Bab 9: Usaha Dzaki

Sesampainya di villa, Nabila segera mengolah bahan-bahan makanan yang baru saja dibelinya. Tanpa disangka-sangka Dzaki bersedia membantunya. Padahal Nabila kira Dzaki tidak akan mau melakukan hal-hal seperti ini.

Setelah semua masakan selesai, mereka membawanya ke beranda belakang villa dan menikmatinya di sana.

“Suasananya tetep kayak resto yang kita datengin kemarin, 'kan?” tanya Nabila.

“Iya,” sahut Dzaki setuju. “Dan makanan kamu gak kalah enak, Bila. Kamu pinter banget masak.”

“Syukur kalau kamu suka,” ujar Nabila lega.

Mereka pun menikmati makan malamnya sambil terus bercengkrama.

Setelah itu mereka bersama-sama mencuci piring dan menonton tv sambil menunggu kantuk menghampiri.

“Kita nonton film aja gimana?” saran Dzaki.

“Boleh, kalo gitu saya bikinin popcornnya gimana? Kebetulan tadi beli.”

“Mantap,” sahut Dzaki setuju.

Nabila pun berjalan menuju dapur dan membuat popcorn. Tak lama ia kembali ke ruang tengah dengan popcorn yang sudah dibuatnya. Film juga sudah siap untuk dimainkan.

“Nonton apa?” Nabila duduk di sebelah Dzaki.

“Ada apa dengan cinta,” sahut Dzaki.

“Hah? Jadul banget. Emang kamu tahu film itu?” Komentar Nabila tak menyangka Dzaki akan memilih film yang rilis pertama kali saat Nabila masih duduk di bangku SMP itu.

“Ini film zaman kamu 'kan? Ya mau gak mau aku harus ikutin vibesnya istri aku,” canda Dzaki.

Nabila memukul pelan Dzaki menggunakan bantal kursi yang dipangkunya. “Dasar kamu. Suruh siapa nikahin perempuan yang lebih tua dari kamu.”

“Duh, ngambek. Tapi jadi tambah cantik loh kamu kalau ngambek,” ujar Dzaki mencoba memberikan Nabila jurus gombalnya.

“Iya cantik soalnya saya 'kan perempuan.” Nabila tak termakan gombalan Dzaki. Ia selalu bisa mengendalikan dirinya agar tidak terbawa perasaan. “Sepuluh tahun lagi juga saya udah bakal mulai keriput, kamu gak akan bilang saya cantik lagi.” Nabila memperingatkan bahwa dirinya sudah tak lagi muda.

"Sepuluh tahun lalu sama sekarang aja kamu gak beda jauh. Sepuluh tahun lagi, kamu pasti masih akan sama cantiknya kayak sekarang."

"Emang kamu pernah lihat saya sepuluh tahun lalu?" tanya Nabila heran.

"Kamu gak inget pernah ketemu aku waktu itu?"

"Sepuluh tahun lalu?" Nabila mencoba mengingat.

"Pasti gak inget," rajuk Dzaki.

"Saya ingetnya waktu kamu ulang tahun waktu kamu SD," ujar Nabila.

"Waktu aku SD?" Sekarang Dzaki yang mencoba mengingat.

"Kamu pasti gak inget. Waktu itu kamu masih kecil banget. Kelas 1 SD, sedangkan saya waktu itu baru kenal sama Gina. Saya baru mulai kuliah dan waktu itu juga saya lagi hamil." Nabila terkekeh, "gak nyangka sekarang saya malah nikah sama kamu.

Nabila masih ingat Dzaki kecil yang kurus dan kecil. Ia menangis di hari ulang tahunnya karena kedua orang tuanya mempersiapkan pesta yang begitu meriah untuknya, tapi kedua orang tuanya malah tidak hadir. Gina dan sahabat-sahabatnya yang justru menghibur Dzaki saat itu agar tetap tersenyum di hari ulang tahunnya.

"Ya ampun, aku malu-maluin banget. Jangan diinget-inget ah," ujar Dzaki malu sekali dengan kejadian waktu itu.

"Tapi kalau kita lihat masa lalu, perbedaan umur kita bener-bener terasa jauh banget. Kamu masih kelas 1 SD, sedangkan saya baru masuk kuliah, udah menikah, dan lagi hamil juga waktu itu."

"Gak jauh amat, kok," debat Dzaki. "Emang kenapa kalau kita beda sepuluh tahun? Sekarang kalau kita selfie, orang-orang gak akan ada yang tahu kalau kita beda sepuluh tahun."

Dzaki mengeluarkan ponselnya dan melakukan selfie.

"Tung..." Nabila sama sekali belum siap berfoto. "Kamu kok tiba-tiba ambil foto sih? Saya pasti gak kobe."

Dzaki memperlihatkan foto yang diambilnya kepada Nabila. "Gak kobe aja cantik, Bila. Dari dulu kamu selalu cantik. Gak menua sama sekali."

