Bab 12: Malam Terakhir

Perlahan Nabila membuka matanya. Ia menatap tangannya yang berada di dada polos seseorang. Dada yang tak tertutup apapun. Sontak ia bangkit dan terduduk dengan terkejut.

'Dzaki...' gumamnya seraya menatap sang suami yang masih menutup matanya.

Nabila menatap ke arah tubuhnya. Ia berpakaian. Namun kilasan apa yang terjadi tadi malam berputar dalam kepalanya.

Pipinya merona merah.

Perlahan Dzaki mengerang bangun. "Jam berapa ini?" tanyanya dengan suara parau.

Mereka sama-sama menatap ke arah jam yang menggantung di salah satu dinding. "Jam 2..." sahut Nabila.

"Sini..." Dzaki menarik tangan Nabila hingga Nabila kembali berada di pelukannya seperti saat Nabila baru membuka matanya barusan. "Masih malem. Kita tidur bentar lagi."

Nabila sama sekali tak bisa tidur lagi. Bagaimana tidak, setelah malam tak berjarak yang ia lalui bersama Dzaki, kini mereka sudah seutuhnya menjadi sepasang suami istri.

Sedangkan Dzaki, ia kembali menutup matanya dan terdengar dengkur kecil darinya. Nabila sedikit mendongak untuk melihat wajah sang suami.

'Ya Allah, tadi malem aku sama Dzaki udah...lakuin...itu?' gumam Nabila masih tak percaya.

Nabila mengulum senyumnya. Ia bahagia. Perasaan itu sudah sangat lama tak ia rasakan. Dan entah mengapa kali ini semuanya terasa lebih indah dari sebelumnya, lebih terasa istimewa dibanding saat ia masih bersama dengan almarhum Hadi.

Nabila kembali merebahkan kepalanya dan memeluk sang suami. Diam-diam ia bisa menghirup aroma tubuh Dzaki yang khas bercampur dengan parfum yang sering digunakannya.

Dzaki kembali terbangun saat merasakan tangan Nabila memeluknya. Ia tersenyum dan merangkul tubuh Nabila lebih erat lagi. "Kamu gak tidur lagi, Sayang?"

Hati Nabila membuncah tak terkendali mendengar Dzaki memanggilnya dengan kata 'sayang'. Itu pula yang Dzaki ucapkan tadi malam saat mereka baru akan melakukannya.

Nabila masih mengingatnya dengan jelas saat Dzaki mengatakan, 'Aku cinta sama kamu, Sayang. Aku cinta banget sama istriku.'

Setelah kata-kata itu, di tengah-tengah tubuh mereka saling bersatu, Dzaki tak lagi memanggilnya 'Bila', melainkan 'Sayang'.

Nabila tersipu malu, "enggak. Gak bisa tidur lagi."

"Kenapa?" tanya Dzaki dengan mata terpejam.

"Kayaknya aku mau mandi dulu aja," ujar Nabila sambil beranjak. Namun segera Dzaki menariknya ke dalam pelukannya lagi.

"Bentar lagi, Yang. Masih pengen peluk," rajuknya manja.

Nabila hanya bisa tersenyum gemas. Perubahan sikap Dzaki begitu kentara setelah apa yang mereka lakukan tadi malam. Dari Dzaki yang ceria, yang berusaha terlihat dewasa, menjadi Dzaki yang manja, sisi yang belum pernah Nabila lihat sebelumnya.

Lalu Nabila tak ada pilihan selain mengikuti Dzaki. Bahkan tanpa sadar ia menepuk-nepuk punggung Dzaki yang dipeluknya. Hingga saat Dzaki benar tertidur kembali, Nabila perlahan bangkit dan menuju kamar mandi. Ia membersihkan diri dan mandi wajib.

Setelah itu ia melakukan sembahyang sunah, dan saat sudah mendekati adzan subuh, Nabila menghampiri Dzaki.

Ia duduk di sisi tempat tidur sambil menatap sang suami yang masih terlelap. Nabila perlahan meraih pipi Dzaki. Tangannya yang dingin membuat Dzaki tersentak perlahan.

"Mas..."

Seketika Dzaki terbangun mendengar Nabila menyebutnya dengan sebutan 'Mas'. "Kamu manggil aku apa?"

Nabila menyunggingkan senyum bahagianya. "Bangun, Mas. Mandi dulu, terus kita sholat bareng."

Kantuk Dzaki seketika menghilang. Bukannya beranjak ke kamar mandi, ia malah menjadikan paha Nabila sebagai bantal. "Aku seneng banget dipanggil 'Mas' kamu," ujarnya sambil memeluk pinggang Nabila dengan gemasnya.

Lalu Dzaki menyadari Nabila sudah menggunakan mukena. Wangi segar dari sabun mandi dan shampo pun tercium dari Nabila. "Kamu udah mandi, Yang?"

