Chapter 2. Ruang meeting

Aruna langsung menuju mejanya, dia menyelesaikan apa yang di minta Imel. Meeting akan di mulai sekitar jam dua siang, sekarang masih jam sepuluh. Masih sempat untuk menyelesaikannya.

“Laporan satu tahun, Ar?” Rika mendekati meja Aruna.

“Iya mbak. Katanya untuk meeting nanti jam dua,”

“Tim delta satu semua siap di posisi,” ucap Rika.

Aruna terkikik sambil mengerjakan tugasnya, setiap kali mereka ada meeting besar pasti mereka akan siap siaga. Tim delta sendiri bukan hanya paham tentang masalah keuangan, namun juga paham tentang masalah cyber.

Pradipta Company bukan hanya perusahaan ekspor impor, tapi juga perusahaan retail yang mempunyai jaringan luas. Mereka berada di kantor pusat, selain divisi marketing tentu divisi keuangan menjadi salah satu pemegang peran penting.

Ada satu hari mereka mendapatkan serangan malware dari perusahaan saingan, salah satu yang di tuju adalah divisi keuangan. Karena disana terdapat banyak data pengajuan biaya berbagai divisi, termasuk divisi pengembangan maupun marketing.

Aruna sendiri masuk dalam anggota tim delta satu bersama Lin dan Rika, yang diawasi langsung oleh Imelda yang sebenarnya adalah adik kandung dari Daniel Pradipta.

Selama bertahun-tahun dia menyembunyikan identitas sebagai salah satu jajaran yang berpengaruh, dia hanya ingin tenang dalam bekerja. Tidak mau ikut campur urusan pemegang saham, dan akan muncul jika benar-benar penting.

Aruna dengan gesit menyelesaikan tugasnya, tepat sebelum jam makan siang dia sudah selesai. Dia mengangkat kedua tangannya, melakukan peregangan ke kanan dan ke kiri.

Dia langsung kembali ke ruangan Imel, memberikan hasil kerjanya untuk di teliti. Imel juga harus membaca terlebih dahulu sebelum meeting nanti.

“Permisi bu Imel,” Aruna masuk setelah mengetuk pintu dan di sana masih ada Naura.

“Sudah selesai Kia?” tanya Imel.

“Sudah bu,” Aruna menyerahkan hasil kerjanya berupa print out juga dalam bentul file yang akan di presentasikan.

“Wah kamu hebat sekali nak,” puji Naura yang semakin tertarik pada Aruna.

“Saya di bantu tim delta bu,eh tante maksud saya”

“Hahaha. Kamu lucu sekali,” ucap Naura.

Aruna kembali ke mejanya karena sudah jam istirahat, dia punya waktu satu jam sebelum jam istirahat selesai. Aruna mengambil wudhu, dia sholat dhuhur dahulu sebelum mulai makan siang.

“Kamu tertarik dengan Kia, Ra?”

“Aku yakin Shaka yang dingin itu 100 % akan jatuh hati pada Kia,”

“Lalu bagaimana dengan Lily?”

“Sedari awal aku tidak melihat ada kesungguhan di mata Lily. Dia tidak ingin melepaskan Shaka, tapi selalu menolak saat di lamar. Shaka selalu berdalih lebih baik menikahi teman yang sudah di kenal dari pada dengan orang yang belum di kenal,”

Naura menghela napas setiap kali putra sulungnya berulah, dia selalu saja punya cara membatalkan pertunangan dengan semua perempuan yang di jodohkan dengannya.

“Shaka bahkan sudah menolak Kia dari awal, Ra. Apa kamu tetap yakin menjodohkan mereka?” Imelda sebenarnya lebih khawatir pada Aruna, entah kenapa Imelda sangat menyayangi Aruna.

Sedari awal berjumpa dengan Aruna, Imelda seperti melihat sosok putrinya yang sudah meninggal karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu.

“Bagaimanapun caranya aku akan membuat Shaka bersedia menikahi Kia. Kamu harus mendukungku Mel,” senyum penuh arti Naura membuat Imel hanya bisa menggelengkan kepalan.

*

*

*

“Aruna! Ikut aku ke ruang meeting,”

“Aku kira tadi bu Imel bercanda mbak,” Aruna mendengus sebal. Dia harap pemimpin meetingnya adalah pak Daniel, bukan Shaka.

“Pletak” satu pukulan melayang di kepala Aruna yang tertutup hijab berwana coklat.

“Auh sakit mbak,”

“Tidak perlu overthinking, bersikap dingin dan cuek saja kalau di sana ada pak Shaka. Seperti dia memperlakukanmu,”

“Mbak Rika sejak kapan jadi cenayang?” celetuk Aruna.

“Semenjak si bodoh ini patah hati,” Rika menoyor kening Aruna.

Aruna hanya bisa terkekeh, nyatanya yang dikatakan rekan kerjanya itu benar. Dia merangkul pundak senior sekaligus supervisinya tersebut. “Terimakasih mbak. Always be there for me,”

Tak butuh waktu lama untuk sampai di ruang meeting, karena divisi keuangan memang masih satu lantai dengan ruang meeting dan ruangan CEO.

