Paham
40 Bab 40: Orang yang Penting
41 Bab 41: Cerminan Diri
42 Bab 42: Jalan yang Sama
43 Bab 43: Sudah siap
44 Bab 44: Gugup
45 Bab 45: Sudut Pandang
46 Bab 46: Mantan Ibu Mertua
47 Bab 47: Suami Pertama
48 Bab 48: Menenangkan Nabila
49 Bab 49: Memberi Tahu
50 Bab 50: Tak Terima
51 Bab 51: Tanpa Ragu
52 Bab 52: Gua Cinta Nyokap Lu
53 Bab 53: Hikmah
54 Bab 54: Benci
55 Bab 55: Apa yang Salah dengan Jatuh Cinta?
56 Bab 56: Mulai Luluh
57 Bab 57: Masih ada Harapan
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1: Janda Satu Anak
2
Bab 2: Pria di Kamar Nabila
3
Bab 3: Mendadak Nikah
4
Bab 4: Sisi Dzaki
5
Bab 5: Bulan Madu
6
Bab 6: Bila
7
Bab 7: Mulai Penasaran
8
Bab 8: Mendekat
9
Bab 9: Usaha Dzaki
10
Bab 10: Rasa yang Dalam
11
Bab 11: Tak Berjarak
12
Bab 12: Malam Terakhir
13
Bab 13: Sepuluh Tahun Lalu
14
Bab 14: Gagal Berkenalan
15
Bab 15: Patah Hati
16
Bab 16: Hanya Nabila
17
Bab 17: Di Rumah Nabila
18
Bab 18: Bertemu Diam-diam
19
Bab 19: Protektif
20
Bab 20: Pendekatan
21
Bab 21: Berdebat
22
Bab 22: Kesempatan Sekali Seumur Hidup
23
Bab 23: Bertemu Mertua
24
Bab 24: Permintaan
25
Bab 25: Semakin Curiga
26
Bab 26: Cepat atau Lambat
27
Bab 27: Keluarga Nabila
28
Bab 28: Manis
29
Bab 29: Ini adalah Saatnya
30
Bab 30: Suami Baru
31
Bab 31: Sesi Curhat Ayah-Anak Sambung
32
Bab 32: Pencemburu
33
Bab 33: Akal-akalan Dzaki
34
Bab 34: Rumah Baru
35
Bab 35: Manager?
36
Bab 36: Bisa Menerima
37
Bab 37: Kata-kata Ajaib
38
Bab 38: Sushi untuk Hazel
39
Bab 39: Salah Paham
40
Bab 40: Orang yang Penting
41
Bab 41: Cerminan Diri
42
Bab 42: Jalan yang Sama
43
Bab 43: Sudah siap
44
Bab 44: Gugup
45
Bab 45: Sudut Pandang
46
Bab 46: Mantan Ibu Mertua
47
Bab 47: Suami Pertama
48
Bab 48: Menenangkan Nabila
49
Bab 49: Memberi Tahu
50
Bab 50: Tak Terima
51
Bab 51: Tanpa Ragu
52
Bab 52: Gua Cinta Nyokap Lu
53
Bab 53: Hikmah
54
Bab 54: Benci
55
Bab 55: Apa yang Salah dengan Jatuh Cinta?
56
Bab 56: Mulai Luluh
57
Bab 57: Masih ada Harapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!