Bab 16: Hanya Nabila

Masih di masa lalu, ketika Dzaki di bangku kuliah...

Selama kuliah, Farhan pernah mengenalkan beberapa gadis kepada Dzaki. Jawaban Dzaki pada awalnya, "pacaran itu haram hukumnya, Bro. Gua gak mau pacaran."

Namun Farhan tak menyerah. "Bukan buat pacaran. Ini buat kenalan aja. Bantuin gua dong, ini cewek yang mau kenalan sama lo ngantri banget. Kalau dibarisin, bisa dari depan fakultas nyampe ke gerbang kampus sana panjangnya," ujar Farhan hiperbola.

Sejak saat itu Dzaki pun setuju untuk berkenalan dengan satu syarat, "lihatin dulu ke gua fotonya. Nanti baru gua putusin lu bisa kenalin gua sama dia atau enggak."

Farhan memperkenalkan satu gadis pada awalnya. "Nih, Bro. Anak fakultas kedokteran. Dia seangkatan sama kita. Dia pinter, cantik, tajir."

Dzaki memperhatikan foto gadis itu dari layar ponsel Farhan. "Gak berhijab. Gua gak suka."

"Subhanallah, Akhi. Ngomong dong kalau lu maunya yang alim-alim," protes Farhan padahal ia sudah mempersiapkan beberapa gadis tercantik yang memang ingin berkenalan dengan Dzaki.

Beberapa hari kemudian Farhan datang lagi dan membawa beberapa nama. "Bro, nih ada cewek. Berhijab, rajin banget sholatnya, dijamin sholehah. Anak jurusan gizi. Hobinya unik lagi, suka naik gunung."

"Tomboy dong? Gak mau. Gua sukanya yang anggun," tolak Dzaki.

Farhan tak menyerah. "Atau ini, jurusan hukum. Dia berhijab, fashionable, anggun banget. Tapi dia baru lulus kuliah. Lebih tua dari kita."

"Gue gak masalah sama umurnya. Cuma mukanya kebanyakan dempul gua gak suka."

"Ya udah ini, dia cantik natural. Dia dari desa, ke Jakarta buat kuliah, adik tingkat kita nih. Sederhana banget sih gayanya tapi dia pinter dan supel banget orangnya."

"Matanya gak sipit. Kulitnya kurang putih. Gua gak suka cewek supel. Gua sukanya yang pendiem."

"Bjir, Bro. Lu pemilih banget! Percuma itu muka mirip Zayn Malik kalau lu nya begini. Cewek-cewek yang gua lihatin ke lu tuh spek paling dewa di kampus kita!" Farhan kesal sendiri.

"Emang gak ada yang gua suka. Gak masuk sama tipe ideal gua. Terus suaranya, bisa bikin hati gua bergetar gak? Senyumnya bisa bikin gua nahan nafas gak? Tangannya, ramping dan lentik gak? Kalau gak, nyerah deh lu ngenalin gua sama cewek."

Farhan berdecak kesal. "Dasar lu banyak maunya. Gua doain lu berjodoh sama janda beranak dan jauh lebih tua dari lu! Biar lu tahu rasa," ujar Farhan saking kesalnya.

"Janda anak satu dan umurnya lebih tua dari gua?" Dzaky menghela nafas dengan lesu. "Bro, justru gua bakal bilang aamiin paling keras sama doa lu itu."

Dan setelah itu, bagaimana pun gadis yang diperkenalkan Farhan padanya, atau gadis yang memperkenalkan dirinya sendiri kepada Dzaki, tak pernah ada yang membuat seorang Dzaki membukakan pintu hatinya yang terlanjur dipenuhi oleh seorang wanita anggun berhijab yaitu Nabila Althafunisa.

Flash back off...

Kembali ke masa sekarang...

Nabila mengangguk-angguk paham. "Iya, aku inget." Ditatapnya Dzaky dengan tatapan tidak menyangka. "Bahkan seudah itu Hazel masih suka ngomongin Mas. Dia sempet nanyain terus Mas karena seudah hari itu Mas gak pernah ke rumah lagi. Dan aku bener-bener gak nyangka kayak gitu ceritanya."

Dzaky mengelus pipi sang istri. "Aku juga gak nyangka sekarang. Doa Farhan waktu itu bener kekabul, Yang. Dan jujur aku gak tahu harus bersyukur atau ikut sedih untuk kamu, Yang."

Nabila pun tersenyum lirih seraya masuk ke dalam pelukan Dzaki. "Mas Hadi pasti seneng, kok, kalau tahu sekarang Mas udah nikah sama aku."