"Udah, Mas. Barusan aku abis sholat tahajud," ujar Nabila sambil mengusap rambut sang suami.

"Kok gak bangunin? Padahal aku pengen mandi bareng."

Pipi Nabila kembali merona. "Nanti 'kan masih bisa. Sekarang Mas mandi ya, udah adzan tuh. Kita sholat bareng."

"Ya udah." Dzaki pun beranjak, "aku mandi dulu ya."

Dzaki pun melenggang ke kamar mandi yang berada di dalam kamar Nabila. Mereka sholat bersama, menyiapkan sarapan, dan kemudian sarapan bersama.

Kemudian setelah mereka selesai sarapan, Dzaki kembali mengajak Nabila ke kamarnya. "Yang, mau."

"Mau apa?"

Dzaki tersenyum penuh arti dan segera membopong tubuh Nabila.

"Kyaaaa!! Mas!" Nabila terkejut. "Baru juga tadi malam, Mas."

"Mau lagi," ujar Dzaki seraya membaringkan tubuh Nabila di kasur kamarnya.

Dzaki pun kembali menjamah tubuh sang istri seakan dirinya belum puas. Waktu mereka di sana tinggal satu minggu lagi. Dan ini justru waktu-waktu di mana mereka sudah menjadi satu layaknya sepasang suami istri pada umumnya. Maka Dzaki tak ingin menyia-nyiakan sisa waktu yang mereka miliki yang hanya tinggal beberapa hari lagi.

Hingga tiba waktunya mereka ada di malam terakhir bulan madu itu. Seminggu terakhir itu, mereka tak pernah tidur di kamar terpisah lagi, melainkan di kamar yang sama, di kamar utama yang Nabila tempati.

Malam itu mereka bersiap untuk tidur, seperti biasa, di tempat tidur Nabila sambil saling berpelukan.

"Yang, nambah sebulan lagi yuk honeymoonnya?" saran Dzaki.

"Pengennya sih gitu," lirih Nabila tersipu. "Cuma aku harus masuk kerja, Mas. Mas juga katanya mau beresin skripsi 'kan?"

"Iya sih. Ya udah deh, di mana pun akan sama aja. Asal bareng sama kamu," ujar Dzaki. "Dan aku punya kejutan nanti pas kita pulang."

"Kejutan apa lagi, Mas? Selama di sini Mas selalu kasih aku kejutan."

"Kali ini beda," Dzaki meraih ponselnya yang ada di nakas. "Kamu lihat ini."

Dzaki memperlihatkan video sebuah rumah dua lantai dengan desain classic modern minimalis. Ada 4 buah kamar, dengan sebuah kolam renang di beranda belakang. Tidak terlalu besar namun sangat nyaman.

"Ini apa, Mas?"

"Rumah kita."

"Apa?!" Nabila kembali memutar video itu. "Tapi..."

"Kenapa? Kamu gak suka sama rumahnya?" Dzaki agak kecewa.

"Suka, Mas. Ini bagus banget. Tapi aku berharapnya Mas diskusiin dulu sama aku. Masalahnya aku 'kan juga punya rumah peninggalan Almarhum Mas Hadi."

"Rumah itu 'kan sekarang atas nama Hazel. Kamu bilang itu 'kan sama aku waktu itu. Kalau ini, atas nama kamu. Rumah ini punya kamu."

"Mas nyicil?"

"Iya. Maaf ya belum bisa ngasih yang cash. Uang aku belum cukup. Dan kelamaan kalo ngumpulin dulu." Kemudian Dzaki menghela nafas, "coba aku ngumpulin dari dulu. Aku gak banyak main dan buang-buang waktu. Aku udah bisa punya rumah tanpa nyicil mungkin."

"Mas itu ngomong apa sih. Mas baru 25 tahun udah bisa nyicil rumah sebagus itu di Jakarta, itu udah sesuatu yang keren banget, Mas. Dan yang penting di sini, aku seneng Mas menyesali waktu-waktu Mas yang udah banyak buang waktu yang gak penting. Yang penting Mas udah berubah jadi lebih baik."

"Coba aku tahu lebih awal kamu udah gak punya suami. Aku bakal nikahin kamu lebih cepet."

Nabila mengerutkan dahi, "maksudnya gimana Mas?"

Dzaki tersenyum gemas. "Okay, aku akan jujur."

"Jujur?"

"Sebenernya, aku udah jatuh cinta sama kamu sejak sepuluh tahun lalu."

