Bab 14: Gagal Berkenalan

Masih di 10 tahun silam…

Setelah hari itu, Dzaki yang awalnya sudah bertekad untuk mengejar Nabila, ternyata tak punya keberanian yang cukup untuk mendekati gadis itu. Belum apa-apa dia takut akan ditolak. Walaupun ia kini bergaul dengan anak-anak badung, berani untuk menguji adrenalinnya di arena balap motor, dan berani mencari masalah dengan orang yang ia anggap menyebalkan, ternyata untuk mendekati seorang gadis, sensasinya sangat berbeda. Apalagi ini pertama kalinya Dzaki menyukai seorang perempuan.

Namun Dzaki tak akan menyerah begitu saja. Ia berencana akan berkenalan lewat chat dengan Nabila. Setidaknya berinteraksi melalui chat akan meminimalisir rasa gugupnya. Oleh karena itu Dzaki harus bisa mendapatkan nomor HP Nabila.

Hari itu Dzaki bolos sekolah dan pergi ke sekolah Hazel. Ia mengingat seragam sekolah anak itu dan hari itu ia berniat mencari celah agar bisa bertemu dengan Nabila lagi dan meminta nomor ponselnya. Saat bel berbunyi, anak-anak berseragam putih merah itu pun mulai keluar dari kelasnya masing-masing. Dzaki mencoba mencari sosok Hazel, dan tak lama ia menemukannya.

“Hazel!” teriak Dzaki.

Hazel yang sedang berjalan menuju gerbang pun tersenyum sumringah saat melihat Dzaki di sana. Anak itu pun berlari menghampiri Dzaki.

“Bang Dzaki! Ngapain ke sini, Bang?”

“Tadi gua jajan es krim, tapi kebanyakan. Jadi gua nyari temen yang mau ikut abisin es krim gua. Lu mau gak?”

“Itu es krimnya diracun gak?” tanya Hazel kembali dengan tingkah polosnya.

Dzaki menghela nafasnya dengan kesal. “Perlu gua cobain dulu?”

Hazel mengangguk. Dzaki pun berdecak kesal sambil membuka satu cup es krim dan memakannya satu sendok. “Tuh, gua masih sehat wal afiat 'kan?”

Hazel pun tersenyum. “Makasih Bang Dzaki.” Ia mengambil cup es krim itu dari tangan Dzaki dan memakannya sambil duduk di kursi taman tak jauh dari gerbang. Dzaki pun melakukan hal yang sama.

Sambil memakan es krim miliknya, Dzaki segera melancarkan niatnya. “Lo belum dijemput?”

“Belum. Sebentar lagi bibi dateng kayaknya.”

“Bibi? Lo gak dijemput sama bokap lo atau kakak lo gitu?” tanya Dzaki.

“Kakak?” Hazel kebingungan.

“Iya, yang kemarin…”

“Mas Hazel.”

Belum sempat Dzaki menyelesaikan ucapannya, seorang perempuan paruh baya datang menghampirinya.

“Bibi udah dateng?” Hazel pun bangkit dari duduknya. “Bang Dzaki, aku pulang dulu ya. Makasih es krimnya!” Kemudian anak itu pun pergi begitu saja bersama pengasuhnya meninggalkan Dzaki.

Lalu terdengar pengasuh itu berkata. “Mas Hazel, jangan makan es krim. Nanti dimarahin Bunda, loh. 'kan baru sembuh pileknya.” Lalu es krim itu diambil dari tangan Hazel dan dibuangnya ke tempat sampah.

Dzaki terhenyak melihatnya. “Sialan, itu es krimnya balikin aja daripada dibuang gitu,” dumelnya.

Gagal sudah misinya untuk mendapatkan informasi mengenai Nabila. Kemudian ia pun pulang dengan ‘tangan kosong’. Padahal ia berharap bisa setidaknya mendapatkan nomor Nabila.

Namun Dzaki tidak menyerah. Ia pun nekat mendatangi Nabila ke rumahnya. Sore hari, Hazel sedang bermain bersama teman-temannya di taman perumahan. Tak sengaja Hazel menangkap sosok Dzaki.

"Bang Dzaki!" Hazel menghampiri. "Bang Dzaki ngapain ada di sini?"

"Emang taman ini punya lu? Gak apa-apa kali gue dateng ke sini."

"Boleh sih. Bang Dzaki mau ikut main?"

"Main bola? Sama bocil?" Dzaki melihat anak-anak sebaya Hazel di lapangan yang ada di taman itu tengah menggiring bola ke sana kemari.

"Mau gak? Apa jangan-jangan Bang Dzaki gak bisa main bola ya?"

"Sembarangan. Kalau gua bisa cetak gol lu mau kasih gue apa?"

"Kalau Bang Dzaki bisa nyetak tiga gol, aku bakal kasih Bang Dzaki kartu Ronaldo yang aku punya di rumah."

Seketika Dzaki tergiur. "Di rumah lo?"

"Iya. Kalau Bang Dzaki cetak gol kita ke rumah aku, soalnya gak aku bawa kartunya. Itu kartunya langka loh, Bang."

