Bab 15: Patah Hati

Masih di 10 tahun silam...

Dzaki mendapatkan sebuah chat dari sang ibu, bahwa sore itu ada syukuran aqiqah dari saudara sepupunya yang baru saja melahirkan. Dzaki diminta datang untuk mewakili ayah dan ibunya yang lagi-lagi sedang berada di luar kota. Dzaki tak bisa menolak dan akhirnya ia pun pergi ke rumah sepupunya itu.

Saat datang ia melihat sudah banyak saudara-saudaranya berada di sana. Ia pun menyapa seluruh keluarga besarnya dan kemudian pergi ditawari makan oleh sang bibi. Ia pun mengambil makanan prasmanan dengan menu utama sate kambing. Saat sedang menikmati makanannya, Dzaki terkejut bukan main, ia melihat Nabila di sana.

Dzaki mengucek matanya, khawatir ia salah lihat. “Gua gak salah lihat ‘kan? Itu bener Nabila ’kan?” ucapnya entah pada siapa.

Hati Dzaki langsung bersorak gembira. Apalagi Nabila kini menghampiri dirinya yang duduk lesehan di sudut ruangan.

“Eh ada lo, Dzak,” sapa Gina, sepupu dari Dzaki. Ia dan tiga temannya duduk di dekat Dzaki, membawa piring berisi makanan. Salah satu tiga teman Gina adalah Nabila. Dzaki bertanya-tanya, jadi Nabila adalah teman dari sepupunya itu? Betapa sempit dunia ini.

“Iya, Mbak,” sahut Dzaki dengan perasaan salah tingkah.

“Ini siapa, Gin?” tanya seorang teman Gina yang rambutnya dicat pirang.

“Masa lo lupa, Vir, ini sepupu gue, Dzaki. Dulu waktu dia masih bocil kita pernah ketemu 'kan waktu dia ultah.” Gina mengingatkan.

“Hah yang dulu kecil-kecil kurus itu? Duh, udah gede ya sekarang. Kelas berapa?” tanya Vira melihat Dzaki masih menggunakan seragam SMAnya.

“Baru juga masuk SMA dia,” sahut Gina. “Nih, kenalin temen-temen gue, Dzak, ini Vira, Melly, sama Nabila. Mereka temen kuliah gue.”

“Hah? Temen kuliah?” Dzaki sangat syok. Itu artinya usia Nabila sama dengan sepupunya yang berbeda sepuluh tahun darinya?

“Iya, kita udah jarang ngumpul ya sekarang,” rajuk Gina menatap satu persatu sahabatnya. “Makanya ada acara apa dikit, gue ngundang kalian.”

Dzaki tertegun. Nabila sungguh tak terlihat seperti sudah lulus kuliah. Wajahnya begitu awet muda. Dzaki mengira Nabila seumuran dengannya, atau paling tua Nabila satu atau dua tahun di atasnya. Tak disangka Nabila ternyata sepuluh tahun lebih tua dari dirinya.

Keempat perempuan itu terus mengobrol. Diam-diam Dzaki memperhatikan, ternyata Nabila ini sangat pendiam. Ia lebih banyak mendengarkan dan ikut tertawa saat teman-temannya dengan heboh membicarakan banyak hal. Tawanya pun tak pernah berlebihan. Perilakunya sangat menunjukkan hijab yang digunakannya. Dzaki semakin terpesona.

Dalam hati, Dzaki berniat tidak akan menyerah. Usia bukanlah halangan baginya untuk tetap maju mengejar Nabila. Ia pun bertekad untuk tetap mendekati gadis itu.

Malam pun semakin larut. Acara aqiqah sudah selesai dilaksanakan. Satu persatu tamu pun pulang menyisakan beberapa orang termasuk Nabila. Dzaki tak akan melewatkan kesempatan ini. Ia akan mengajak Nabila untuk pulang bersamanya.

Namun tepat saat akan menghampiri Nabila dan Gina, gadis itu berjalan menuju pintu luar. “Makasih ya, Gin. Nanti kita ngumpul lagi,” ucapnya seraya memeluk Gina.

“Harus. Kita tetep ngobrol ya di grup!” sahut Gina dengan semangatnya.

“Pasti. Aku duluan ya,” pamit Nabila.

Dzaki sudah membuka mulutnya dan berniat mengajak Nabila pulang. Namun ucapan Gina menghentikannya. “Salam ya buat Hazel. Padahal bawa ke sini tadi, gue kangen sama si ganteng.”

“Baru sembuh pilek dia, Gin. Kasihan kalau dibawa pulang malem gini.”