"Oh ya?"

Nabila mengangguk dan mendongak menatap Dzaki. "Aku sempet khawatir dulu karena Mas deket sama Hazel karena penampilan Mas. Tapi kata beliau, jangan lihat penampilannya, karena Mas justru baik sekali mau nganter Hazel pulang. Padahal Mas bisa aja pergi saat itu dan mengabaikan Hazel yang lagi nangis di pinggir jalan."

"Pak Hadi bilang gitu?"

"Iya. Makasih ya Mas dulu udah anterin Hazel pulang. Makasih juga karena Mas udah sayang sama aku bahkan dari dulu. Aku gak nyangka banget kalau ceritanya kayak gitu, Mas."

Dzaki memeluk Nabila semakin erat. "Aku yang makasih, Yang. Kamu gak tahu gimana bahagianya aku saat tahu kalau kamar yang salah aku masukin itu ternyata kamar kamu dan perempuan yang harus aku nikahin ternyata adalah kamu. Aku gak butuh apa-apa lagi, Yang. Hidup aku sempurna sekarang karena ada kamu."

"Aku juga bahagia banget punya Mas sekarang," ungkap Nabila dengan jujur. "Padahal Mas masih muda, seharusnya Mas cari perempuan yang masih muda dan umurnya gak beda jauh dari Mas. Tapi Mas malah setuju buat nikahin aku."

Dzaki menatap wajah Nabila seraya tersenyum. “Kamu juga masih muda, Yang.”

“Aku udah kepala tiga, Mas. Aku juga punya anak yang udah kuliah. Aku udah gak muda lagi." Nabila meyakinkan khawatir Dzaki lupa.

“Tahu gak, waktu aku pertama lihat kamu, aku kira kamu masih seumuran sama aku. Umur cuma angka. Okay?”

“Tapi, Mas. Perempuan seusia aku kemungkinan akan sulit untuk hamil,” keluh Nabila dengan sedih. "Gimana kalau aku gak bisa kasih Mas anak?"

“Kamu baik-baik aja 'kan selama ini? Gak ada keluhan sama kesehatan kamu? Jadi gak usah khawatir. Tentunya aku seneng kalau kita punya anak, tapi kalau pun enggak, aku gak masalah.”

Nabila masih belum bisa percaya. Sejujurnya, Dzaki pun adalah cinta pertama bagi Nabila. Nabila tak pernah merasakan hal seperti ini saat masih bersama dengan Hadi. Hadi membuatnya bahagia, membuatnya memiliki hidup yang layak, dan tidak kekurangan apapun. Namun Dzakilah yang membuat hidup Nabila yang hampa, berubah menjadi berwarna.

Seperti Dzaki yang mengatakan bahwa kehadiran Nabila membuat hidupnya sempurna, Nabila pun merasakan hal yang sama. Hidup Nabila sempurna sekarang berkat cinta Dzaki terhadapnya.

Kemudian setelah beberapa saat.

“Gak kerasa ya, besok kita balik lagi ke Jakarta," ujar Nabila sedih.

“Kenapa? Kamu mau nambah waktu honeymoonnya? Kita bisa kok nambah beberapa hari lagi kalau kamu mau,” saran Dzaki.

“Gak bisa, Mas. Aku harus masuk kerja. Terus nanti Mas juga harus fokus nyelesein skripsi Mas. Terus aku belum mau Hazel tahu tentang kita."

Dzaki mengerutkan keningnya tak paham. "Kamu belum akan ngasih tahu Hazel tentang kita? Kenapa?"

Nabila bangkit dari pelukan Dzaki. "Hazel gak akan suka sama pernikahan ini, Mas. Kita harus kasih tahu dia pelan-pelan. Dia emang anak yang bisa berkompromi. Tapi kalau masalah kayak gini, dia protektif banget sama aku. Dan karena itu kita pasti jadi jarang ketemu."

"Itu artinya kita belum akan tinggal bareng dong?"

Terpopuler

Comments

Dewi Anggya

Dewi Anggya

part ini bikin bapeeeer...