"Deal!" ucap Dzaki tanpa pikir panjang.

Dengan semangatnya Dzaki melepas jaket denim miliknya dan bergabung dengan anak-anak yang tengah asyik mengolah si kulit bundar itu di lapangan.

"Janji ya, kalau gua bikin tiga gol, lu bawa gua ke rumah lu," tegas Dzaki pada Hazel.

"Bener, Bang. Tiga gol ya!" sahut Hazel dengan semangat.

Kemudian Dzaki pun menjadi anggota tertua dan terbesar badannya dalam pertandingan bola dadakan sore itu. Ia begitu berambisi untuk menjebol gawang. Padahal lawannya adalah bocil-bocil yang badannya jauh lebih kecil darinya.

Dan akhirnya Dzaki mencetak gol pertama. Lalu kedua, ketiga. Bahkan keempat.

Dzaki melakukan selebrasi ala Cristiano Ronaldo yaitu jump 'siu' setiap kali ia mencetak gol, membuat anak-anak lain yang satu tim dengannya, termasuk Hazel melakukan hal yang sama.

Lalu sesuai janji, Hazel membawa Dzaki ke rumahnya. Dzaki memarkirkan motornya di depan pagar rumah dan masuk ke halaman rumah Hazel.

"Bang tunggu di sini ya. Aku mau ambil kartunya," pamit Hazel seraya mempersilahkan Dzaki duduk di beranda rumah.

Dzaki pun mengangguk dan duduk di salah satu kursi yang ada di beranda itu. Ia mencuri pandang ke dalam rumah berharap melihat Nabila.

Namun bukan Nabila, ia malah menemukan seorang wanita paruh baya yang Dzaki tahu adalah asisten rumah tangga di rumah itu yang siang tadi dilihatnya menjemput Hazel.

"Mas ini siapa ya?" tanya wanita itu.

"Saya temennya Hazel. Bi, di rumah lagi gak ada orang?"

"Iya. Lagi pada pergi, cuma Mas Hazel ditinggal sama Bibi. Mau minum apa, Mas?"

Dzaki kecewa karena tidak berhasil bertemu dengan Nabila.

Hazel pun keluar dari rumah. "Bang, nih kartunya."

Dzaki menerimanya dengan lesu.

"Ternyata Bang Dzaki masih suka ngumpulin kartu begini. Kayak anak SD aja," ujar Hazel seraya terkekeh.

Dzaki tersenyum lirih seraya mengusak rambut Hazel. "Gua pulang. Thanks buat kartunya."

Saat Dzaki akan menunggangi motornya yang ia parkirkan di luar pagar rumah, sebuah mobil datang dan masuk ke halaman rumah itu. Di teras sana Hazel berjingkrak-jingkrak kegirangan. "Yeeeess, pizzanya datang!"

Kemudian Hadi dan Nabila keluar dari dalam mobil. Nabila menenteng sekotak pizza dan menghampiri Hazel.

Dzaki yang asalnya lesu, berubah sumringah karena akhirnya tidak sia-sia ia datang menemui Hazel. Sang gadis pujaan berhasil kembali ditemuinya.

Hazel terlihat berbicara sesuatu pada Nabila. Lalu Nabila melihat ke arah Dzaki. Ia tersenyum dan mengangguk pada Hazel dan Nabila pun masuk bersama dengan Hadi.

"Bang Dzaki! Sini Bang! Makan pizza dulu!" teriak Hazel.

Dzaki langsung tersenyum lebar. Kesempatan untuk mengobrol dengan Nabila terbuka sudah. Ia pun kembali menghampiri Hazel yang sedang membuka kotak pizzanya di beranda rumah.

"Bang, makan pizzanya. Ini Ayah aku yang beliin." Hazel mempersilahkan seraya mengambil satu potong pizza.

"Zel, panggil kakak lu dong. Gua pengen kenalan," ujar Dzaki sambil mencomot satu pizza dari kotak itu.

"Kakak apaan, Bang? Dari tadi siang ngomongnya kakak mulu."

"Itu yang..."

Tiba-tiba Nabila datang membawa nampan dengan sebotol cola dan dua buah gelas. Sontak Dzaki terpaku pada sosok Nabila yang tiba-tiba datang. Ia tak bisa bergerak menatap Nabila yang tengah menyimpan nampan itu di sebelah kotak pizza.

"Nih, di minum ya colanya," ujar Nabila menawarkan pada Dzaki. "Yang hazel gelasnya yang gak pakai es ya."

Dzaki ingin sekali membuka mulutnya untuk bertanya tentang nomornya Nabila, namun lidahnya kelu, tubuhnya mematung, saking terpesona dan gugupnya ia bertemu kembali dengan Nabila.

Hingga kesempatan itu pun lenyap. Nabila sudah kembali masuk ke dalam rumah.

"Bego banget sih lu, Dzak?!" gumamnya kesal.