Seketika Dzaki tertegun. “Kok, gue ngerasa ada yang aneh sama obrolan mereka.” Dzaki bergumam.

“Dzak, kenapa lo? Ngapain bengong di situ?” tanya Gina keheranan melihat Dzaki terdiam seraya menatap Nabila yang sudah keluar dari pagar rumah kakak dari Gina.

“Gak apa-apa, Mbak,” Dzaki mengelak. “Temen-temen Mbak udah pada pulang?”

“Udah, tuh si Bila terakhir dijemput sama suaminya.”

"Ap-apa? Suami?!" tanpa sadar Dzaki berbicara cukup keras saking terkejutnya.

"Iya. Suami. Kenapa sih lo?"

KRETEEKK!!

Seketika hati Dzaki seakan terbelah menjadi dua. Nabila, cinta pertamanya, yang baru saja akan ia perjuangkan ternyata sudah menikah. Sebelumnya Gina juga menyinggung tentang Hazel. Kalau begitu Hazel adalah…

“Gak nyangka 'kan lo kalau Nabila udah nikah? Bukan cuma udah nikah, dia udah punya anak. Umurnya 7 tahun."

Hati Dzaki yang sudah retak kini semakin hancur berantakan. Ternyata Nabila bukan hanya sudah menikah, namun sudah memiliki anak. Hancur sudah harapannya.

Cinta pertamanya gagal ia dapatkan bahkan sebelum ia perjuangkan.

"Tapi kenapa Nabila mau sama suaminya? Mukanya tua banget lagi," jujur Dzaki dengan kesal.

"Heh sembarangan. Kalau Bila denger lo bisa dimarahin. Dia ngehormatin suaminya banget tahu."

"Tapi..." Dzaki begitu kesal. "Aaaaarrghh!!"

"Lo kenapa sih, Dzak?"

Dzaki meraih tangan Ghina dan menempelkannya pada keningnya. "Assalamualaikum," salamnya dengan kesal.

Setelah itu, Dzaki yang sedang patah hati datang ke basecamp, tempat teman-temannya sering berkumpul. Di sana mereka sedang menenggak alkohol. Dzaki yang sedang dalam keadaan gundah, tanpa pikir panjang bergabung dengan mereka hingga ia mabuk parah sekali.

Keesokan harinya ia mendapati kedua orang tuanya sudah pulang dari luar kota. Melihat Dzaki yang baru saja pulang saat pagi hari, membuat sang ayah murka. Dzaki pun dimarahi habis-habisan. Tidak hanya pulang pagi, tapi bau alkohol dan rokok juga tercium menyengat dari tubuh Dzaki.

Tanpa pikir panjang sang ayah memutuskan untuk memasukkan Dzaki ke sebuah boarding school. Di sanalah Dzaki menghabiskan masa SMAnya. "Kamu harus dimasukkan ke pesantren! Biar kamu belajar agama yang bener! Ampun, Papa sama Mama punya anak cuma satu tapi malah bikin orang tua kecewa kayak begini!" amuk Anwar saat itu.

Lulus dari boarding school, Dzaki masuk ke sebuah kampus yang cukup ternama. Salah satu teman terdekat Dzaki waktu SMA yang memperkenalkan Dzaki pada dunia 'jalanan', yaitu Farhan, ternyata masuk ke kampus yang sama dengan Dzaki. Mereka kembali berteman. Dan karena kembali tidak mendapat pengawasan, dan kembali Dzaky bertemu dengan orang-orang yang salah, kebiasaan-kebiasaan dulu yang sempat menghilang, ia lakukan lagi. Rokok dan minuman menjadi teman bagi Dzaki lagi meskipun tidak separah dulu.

Dzaki sering kali merasa tertekan dan kesepian sehingga rokok dan minuman kembali menjadi pelarian baginya jika ia sudah benar-benar gusar. Entah mengapa setelah Nabila, tak pernah ada perempuan yang bisa menggetarkan hatinya lagi.

