Inside Me
"Kalian semua adalah orang orang terpilih untuk menyelamatkan dunia dan menjadi pahlawan"
Gema suara misterius yang muncul entah darimana memenuhi telinga mereka yang sedang sibuk untuk mencari tahu tempat apa yang sedang mereka pijak sekarang.
"Dengan berkah dan kekuatan dariku, tolong kalahkan raja iblis dan kembalikan kedamaian dunia yang sudah direbut sejak lama"
Tepatnya apa yang diucapkan masih belum bisa dicerna dengan akal sehat mereka semua dan hanya terus terpaku untuk mencari asal suara yang terus bergema itu.
"Berjuanglah wahai para pahlawan!"
\[Beberapa saat sebelumnya\]
Kereta yang berguncang membuat aliran penumpang menjadi ikut bergoyang meski hanya sedikit, menggerakkan tubuh mereka sedikit dan saling bersenggolan dengan satu sama lain.
"Felix?" Panggil suara yang begitu tidak asing bagi anak laki laki dengan mata yang berwarna biru dan rambutnya yang hitam legam.
Dia sedikit menoleh pada asal suara yang menghampiri indra pendengarannya dan melihat kearah anak laki-laki lain yang sudah ia kenal sejak lama, mereka berdua naik kereta bersamaan karena tujuan mereka juga sama yaitu pergi ke sekolah.
"Ada apa?" jawabnya singkat, berbanding terbalik dengan mata biru yang terlihat bersinar wajahnya memberikan pancaran aura yang sangat berbeda.
"Pulang sekolah nanti, Rena mengajak untuk melakukan kelompok belajar, dia akan mengajak Vanessa dan beberapa yang lain juga, kau bisa ikut kalau kau mau"
"Maaf, tapi aku tidak bisa... ada pekerjaan yang harus ku lakukan..." Jawabnya singkat tepat setelah ia mengalihkan kembali pandangannya yang dingin.
Dia adalah Vans Felix, Seorang Remaja laki laki dengan perawakan yang agak kurus dan tinggi yang bisa di bilang normal untuk remaja seumurannya, dingin dan cuek terhadap sekitarnya bahkan hanya mengobrol beberapa kali dalam sehari.
Sedangkan Remaja laki laki lain yang mengobrol dengannya adalah Frans Loure, Satu satunya orang yang di anggap Felix sebagai teman, wajah yang tampan dengan pelupuk mata orange membuat dia memancarkan aura hangat yang sangat besar.
"Tapi kau sudah bekerja setiap hari bahkan di hari libur... sesekali beristirahat lah..." Frans berkata dengan nada prihatin, baginya Felix sudah seperti saudara karena banyaknya waktu yang mereka habiskan bersama sejak kecil, namun semenjak kejadian 5 tahun yang lalu membuat dia kehilangan sosok Felix yang ia kenal.
\[Pemberhentian Selanjutnya Stasiun Haran\]
Kereta yang perlahan melambat tepat setelah penguguman terdengar membuat Felix dan Frans berjalan menuju pintu keluar yang tak jauh dari tempat mereka sebelum nya, dan tepat setelahnya pintu terbuka mereka keluar bersamaan.
Jarak sekolah mereka tak lagi jauh dan hanya perlu berjalan kaki sekitar 5 menitan dari stasiun, banyaknya murid lain juga membuat jalanan penuh karena sudah hampir waktunya bell masuk berbunyi.
"Aku melakukan nya untuk bisa bertahan hidup... tidak ada lagi yang bisa ku harapkan selain diriku sendiri..." Sambung Felix beberapa saat setelah mereka keluar dari kereta.
"Bukankah aku pernah bilang bahwa kau bisa mengandalkan ku juga..."
"Frans dengarkan aku..." Felix menghentikan kakinya kemudian menatap Frans dengan matanya yang terkesan dingin.
"Ada dua hal yang tidak kau mengerti disini, Pertama aku tidak suka membuat utang budi... ku akui kau memang sudah banyak membantu ku selama ini dan aku belum bisa membalasnya... maka dari itu sebisa mungkin aku tidak ingin menambah nya lagi..." Ucapan dari Felix terdengar begitu serius, sorot matanya tak berubah tapi ekspresi wajahnya memancarkan hal yang sebalik.