Pipi Nabila merona merah mendengar pujian dari Dzaki. " Udah ah, kita mulai aja filmnya," ujar Nabila mengalihkan topik pembicaraan.

Dzaki pun tersenyum gemas seraya menekan tombol play dan film Ada Apa dngan Cinta pun dimulai. Mereka larut dalam cerita cinta klasik yang legendaris itu.

"Dulu waktu kamu SMA bajunya gitu?" tanya Dzaki saat di pertengahan film.

"Iya, dulu roknya span dengan belahan di depan. Dulu saya belum berkerudung. Saat nikah sama Mas Hadi baru saya mulai berkerudung."

"Rambut kamu kayak gimana sih, Bila? Lurus atau keriting?" tanya Dzaki penasaran.

"Rambut saya?"

"Iya. Aku penasaran aja, pengen tahu. Aku gak minta kamu lepas hijab depan aku kok," Dzaki segera menambahkan khawatir Nabila merasa tak nyaman.

"Rambut saya hitam lurus," jawab Nabila singkat.

"Kamu tidur pakai hijab juga?" Dzaki sebenarnya sangat penasaran, karena Nabila tidak pernah membuka hijabnya di depannya.

"Dilepas dong. Di rumah kalau gak ada siapa-siapa kecuali Hazel, saya lepas hijab saya. Sekarang di depan kamu, saya belum bisa melepas hijab saya," ujar Nabila sambil menatap Dzaki dengan tatapan maaf.

"Gak gitu kok, Bila. Santai aja. Kamu kalau belum siap gak usah maksain ya. Kita pelan-pelan aja. Aku tahu buat kamu pasti masih susah buat nerima kehadiran aku. Tapi aku akan sabar nunggu."

Nabila membalas ucapan Dzaki dengan senyuman dan kemudian kembali fokus menonton film. Hingga saat adegan terakhir saat Rangga dan Cinta berciuman di bandara saat mereka akan berpisah, membuat Dzaki dan Nabila canggung sendiri.

Dzaki berdeham. "Dasar filmnya kok ada adegan ciumannya sih."

"Setuju. Harusnya kontak fisik itu dilakuin sama orang yang udah sah suami istri, bukan sama yang belum menikah. Apalagi ceritanya mereka masih SMA. Pantas aja pergaulan anak sekarang gak kekontrol karena sekarang makin banyak film yang menunjukkan adegan kayak gitu," diskusi Nabila panjang lebar.

Dzaki tak menyahut. Saat Nabila menoleh ke arah Dzaki, Dzaki sedang menatap ke arahnya dengan senyum penuh arti.

"Apa?" tanya Nabila tak paham.

"Kita udah sah suami istri, Bil. Berarti..." Dzaki menggantung kata-katanya, ingin membuat Nabila menyadari bahwa kata-kata yang Nabila katakan sebelumnya mengandung makna yang menjurus.

"Hah? Ah, maksud saya gak gitu!" ujar Nabila panik. Ia melambai-lambaikan tangannya di depan Dzaki.

Dzaki malah tertawa puas melihat Nabila yang salah tingkah.

"Saya duluan ke kamar." Nabila memutuskan untuk melarikan diri saja.

"Yah, kok gitu. Jangan dong, Bil. Ya udah maaf aku udah godain kamu," sesal Dzaki. Ia masih ingin bersama dengan Nabila.

"Saya udah ngantuk. Lagian filmnya udah selesai."

Dzaki pun tak bisa menahan Nabila lagi. "Kalau gitu tunggu bentar, aku punya sesuatu buat kamu. Tunggu di sini ya," ujar Dzaki seraya bangkit dari duduknya dan masuk ke kamarnya.

Tak lama Dzaki keluar dengan sesuatu yang sangat besar di tangannya.

"Ya ampun, Dzaki. Kamu kok punya boneka itu sih?"

Sebuah boneka teddy bear yang sangat besar bahkan tingginya sama dengan Dzaki, kini berada di antara Dzaki dan Nabila. "Ini buat kamu."

"Kamu kasih saya boneka?" Nabila tercengang.

"Kan kamu belum bolehin aku buat tidur bareng sama kamu. Jadi ini perwakilan aku. Dia harus nemenin kamu tidur setiap malam ya."

Nabila terkekeh gemas. "Ya ampun kamu ada-ada aja."

"Pokoknya kalau tidur kamu harus meluk dia. Namain boneka ini Dzaki. Ajak ngobrol dia ya kalau kamu lagi mau tidur."

"Kenapa kayak gitu?"

"Latihan aja biar kamu makin kebiasa sama aku. Jadi nanti, aku yang bakal tidur bareng kamu, bukan boneka ini."