Terpopuler

Comments

Dewi Anggya

Dewi Anggya

ternyata Dzaky patah hati bunyinya KRETEEK ...🤭🤭🤔

2025-02-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Janda Satu Anak
2 Bab 2: Pria di Kamar Nabila
3 Bab 3: Mendadak Nikah
4 Bab 4: Sisi Dzaki
5 Bab 5: Bulan Madu
6 Bab 6: Bila
7 Bab 7: Mulai Penasaran
8 Bab 8: Mendekat
9 Bab 9: Usaha Dzaki
10 Bab 10: Rasa yang Dalam
11 Bab 11: Tak Berjarak
12 Bab 12: Malam Terakhir
13 Bab 13: Sepuluh Tahun Lalu
14 Bab 14: Gagal Berkenalan
15 Bab 15: Patah Hati
16 Bab 16: Hanya Nabila
17 Bab 17: Di Rumah Nabila
18 Bab 18: Bertemu Diam-diam
19 Bab 19: Protektif
20 Bab 20: Pendekatan
21 Bab 21: Berdebat
22 Bab 22: Kesempatan Sekali Seumur Hidup
23 Bab 23: Bertemu Mertua
24 Bab 24: Permintaan
25 Bab 25: Semakin Curiga
26 Bab 26: Cepat atau Lambat
27 Bab 27: Keluarga Nabila
28 Bab 28: Manis
29 Bab 29: Ini adalah Saatnya
30 Bab 30: Suami Baru
31 Bab 31: Sesi Curhat Ayah-Anak Sambung
32 Bab 32: Pencemburu
33 Bab 33: Akal-akalan Dzaki
34 Bab 34: Rumah Baru
35 Bab 35: Manager?
36 Bab 36: Bisa Menerima
37 Bab 37: Kata-kata Ajaib
38 Bab 38: Sushi untuk Hazel
39 Bab 39: Salah Paham
40 Bab 40: Orang yang Penting
41 Bab 41: Cerminan Diri
42 Bab 42: Jalan yang Sama
43 Bab 43: Sudah siap
44 Bab 44: Gugup
45 Bab 45: Sudut Pandang
46 Bab 46: Mantan Ibu Mertua
47 Bab 47: Suami Pertama
48 Bab 48: Menenangkan Nabila
49 Bab 49: Memberi Tahu
50 Bab 50: Tak Terima
51 Bab 51: Tanpa Ragu
52 Bab 52: Gua Cinta Nyokap Lu
53 Bab 53: Hikmah
54 Bab 54: Benci
55 Bab 55: Apa yang Salah dengan Jatuh Cinta?
56 Bab 56: Mulai Luluh
57 Bab 57: Masih ada Harapan
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1: Janda Satu Anak
2
Bab 2: Pria di Kamar Nabila
3
Bab 3: Mendadak Nikah
4
Bab 4: Sisi Dzaki
5
Bab 5: Bulan Madu
6
Bab 6: Bila
7
Bab 7: Mulai Penasaran
8
Bab 8: Mendekat
9
Bab 9: Usaha Dzaki
10
Bab 10: Rasa yang Dalam
11
Bab 11: Tak Berjarak
12
Bab 12: Malam Terakhir
13
Bab 13: Sepuluh Tahun Lalu
14
Bab 14: Gagal Berkenalan
15
Bab 15: Patah Hati
16
Bab 16: Hanya Nabila
17
Bab 17: Di Rumah Nabila
18
Bab 18: Bertemu Diam-diam
19
Bab 19: Protektif
20
Bab 20: Pendekatan
21
Bab 21: Berdebat
22
Bab 22: Kesempatan Sekali Seumur Hidup
23
Bab 23: Bertemu Mertua
24
Bab 24: Permintaan
25
Bab 25: Semakin Curiga
26
Bab 26: Cepat atau Lambat
27
Bab 27: Keluarga Nabila
28
Bab 28: Manis
29
Bab 29: Ini adalah Saatnya
30
Bab 30: Suami Baru
31
Bab 31: Sesi Curhat Ayah-Anak Sambung
32
Bab 32: Pencemburu
33
Bab 33: Akal-akalan Dzaki
34
Bab 34: Rumah Baru
35
Bab 35: Manager?
36
Bab 36: Bisa Menerima
37
Bab 37: Kata-kata Ajaib
38
Bab 38: Sushi untuk Hazel
39
Bab 39: Salah Paham
40
Bab 40: Orang yang Penting
41
Bab 41: Cerminan Diri
42
Bab 42: Jalan yang Sama
43
Bab 43: Sudah siap
44
Bab 44: Gugup
45
Bab 45: Sudut Pandang
46
Bab 46: Mantan Ibu Mertua
47
Bab 47: Suami Pertama
48
Bab 48: Menenangkan Nabila
49
Bab 49: Memberi Tahu
50
Bab 50: Tak Terima
51
Bab 51: Tanpa Ragu
52
Bab 52: Gua Cinta Nyokap Lu
53
Bab 53: Hikmah
54
Bab 54: Benci
55
Bab 55: Apa yang Salah dengan Jatuh Cinta?
56
Bab 56: Mulai Luluh
57
Bab 57: Masih ada Harapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!