Episodes
1 Bab 1: Janda Satu Anak
2 Bab 2: Pria di Kamar Nabila
3 Bab 3: Mendadak Nikah
4 Bab 4: Sisi Dzaki
5 Bab 5: Bulan Madu
6 Bab 6: Bila
7 Bab 7: Mulai Penasaran
8 Bab 8: Mendekat
9 Bab 9: Usaha Dzaki
10 Bab 10: Rasa yang Dalam
11 Bab 11: Tak Berjarak
12 Bab 12: Malam Terakhir
13 Bab 13: Sepuluh Tahun Lalu
14 Bab 14: Gagal Berkenalan
15 Bab 15: Patah Hati
16 Bab 16: Hanya Nabila
17 Bab 17: Di Rumah Nabila
18 Bab 18: Bertemu Diam-diam
19 Bab 19: Protektif
20 Bab 20: Pendekatan
21 Bab 21: Berdebat
22 Bab 22: Kesempatan Sekali Seumur Hidup
23 Bab 23: Bertemu Mertua
24 Bab 24: Permintaan
25 Bab 25: Semakin Curiga
26 Bab 26: Cepat atau Lambat
27 Bab 27: Keluarga Nabila
28 Bab 28: Manis
29 Bab 29: Ini adalah Saatnya
30 Bab 30: Suami Baru
31 Bab 31: Sesi Curhat Ayah-Anak Sambung
32 Bab 32: Pencemburu
33 Bab 33: Akal-akalan Dzaki
34 Bab 34: Rumah Baru
35 Bab 35: Manager?
36 Bab 36: Bisa Menerima
37 Bab 37: Kata-kata Ajaib
38 Bab 38: Sushi untuk Hazel
39 Bab 39: Salah Paham
40 Bab 40: Orang yang Penting
41 Bab 41: Cerminan Diri
42 Bab 42: Jalan yang Sama
43 Bab 43: Sudah siap
44 Bab 44: Gugup
45 Bab 45: Sudut Pandang
46 Bab 46: Mantan Ibu Mertua
47 Bab 47: Suami Pertama
48 Bab 48: Menenangkan Nabila
49 Bab 49: Memberi Tahu
50 Bab 50: Tak Terima
51 Bab 51: Tanpa Ragu
52 Bab 52: Gua Cinta Nyokap Lu
53 Bab 53: Hikmah
54 Bab 54: Benci
55 Bab 55: Apa yang Salah dengan Jatuh Cinta?
56 Bab 56: Mulai Luluh
57 Bab 57: Masih ada Harapan
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1: Janda Satu Anak
2
Bab 2: Pria di Kamar Nabila
3
Bab 3: Mendadak Nikah
4
Bab 4: Sisi Dzaki
5
Bab 5: Bulan Madu
6
Bab 6: Bila
7
Bab 7: Mulai Penasaran
8
Bab 8: Mendekat
9
Bab 9: Usaha Dzaki
10
Bab 10: Rasa yang Dalam
11
Bab 11: Tak Berjarak
12
Bab 12: Malam Terakhir
13
Bab 13: Sepuluh Tahun Lalu
14
Bab 14: Gagal Berkenalan
15
Bab 15: Patah Hati
16
Bab 16: Hanya Nabila
17
Bab 17: Di Rumah Nabila
18
Bab 18: Bertemu Diam-diam
19
Bab 19: Protektif
20
Bab 20: Pendekatan
21
Bab 21: Berdebat
22
Bab 22: Kesempatan Sekali Seumur Hidup
23
Bab 23: Bertemu Mertua
24
Bab 24: Permintaan
25
Bab 25: Semakin Curiga
26
Bab 26: Cepat atau Lambat
27
Bab 27: Keluarga Nabila
28
Bab 28: Manis
29
Bab 29: Ini adalah Saatnya
30
Bab 30: Suami Baru
31
Bab 31: Sesi Curhat Ayah-Anak Sambung
32
Bab 32: Pencemburu
33
Bab 33: Akal-akalan Dzaki
34
Bab 34: Rumah Baru
35
Bab 35: Manager?
36
Bab 36: Bisa Menerima
37
Bab 37: Kata-kata Ajaib
38
Bab 38: Sushi untuk Hazel
39
Bab 39: Salah Paham
40
Bab 40: Orang yang Penting
41
Bab 41: Cerminan Diri
42
Bab 42: Jalan yang Sama
43
Bab 43: Sudah siap
44
Bab 44: Gugup
45
Bab 45: Sudut Pandang
46
Bab 46: Mantan Ibu Mertua
47
Bab 47: Suami Pertama
48
Bab 48: Menenangkan Nabila
49
Bab 49: Memberi Tahu
50
Bab 50: Tak Terima
51
Bab 51: Tanpa Ragu
52
Bab 52: Gua Cinta Nyokap Lu
53
Bab 53: Hikmah
54
Bab 54: Benci
55
Bab 55: Apa yang Salah dengan Jatuh Cinta?
56
Bab 56: Mulai Luluh
57
Bab 57: Masih ada Harapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!