Aruna dan Rika masih sambil bercanda, mereka sambil membicarakan hal-hal random. Bu Imel sudah lebih dulu sampai di sana, beberapa divisi lain juga sudah ada di sana.

Deg

“Pak Shaka,” senyum diwajah Aruna seketika pias. Ekspresinya menjadi datar, cuek dan dingin setelah manik matanya bersitatap sepersekian detik dengan Shaka.

Aruna menetralkan degub jantungnya, antara gugup dan rasa benci yang mulai menyeruak saat melihat wajah salah satu anak pemilik perusahaan tersebut.

“Fokus bege,” Rika kembali menoyor kening Aruna.

Aruna mengusap-usap keningnya sambil. “Ini juga fokus,” jawabnya

Semua orang menatap tingkah mereka, Imel hanya tersenyum. Baginya sudah biasa anak-anak tim delta seperti itu.

Sialnya dia malah duduk berhadap-hadapan dengan Shaka, tak ayal Aruna hanya bisa menunduk melihat kearah laptopnya.

“Kenapa seperti ada hawa-hawa dingin menyeramkan. Ah iya di depanku ada freezer mines 1 derajat,” batin Aruna berusaha membuat dirinya tak memperhatikan atau menatap Shaka.

Aruna dan Rika terlihat sedang fokus dengan leptop masing-masing, hari ini Aruna yang akan mempresentasikan laporan keuangan selama satu tahu. Juga rencana pengajuan budged dari beberapa divisi yang sudah masuk divisi keuangan.

“Bruuk, cass”

“Astagfirullah, sssh ah”

“Sorry. Tidak sengaja mbak,” ucap salah satu staff divisi periklanan dengan senyum seringainya seolah tidak sengaja menumpahkan kopi panas mengenai hijab, baju dan terlebih punggung tangan Aruna.

“Ka-,” Shaka tidak jadi melanjutkan ucapannya saat mendengar suara tamparan

“Plak” satu tamparan dari Imelda mendarat di pipi staff periklanan tersebut.

Sementara Aruna diam masih tidak bergeming, dia lupa rasa sakitnya tersiram kopi panas. Saat ini dia sedang berusaha menyalakan leptopnya yang juga ikut tersiram kopi.

“Maaf bu, tapi saya tidak sengaja” ucap staff tersebut.

“Apa kamu pikir mata saya buta? Sampai tidak bisa melihat kamu sengaja atau tidak?”

“Bu Imel, tolong tenang du-“ ucapan Alice terjeda saat Aruna dan Rika mengumpat bersamaan.

“Sial, tidak bisa menyala” Aruna masih terus berusaha menghidupkan leptopnya.

“Shit, malware masuk ke sistem. Ini semua gara-gara kamu hei gadis tidak tahu aturan,” teriak Rika tegas.

Rika terlihat sibuk dengan ponselnya, mereka semua yang ada di ruangan terdiam. Imel semakin menatap tajam pada Alice, tatapan yang seolah akan membunuhnya. Dia kira Imel akan berada di pihaknya jika dia dan timnya mengerjai Aruna, nyatanya justru buah simala kama untuk Alice ketua divisi periklanan.

“Panggil tim delta 1 mbak,” ucap Aruna.

“Mereka menuju kemari,”

“Ada yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi?” nada tinggi Shaka mulai menggelegar di sana.

Aruna tetap diam tak bergeming, dia hanya fokus berusaha menyalakan leptopnya kembali.

“Pesaing mencoba menerobos sistem divisi keuangan. Aruna tadi sedang proses melumpuhkan malware yang mereka kirim, tapi karena nona itu menumpahkan kopi mengenai leptop Aruna. Membuat leptopnya mati di saat pelumpuhan belum selesai, dan saat ini mereka sudah mulai masuk meretas ke beberapa sistem” Rika menjelaskan singkat.

“Danu cepat panggil tim IT,” ucap Shaka.

“Tidak perlu. Tim delta 1 dari divisi keuangan yang akan mengatasi, kalian cukup diam. Taruh semua ponsel dan leptop kalian di tengah,” suara bariton Imel membuat mereka semua langsung melakukan apa yang Imel minta.

“Danu cari tahu apa itu tim delta 1 divisi keuangan,” bisik Shaka pada asisten pribadinya.

“Baik Tuan,” Danu langsung pergi mencari informasi, tentu sasarannya adalah tim HRD.

“Braak”

Tim delta 1 beranggotakan enam orang, dua pria dan empat wanita. Dua diantaranya adalah Aruna dan Rika yang sudah berada di ruang meeting, mereka berempat langsung menempati posisi.

“Ganti bajumu dulu,” titah Imel menyerahkan totebag yang dia minta Lin membawa keruang meeting.

Shaka dan Imel melihat beberapa kali Aruna mengibaskan tangan kirinya yang terlihat merah bekas tersiram kopi panas staff Alice. Tanpa ba bi bu Aruna berdiri hendak ke toilet umum.

“Tidak ada waktu. Pakai kamar mandi di sana,” tunjuk Imel pada ruangan Shaka.