2025-02-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Janda Satu Anak
2 Bab 2: Pria di Kamar Nabila
3 Bab 3: Mendadak Nikah
4 Bab 4: Sisi Dzaki
5 Bab 5: Bulan Madu
6 Bab 6: Bila
7 Bab 7: Mulai Penasaran
8 Bab 8: Mendekat
9 Bab 9: Usaha Dzaki
10 Bab 10: Rasa yang Dalam
11 Bab 11: Tak Berjarak
12 Bab 12: Malam Terakhir
13 Bab 13: Sepuluh Tahun Lalu
14 Bab 14: Gagal Berkenalan
15 Bab 15: Patah Hati
16 Bab 16: Hanya Nabila
17 Bab 17: Di Rumah Nabila
18 Bab 18: Bertemu Diam-diam
19 Bab 19: Protektif
20 Bab 20: Pendekatan
21 Bab 21: Berdebat
22 Bab 22: Kesempatan Sekali Seumur Hidup
23 Bab 23: Bertemu Mertua
24 Bab 24: Permintaan
25 Bab 25: Semakin Curiga
26 Bab 26: Cepat atau Lambat
27 Bab 27: Keluarga Nabila
28 Bab 28: Manis
29 Bab 29: Ini adalah Saatnya
30 Bab 30: Suami Baru
31 Bab 31: Sesi Curhat Ayah-Anak Sambung
32 Bab 32: Pencemburu
33 Bab 33: Akal-akalan Dzaki
34 Bab 34: Rumah Baru
35 Bab 35: Manager?
36 Bab 36: Bisa Menerima
37 Bab 37: Kata-kata Ajaib
38 Bab 38: Sushi untuk Hazel
39 Bab 39: Salah Paham
40 Bab 40: Orang yang Penting
41 Bab 41: Cerminan Diri
42 Bab 42: Jalan yang Sama
43 Bab 43: Sudah siap
44 Bab 44: Gugup
45 Bab 45: Sudut Pandang
46 Bab 46: Mantan Ibu Mertua
47 Bab 47: Suami Pertama
48 Bab 48: Menenangkan Nabila
49 Bab 49: Memberi Tahu
50 Bab 50: Tak Terima
51 Bab 51: Tanpa Ragu
52 Bab 52: Gua Cinta Nyokap Lu
53 Bab 53: Hikmah
54 Bab 54: Benci
55 Bab 55: Apa yang Salah dengan Jatuh Cinta?
56 Bab 56: Mulai Luluh
57 Bab 57: Masih ada Harapan
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1: Janda Satu Anak
2
Bab 2: Pria di Kamar Nabila
3
Bab 3: Mendadak Nikah
4
Bab 4: Sisi Dzaki
5
Bab 5: Bulan Madu
6
Bab 6: Bila
7
Bab 7: Mulai Penasaran
8
Bab 8: Mendekat
9
Bab 9: Usaha Dzaki
10
Bab 10: Rasa yang Dalam
11
Bab 11: Tak Berjarak
12
Bab 12: Malam Terakhir
13
Bab 13: Sepuluh Tahun Lalu
14
Bab 14: Gagal Berkenalan
15
Bab 15: Patah Hati
16
Bab 16: Hanya Nabila
17
Bab 17: Di Rumah Nabila
18
Bab 18: Bertemu Diam-diam
19
Bab 19: Protektif
20
Bab 20: Pendekatan
21
Bab 21: Berdebat
22
Bab 22: Kesempatan Sekali Seumur Hidup
23
Bab 23: Bertemu Mertua
24
Bab 24: Permintaan
25
Bab 25: Semakin Curiga
26
Bab 26: Cepat atau Lambat
27
Bab 27: Keluarga Nabila
28
Bab 28: Manis
29
Bab 29: Ini adalah Saatnya
30
Bab 30: Suami Baru
31
Bab 31: Sesi Curhat Ayah-Anak Sambung
32
Bab 32: Pencemburu
33
Bab 33: Akal-akalan Dzaki
34
Bab 34: Rumah Baru
35
Bab 35: Manager?
36
Bab 36: Bisa Menerima
37
Bab 37: Kata-kata Ajaib
38
Bab 38: Sushi untuk Hazel
39
Bab 39: Salah Paham
40
Bab 40: Orang yang Penting
41
Bab 41: Cerminan Diri
42
Bab 42: Jalan yang Sama
43
Bab 43: Sudah siap
44
Bab 44: Gugup
45
Bab 45: Sudut Pandang
46
Bab 46: Mantan Ibu Mertua
47
Bab 47: Suami Pertama
48
Bab 48: Menenangkan Nabila
49
Bab 49: Memberi Tahu
50
Bab 50: Tak Terima
51
Bab 51: Tanpa Ragu
52
Bab 52: Gua Cinta Nyokap Lu
53
Bab 53: Hikmah
54
Bab 54: Benci
55
Bab 55: Apa yang Salah dengan Jatuh Cinta?
56
Bab 56: Mulai Luluh
57
Bab 57: Masih ada Harapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!