Terpopuler

Comments

Dewi Anggya

Dewi Anggya

ternyata udh berteman dgn hazel trlebih dahulu

2025-02-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Janda Satu Anak
2 Bab 2: Pria di Kamar Nabila
3 Bab 3: Mendadak Nikah
4 Bab 4: Sisi Dzaki
5 Bab 5: Bulan Madu
6 Bab 6: Bila
7 Bab 7: Mulai Penasaran
8 Bab 8: Mendekat
9 Bab 9: Usaha Dzaki
10 Bab 10: Rasa yang Dalam
11 Bab 11: Tak Berjarak
12 Bab 12: Malam Terakhir
13 Bab 13: Sepuluh Tahun Lalu
14 Bab 14: Gagal Berkenalan
15 Bab 15: Patah Hati
16 Bab 16: Hanya Nabila
17 Bab 17: Di Rumah Nabila
18 Bab 18: Bertemu Diam-diam
19 Bab 19: Protektif
20 Bab 20: Pendekatan
21 Bab 21: Berdebat
22 Bab 22: Kesempatan Sekali Seumur Hidup
23 Bab 23: Bertemu Mertua
24 Bab 24: Permintaan
25 Bab 25: Semakin Curiga
26 Bab 26: Cepat atau Lambat
27 Bab 27: Keluarga Nabila
28 Bab 28: Manis
29 Bab 29: Ini adalah Saatnya
30 Bab 30: Suami Baru
31 Bab 31: Sesi Curhat Ayah-Anak Sambung
32 Bab 32: Pencemburu
33 Bab 33: Akal-akalan Dzaki
34 Bab 34: Rumah Baru
35 Bab 35: Manager?
36 Bab 36: Bisa Menerima
37 Bab 37: Kata-kata Ajaib
38 Bab 38: Sushi untuk Hazel
39 Bab 39: Salah Paham
40 Bab 40: Orang yang Penting
41 Bab 41: Cerminan Diri
42 Bab 42: Jalan yang Sama
43 Bab 43: Sudah siap
44 Bab 44: Gugup
45 Bab 45: Sudut Pandang
46 Bab 46: Mantan Ibu Mertua
47 Bab 47: Suami Pertama
48 Bab 48: Menenangkan Nabila
49 Bab 49: Memberi Tahu
50 Bab 50: Tak Terima
51 Bab 51: Tanpa Ragu
52 Bab 52: Gua Cinta Nyokap Lu
53 Bab 53: Hikmah
54 Bab 54: Benci
55 Bab 55: Apa yang Salah dengan Jatuh Cinta?
56 Bab 56: Mulai Luluh
57 Bab 57: Masih ada Harapan
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1: Janda Satu Anak
2
Bab 2: Pria di Kamar Nabila
3
Bab 3: Mendadak Nikah
4
Bab 4: Sisi Dzaki
5
Bab 5: Bulan Madu
6
Bab 6: Bila
7
Bab 7: Mulai Penasaran
8
Bab 8: Mendekat
9
Bab 9: Usaha Dzaki
10
Bab 10: Rasa yang Dalam
11
Bab 11: Tak Berjarak
12
Bab 12: Malam Terakhir
13
Bab 13: Sepuluh Tahun Lalu
14
Bab 14: Gagal Berkenalan
15
Bab 15: Patah Hati
16
Bab 16: Hanya Nabila
17
Bab 17: Di Rumah Nabila
18
Bab 18: Bertemu Diam-diam
19
Bab 19: Protektif
20
Bab 20: Pendekatan
21
Bab 21: Berdebat
22
Bab 22: Kesempatan Sekali Seumur Hidup
23
Bab 23: Bertemu Mertua
24
Bab 24: Permintaan
25
Bab 25: Semakin Curiga
26
Bab 26: Cepat atau Lambat
27
Bab 27: Keluarga Nabila
28
Bab 28: Manis
29
Bab 29: Ini adalah Saatnya
30
Bab 30: Suami Baru
31
Bab 31: Sesi Curhat Ayah-Anak Sambung
32
Bab 32: Pencemburu
33
Bab 33: Akal-akalan Dzaki
34
Bab 34: Rumah Baru
35
Bab 35: Manager?
36
Bab 36: Bisa Menerima
37
Bab 37: Kata-kata Ajaib
38
Bab 38: Sushi untuk Hazel
39
Bab 39: Salah Paham
40
Bab 40: Orang yang Penting
41
Bab 41: Cerminan Diri
42
Bab 42: Jalan yang Sama
43
Bab 43: Sudah siap
44
Bab 44: Gugup
45
Bab 45: Sudut Pandang
46
Bab 46: Mantan Ibu Mertua
47
Bab 47: Suami Pertama
48
Bab 48: Menenangkan Nabila
49
Bab 49: Memberi Tahu
50
Bab 50: Tak Terima
51
Bab 51: Tanpa Ragu
52
Bab 52: Gua Cinta Nyokap Lu
53
Bab 53: Hikmah
54
Bab 54: Benci
55
Bab 55: Apa yang Salah dengan Jatuh Cinta?
56
Bab 56: Mulai Luluh
57
Bab 57: Masih ada Harapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!