Shaka tidak bisa protes karena Imel adalah tantenya, sedangkan Aruna hanya menurut. Dia bergegas menuju kamar mandi yang ada di ruangan Shaka, sementara tim delta 1 lainnya mencoba melumpuhkan serangan malware dari pesaing.

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Neng Rillah

Neng Rillah

serruu

2025-02-27

0

Arsyila Syafina

Arsyila Syafina

/Heart//Heart//Heart/

2025-01-29

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1. Penolakan
2 Chapter 2. Ruang meeting
3 Chapter 3. Tim delta 1
4 Chapter 4. Keluarga Pradipta
5 Chapter 5. Aku minta maaf
6 Chapter 6. Kehebohan mommy Naura
7 Chapter 7. Mimom, kita seperti pengintai
8 Chapter 8. Siasat Aruna untuk kabur
9 Chapter 9. Ini bukan kamarku
10 Chapter 10. Gosip kantor
11 Chapter 11. Kalian menikah lusa
12 Chapter 12. Menikah denganku
13 Aku bersedia
14 Sah
15 Aku harus kemana?
16 Aruna Pergi
17 Salah kira
18 Memulai awal di Bandung
19 Pertemuan 3 sahabat
20 Kamu bisa melepaskannya
21 Kebetulan yang luar biasa
22 CEO baru Hanapra Retail
23 Tidak semudah itu
24 Profesionalitas seorang Aruna
25 Gebrakan Arshaka pada Aruna
26 Password leptop Aruna
27 Amplop coklat (pengajuan pembatalan)
28 Amarah Alice & Eris
29 Apartemen Aruna
30 Nathanael Kaysa Wijaya
31 Membantu tim delta 1
32 Kedatangan mama mertua
33 Vienna International Airport
34 Permintaan mama mertua
35 Kembali di retas
36 Misi Danu
37 Dulu disiakan
38 Tujuan di balik penjebakan
39 Kedatangan Ael (Revisi)
40 apa tadi dia bilang? Istri, sayang?
41 Tidak ada keraguan dalam hatiku
42 Di hatimu masih ada aku
43 Hana ngambek
44 Aruna tahu Ael sudah di Bandung
45 Bertemunya sahabat lama
46 Kesalah pahaman yang terurai
47 Mereka sudah berdamai?
48 Aruna, Erisa dan Ran unjuk Gigi
49 Ael x Ciara
50 Aruna & Ciara
51 Rencana Naura via Anres
52 Insident
53 Mungkinkah ini di Sengaja?
54 Kolaborasi Ran x Eris
55 Mengintai (Masih Ran x Eris)
56 Arshaka siuman
57 Biarkan aku melindungi Kia
58 Angga & Davina ke rumah sakit
59 Pulang ke apartemen
60 Arshaka demam
61 Beri aku satu minggu
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Chapter 1. Penolakan
2
Chapter 2. Ruang meeting
3
Chapter 3. Tim delta 1
4
Chapter 4. Keluarga Pradipta
5
Chapter 5. Aku minta maaf
6
Chapter 6. Kehebohan mommy Naura
7
Chapter 7. Mimom, kita seperti pengintai
8
Chapter 8. Siasat Aruna untuk kabur
9
Chapter 9. Ini bukan kamarku
10
Chapter 10. Gosip kantor
11
Chapter 11. Kalian menikah lusa
12
Chapter 12. Menikah denganku
13
Aku bersedia
14
Sah
15
Aku harus kemana?
16
Aruna Pergi
17
Salah kira
18
Memulai awal di Bandung
19
Pertemuan 3 sahabat
20
Kamu bisa melepaskannya
21
Kebetulan yang luar biasa
22
CEO baru Hanapra Retail
23
Tidak semudah itu
24
Profesionalitas seorang Aruna
25
Gebrakan Arshaka pada Aruna
26
Password leptop Aruna
27
Amplop coklat (pengajuan pembatalan)
28
Amarah Alice & Eris
29
Apartemen Aruna
30
Nathanael Kaysa Wijaya
31
Membantu tim delta 1
32
Kedatangan mama mertua
33
Vienna International Airport
34
Permintaan mama mertua
35
Kembali di retas
36
Misi Danu
37
Dulu disiakan
38
Tujuan di balik penjebakan
39
Kedatangan Ael (Revisi)
40
apa tadi dia bilang? Istri, sayang?
41
Tidak ada keraguan dalam hatiku
42
Di hatimu masih ada aku
43
Hana ngambek
44
Aruna tahu Ael sudah di Bandung
45
Bertemunya sahabat lama
46
Kesalah pahaman yang terurai
47
Mereka sudah berdamai?
48
Aruna, Erisa dan Ran unjuk Gigi
49
Ael x Ciara
50
Aruna & Ciara
51
Rencana Naura via Anres
52
Insident
53
Mungkinkah ini di Sengaja?
54
Kolaborasi Ran x Eris
55
Mengintai (Masih Ran x Eris)
56
Arshaka siuman
57
Biarkan aku melindungi Kia
58
Angga & Davina ke rumah sakit
59
Pulang ke apartemen
60
Arshaka demam
61
Beri aku satu minggu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!