Bab 8: Mendekat

"Aku kerja dengan sistem remote job. Jadi kerja dari sini, bukan dengan aku pergi ke sana. Cukup di depan komputer, program-program yang aku buat dipakai sama mereka. Gajiku lumayan loh. Mungkin lebih besar dari gaji kamu.” Dzaki memperlihatkan slip gaji yang sudah beberapa bulan terakhir diterimanya dari perusahaan yang berpusat di Jerman itu.

Dzaki begitu puas melihat wajah Nabila yang tercengang melihat nominal dengan kurs dollar yang tertera di slip gaji itu. Juga sedikitnya Nabila pernah mendengar perusahaan yang bergerak di bidang informatika itu. Perusahaan itu cukup besar dan sedang naik daun di era digital seperti sekarang.

“Tapi tetep aja.” Nabila mengontrol kembali wajahnya. “Kamu harus selesain kuliah kamu. Orang tua kamu pasti sangat berharap kamu bisa selesai kuliah. Mungkin iya kamu gak butuh gelar sekarang karena kamu udah punya kerjaan, tapi gimana kalau suatu hari kamu berhenti. Kamu bosen, atau bahkan diberhentikan dari kerjaan kamu itu? Gelar itu bentuk penghargaan buat perjuangan yang udah kita lakukan, juga memberikan kita rasa bangga. Kita bangga pada diri kita sendiri, karena bisa ada di titik itu. Orang tua kamu juga akan bangga karena kita sadari atau enggak, gelar itu sangat penting di masyarakt kita.”

Dzaki tertegun mendengar nasehat dari istrinya itu. Ia begitu tersentuh. “Kalau kamu ngomong gitu, aku janji pulang dari honeymoon, aku akan beresin skripsi aku,” tekadnya. Selain karena Nabila, Dzaki juga sudah berjanji kepada kedua orang tuanya untuk menyelesaikan kuliahnya jika mereka memberikan dukungan untuknya menikahi Nabila.

Nabila cukup terkejut semudah itu Dzaki luluh karena kata-katanya. “Serius?”

Dzaki mengangguk pasti. “Iya dong, istri aku udah sarjana. Masa aku enggak? Makasih ya, kamu udah bikin aku semangat buat selesain kuliah aku,” ujarnya tulus seraya tersenyum manis pada Nabila.

Desiran aneh Nabila rasakan di dalam hatinya. Ia berdeham untuk meredamnya.

“Sekarang, ceritain tentang kamu. Semuanya. Aku pengen tahu,” pinta Dzaki.

“Saya cuma perempuan biasa, ibu dari satu anak, wanita karir juga, dan udah 10 tahun sejak saya ditinggal suami. Gak ada yang spesial dari saya,” terang Nabila singkat.

“Umur anak kamu berapa?” tanya Dzaki.

“18 tahun. Saya melahirkan dia di umur saya yang masih 17 tahun waktu itu.”

“Kamu hamil di luar nikah?” tanya Dzaki frontal.

Nabila mengerutkan dahi. “Astagfirullah. Ya enggak dong! Waktu saya lulus SMA ayah saya meninggal. Almarhum adalah tulang punggung keluarga walaupun gajinya sebagai guru gak terlalu besar. Saat beliau gak ada, kami sekeluarga benar-benar kehilangan pemasukan. Tiba-tiba ada murid ayah yang melayat, namanya Mas Hadi. Dia udah sukses hidup di Jakarta. Dia menawarkan bantuan untuk membantu semua biaya keluarga saya asal saya menikah dengan dia. Akhirnya tanpa pikir panjang saya setuju. Setelah itu Mas Hadi membawa saya ke Jakarta. Saya pun kuliah dan gak lama saya hamil dan melahirkan saat saya masih 17 tahun.”

“Oh gitu…” Nabila melihat Dzaki tidak terlalu terkejut. Padahal biasanya orang lain akan cukup tercengang dengan cerita awal pernikahannya dan menjadi ibu di usia 17 tahun. “Kamu masih cinta sama suami kamu itu, Bila?”

Nabila bingung akan menjawab apa. “Saya sangat menghormati Mas Hadi. Beliau adalah orang yang sangat berjasa buat hidup saya.”

"Kamu gak jawab pertanyaan aku. Apa kamu udah gak cinta sama mantan suami kamu itu? Atau mungkin kamu gak pernah cinta dan cuma merasa hutang budi aja?”

Ucapan Dzaki betul-betul tepat sasaran. Nabila memang tidak pernah benar-benar mencintai Hadi. Bertahun-tahun menikah bahkan sampai memiliki anak, sosok Hadi bagi Nabila hanyalah sebagai orang yang berjasa baginya dan keluarganya.