Terpopuler

Comments

Dewi Anggya

Dewi Anggya

uluh² ..... Dzaky semoga Nabila bisa membuka hatinya... semangat pendekatannya Dzaky

2025-02-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Janda Satu Anak
2 Bab 2: Pria di Kamar Nabila
3 Bab 3: Mendadak Nikah
4 Bab 4: Sisi Dzaki
5 Bab 5: Bulan Madu
6 Bab 6: Bila
7 Bab 7: Mulai Penasaran
8 Bab 8: Mendekat
9 Bab 9: Usaha Dzaki
10 Bab 10: Rasa yang Dalam
11 Bab 11: Tak Berjarak
12 Bab 12: Malam Terakhir
13 Bab 13: Sepuluh Tahun Lalu
14 Bab 14: Gagal Berkenalan
15 Bab 15: Patah Hati
16 Bab 16: Hanya Nabila
17 Bab 17: Di Rumah Nabila
18 Bab 18: Bertemu Diam-diam
19 Bab 19: Protektif
20 Bab 20: Pendekatan
21 Bab 21: Berdebat
22 Bab 22: Kesempatan Sekali Seumur Hidup
23 Bab 23: Bertemu Mertua
24 Bab 24: Permintaan
25 Bab 25: Semakin Curiga
26 Bab 26: Cepat atau Lambat
27 Bab 27: Keluarga Nabila
28 Bab 28: Manis
29 Bab 29: Ini adalah Saatnya
30 Bab 30: Suami Baru
31 Bab 31: Sesi Curhat Ayah-Anak Sambung
32 Bab 32: Pencemburu
33 Bab 33: Akal-akalan Dzaki
34 Bab 34: Rumah Baru
35 Bab 35: Manager?
36 Bab 36: Bisa Menerima
37 Bab 37: Kata-kata Ajaib
38 Bab 38: Sushi untuk Hazel
39 Bab 39: Salah Paham
40 Bab 40: Orang yang Penting
41 Bab 41: Cerminan Diri
42 Bab 42: Jalan yang Sama
43 Bab 43: Sudah siap
44 Bab 44: Gugup
45 Bab 45: Sudut Pandang
46 Bab 46: Mantan Ibu Mertua
47 Bab 47: Suami Pertama
48 Bab 48: Menenangkan Nabila
49 Bab 49: Memberi Tahu
50 Bab 50: Tak Terima
51 Bab 51: Tanpa Ragu
52 Bab 52: Gua Cinta Nyokap Lu
53 Bab 53: Hikmah
54 Bab 54: Benci
55 Bab 55: Apa yang Salah dengan Jatuh Cinta?
56 Bab 56: Mulai Luluh
57 Bab 57: Masih ada Harapan
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1: Janda Satu Anak
2
Bab 2: Pria di Kamar Nabila
3
Bab 3: Mendadak Nikah
4
Bab 4: Sisi Dzaki
5
Bab 5: Bulan Madu
6
Bab 6: Bila
7
Bab 7: Mulai Penasaran
8
Bab 8: Mendekat
9
Bab 9: Usaha Dzaki
10
Bab 10: Rasa yang Dalam
11
Bab 11: Tak Berjarak
12
Bab 12: Malam Terakhir
13
Bab 13: Sepuluh Tahun Lalu
14
Bab 14: Gagal Berkenalan
15
Bab 15: Patah Hati
16
Bab 16: Hanya Nabila
17
Bab 17: Di Rumah Nabila
18
Bab 18: Bertemu Diam-diam
19
Bab 19: Protektif
20
Bab 20: Pendekatan
21
Bab 21: Berdebat
22
Bab 22: Kesempatan Sekali Seumur Hidup
23
Bab 23: Bertemu Mertua
24
Bab 24: Permintaan
25
Bab 25: Semakin Curiga
26
Bab 26: Cepat atau Lambat
27
Bab 27: Keluarga Nabila
28
Bab 28: Manis
29
Bab 29: Ini adalah Saatnya
30
Bab 30: Suami Baru
31
Bab 31: Sesi Curhat Ayah-Anak Sambung
32
Bab 32: Pencemburu
33
Bab 33: Akal-akalan Dzaki
34
Bab 34: Rumah Baru
35
Bab 35: Manager?
36
Bab 36: Bisa Menerima
37
Bab 37: Kata-kata Ajaib
38
Bab 38: Sushi untuk Hazel
39
Bab 39: Salah Paham
40
Bab 40: Orang yang Penting
41
Bab 41: Cerminan Diri
42
Bab 42: Jalan yang Sama
43
Bab 43: Sudah siap
44
Bab 44: Gugup
45
Bab 45: Sudut Pandang
46
Bab 46: Mantan Ibu Mertua
47
Bab 47: Suami Pertama
48
Bab 48: Menenangkan Nabila
49
Bab 49: Memberi Tahu
50
Bab 50: Tak Terima
51
Bab 51: Tanpa Ragu
52
Bab 52: Gua Cinta Nyokap Lu
53
Bab 53: Hikmah
54
Bab 54: Benci
55
Bab 55: Apa yang Salah dengan Jatuh Cinta?
56
Bab 56: Mulai Luluh
57
Bab 57: Masih ada Harapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!