"Bagi saya, Mas Hadi selalu menjadi orang yang spesial bagi saya," pungkas Nabila. "Udah malem, saya udah ngantuk banget. Kita pulang yuk."

Tanpa menunggu persetujuan Dzaki, Nabila meninggalkan meja dan membuat Dzaki mau tak mau mengikuti sang istri.

Tiba di villa Nabila segera pamit menuju kamarnya. "Makasih ya untuk makan malamnya. Selamat beristirahat."

"Kita gak akan tidur sekamar?"

Sontak pipi Nabila memerah. "Kita tidur di kamar berbeda. Saya gak bisa tidur bareng kamu. Permisi."

Dzaki terkekeh, "ya udah beberapa hari ini tidur sendiri-sendiri dulu aja gak apa-apa. Tapi nanti harus mulai tidur sekamar ya?"

Nabila tak menggubris ucapan Dzaki. Ia masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Ia menenangkan detak jantungnya yang menggila. "Ya Allah, kenapa aku deg-degan gini? Apa harus aku nurut sama maunya Dzaki?"

Keesokan harinya, di sore hari, Nabila selesai dengan pekerjaan work from anywherenya. Nabila keluar dari kamar untuk mengambil minum sekaligus melihat apa yang sedang dilakukan oleh Dzaki karena sejak makan siang mereka tak saling bertemu lagi.

Ternyata suaminya itu masih berada di kamarnya. Iseng-iseng Nabila mengecek isi kulkas dan juga peralatan yang ada di kabinet dapur. Tidak ada apa-apa. Nabila ingin sekali memasak karena mereka selalu makan yang sudah disediakan oleh petugas villa.

“Lagi apa?” tiba-tiba Dzaki ada di belakang Nabila.

Nabila terlonjak kaget karena kehadiran Dzaki yang tiba-tiba itu. “Kamu, ngagetin aja. Kok dateng gak ada suara sama sekali sih?” protes Nabila.

“Kamunya aja terlalu fokus lihatin kulkas. Ngapain emangnya kamu buka kulkas? Kamu lapar?” tanya Dzaki.

“Gak juga, sih. Cuma rasanya pengen masak aja," ungkap Nabila.

“Aku takutnya kamu cape, jadi aku minta petugas villa buat bikin makanan buat kita selama kita di sini."

“Masak itu gak bikin cape sama sekali, Dzaki. Malah biasanya setiap pulang kerja saya pasti masak buat saya sama Hazel makan malam. Gimana kalau nanti malam saya masak buat kamu, gimana?”

Dzaki tersenyum salah tingkah. “Kamu mau masakin buat aku? Kalau gak ngerepotin sih, boleh."

“Gak repot kok. Ya udah kita belanja bahan-bahannya dulu yuk. Deket sini ada supermarket 'kan?” tanya Nabila dengan semangatnya.

“Boleh. Aku ganti celana dulu ya,” ucap Dzaki.

Dzaki ke kamarnya dan mengganti celana pendek rumahannya dengan celana panjang. Kemudian ia dan Nabila pun pergi menuju supermarket dan membeli bahan-bahan yang diperlukan. Dzaki dengan sabar mendorong troli dan mengikuti Nabila yang tangannya terus menyambar beberapa barang dari rak-rak yang berjajar rapi itu.

“Kamu mau masak segimana banyak, Bil?” Dzaki melihat troli mereka yang mulai penuh.

“Buat seminggu cukup kali ya.”

"Seminggu?"

“Iya. Selama kita di sini kita masak aja ya. Biar saya juga ada kegiatan. Kadang saya bosen cuma diem aja pas waktu senggang. Nanti minggu depan kita belanja lagi buat minggu depannya lagi."

“Duh, kita jadi beneran kayak udah berumah tangga jadinya,” gumam Dzaki tersipu.

“Apa sih, kamu?” Nabila salah tingkah mendengar kata-kata dari suaminya itu.

"Abis kalau kamu masakin tiap hari buat aku jadi beneran kerasa nikahnya."

"Kamu jangan berlebihan deh. Aku cuma pengen ada kegiatan aja," ujar Nabila berusaha terlihat biasa. "Udah cukup kayaknya. Yuk kita ke kasir."

Terpopuler

Comments

Dewi Anggya

Dewi Anggya

belanja ber2....👌🏻👌🏻😊

2025-02-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Janda Satu Anak
2 Bab 2: Pria di Kamar Nabila
3 Bab 3: Mendadak Nikah
4 Bab 4: Sisi Dzaki
5 Bab 5: Bulan Madu
6 Bab 6: Bila
7 Bab 7: Mulai Penasaran
8 Bab 8: Mendekat
9 Bab 9: Usaha Dzaki
10 Bab 10: Rasa yang Dalam
11 Bab 11: Tak Berjarak
12 Bab 12: Malam Terakhir
13 Bab 13: Sepuluh Tahun Lalu
14 Bab 14: Gagal Berkenalan
15 Bab 15: Patah Hati
16 Bab 16: Hanya Nabila
17 Bab 17: Di Rumah Nabila
18 Bab 18: Bertemu Diam-diam
19 Bab 19: Protektif
20 Bab 20: Pendekatan
21 Bab 21: Berdebat
22 Bab 22: Kesempatan Sekali Seumur Hidup
23 Bab 23: Bertemu Mertua
24 Bab 24: Permintaan
25 Bab 25: Semakin Curiga
26 Bab 26: Cepat atau Lambat
27 Bab 27: Keluarga Nabila
28 Bab 28: Manis
29 Bab 29: Ini adalah Saatnya
30 Bab 30: Suami Baru
31 Bab 31: Sesi Curhat Ayah-Anak Sambung
32 Bab 32: Pencemburu
33 Bab 33: Akal-akalan Dzaki
34 Bab 34: Rumah Baru
35 Bab 35: Manager?
36 Bab 36: Bisa Menerima
37 Bab 37: Kata-kata Ajaib
38 Bab 38: Sushi untuk Hazel
39 Bab 39: Salah Paham
40 Bab 40: Orang yang Penting
41 Bab 41: Cerminan Diri
42 Bab 42: Jalan yang Sama
43 Bab 43: Sudah siap
44 Bab 44: Gugup
45 Bab 45: Sudut Pandang
46 Bab 46: Mantan Ibu Mertua
47 Bab 47: Suami Pertama
48 Bab 48: Menenangkan Nabila
49 Bab 49: Memberi Tahu
50 Bab 50: Tak Terima
51 Bab 51: Tanpa Ragu
52 Bab 52: Gua Cinta Nyokap Lu
53 Bab 53: Hikmah
54 Bab 54: Benci
55 Bab 55: Apa yang Salah dengan Jatuh Cinta?
56 Bab 56: Mulai Luluh
57 Bab 57: Masih ada Harapan
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1: Janda Satu Anak
2
Bab 2: Pria di Kamar Nabila
3
Bab 3: Mendadak Nikah
4
Bab 4: Sisi Dzaki
5
Bab 5: Bulan Madu
6
Bab 6: Bila
7
Bab 7: Mulai Penasaran
8
Bab 8: Mendekat
9
Bab 9: Usaha Dzaki
10
Bab 10: Rasa yang Dalam
11
Bab 11: Tak Berjarak
12
Bab 12: Malam Terakhir
13
Bab 13: Sepuluh Tahun Lalu
14
Bab 14: Gagal Berkenalan
15
Bab 15: Patah Hati
16
Bab 16: Hanya Nabila
17
Bab 17: Di Rumah Nabila
18
Bab 18: Bertemu Diam-diam
19
Bab 19: Protektif
20
Bab 20: Pendekatan
21
Bab 21: Berdebat
22
Bab 22: Kesempatan Sekali Seumur Hidup
23
Bab 23: Bertemu Mertua
24
Bab 24: Permintaan
25
Bab 25: Semakin Curiga
26
Bab 26: Cepat atau Lambat
27
Bab 27: Keluarga Nabila
28
Bab 28: Manis
29
Bab 29: Ini adalah Saatnya
30
Bab 30: Suami Baru
31
Bab 31: Sesi Curhat Ayah-Anak Sambung
32
Bab 32: Pencemburu
33
Bab 33: Akal-akalan Dzaki
34
Bab 34: Rumah Baru
35
Bab 35: Manager?
36
Bab 36: Bisa Menerima
37
Bab 37: Kata-kata Ajaib
38
Bab 38: Sushi untuk Hazel
39
Bab 39: Salah Paham
40
Bab 40: Orang yang Penting
41
Bab 41: Cerminan Diri
42
Bab 42: Jalan yang Sama
43
Bab 43: Sudah siap
44
Bab 44: Gugup
45
Bab 45: Sudut Pandang
46
Bab 46: Mantan Ibu Mertua
47
Bab 47: Suami Pertama
48
Bab 48: Menenangkan Nabila
49
Bab 49: Memberi Tahu
50
Bab 50: Tak Terima
51
Bab 51: Tanpa Ragu
52
Bab 52: Gua Cinta Nyokap Lu
53
Bab 53: Hikmah
54
Bab 54: Benci
55
Bab 55: Apa yang Salah dengan Jatuh Cinta?
56
Bab 56: Mulai Luluh
57
Bab 57: Masih ada Harapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!