Tapi tak bisa dipungkiri bahwa Frans memang telah banyak membantu Felix, Apalagi Frans berasal dari salah satu keluarga terkaya di kotanya.
"Fel-"
"Dan yang kedua... aku tidak akan pernah mau menjadi penganggu" Potongnya kemudian berjalan cepat meninggalkan Frans yang masih berdiam, tepat setelah Felix sadar siapa yang datang ke arah mereka berdua.
"Frans??, apa yang kau lakukan disini... bell akan segera berbunyi" Suara Perempuan kini membuat Frans tersadar bahwa Felix sudah tak lagi berada di dekatnya dan ketika berbalik ke arah suara yang muncul terlihat seorang remaja perempuan dengan perawakan anggun yang dimana rambut nya yang berwarna ungu ia ikat dengan gaya ponytail.
"Re... Rena..."
"Pagi pagi begini kau sudah melamun saja..."
"Ahaha... maa.. maaf..." Ucapnya mengaruk belakang kepala yang tak gatal.
"Kalau tidak salah bukankah tadi kau bersama Felix?" Dia yang terheran karena sebelumnya ia sudah melihat dari jauh bahwa Frans tengah berbicara dengan Felix.
"Ehh... itu..."
"Apa kalian bertengkar?"
"Tidak sayangg... kami tidak bertengkar... hanya sedikit salahpaham dia bilang kalau tidak mau menganggu kita saja makannya dia berangkat duluan..." Frans sadar bahwa kekasihnya itu memiliki kepekaan yang luar biasa, maka dari itu ia hanya bisa menjawab seadanya.
"Hee... tidak kusangka si pangeran es memiliki kepekaan yang baik... kalau begitu baguslah... ayoo" Rena berjalan duluan sambil menarik narik tangan Frans yang menyusul di belakang.
Sementara mereka berdua sibuk dengan kemesraan di pagi hari, Felix yang berjalan lebih dulu kini sudah sampai di kelasnya tepat beberapa menit lagi sebelum bell masuk berbunyi, suasana yang ramai karena hampir semua murid sudah tiba di kelas tidak membuat Felix yang dikenal sebagai pribadi yang tidak banyak bergaul itu tidak terganggu sedikit pun karena ini merupakan rutinitasnya.
"Pagi Felix..." Sapaan yang terdengar lugas itu sampai ke telinganya sesaat ketika ia dalam perjalanan menuju bangku yang terletak di sisi lain kelas tepatnya bangku yang mengarah langsung ke arah jendela.
Ia membalas sapaan itu hanya dengan sedikit anggukan kepala pada perempuan yang memiliki rambut rami dan matanya yang berwarna kebiruan itu tanpa ada suara apapun dalam menjawab salam hangat nya.
"Vanessa.... Pagiii"
Salam lainnya terucap meskipun itu bukanlah salam dari pria dingin yang tadi ia sapa, melainkan dari seorang perempuan lain yang baru saja sampai di kelas mereka dan langsung menuju ke kursi dimana Perempuan Rami dengan nama Vanessa itu duduk bersama dengan seorang laki laki lain.
"Mengenai rencana kelompok belajar, kita akan melakukannya di cafe dekat sekolah... apa tak masalah?" Rena berbicara dengan nada yang cukup besar seolah agar suaranya tidak tenggelam oleh ramai riuh kelas.
"Ohh... ahh tentu saja... Johan, Chris, Lani dan Clara juga akan bergabung nanti..."
Suara yang muncul dari bangku sebelah membuat Felix terpaksa harus mendengar nya juga, meskipun dia sudah di ajak berkali kali oleh Frans tidak membuatnya goyah untuk menolak dengan alasan yang sama pula.
Baginya membentuk hubungan dengan orang lain bukanlah sebuah kewajiban yang harus ia lakukan setiap saat, apalagi dengan keadaannya sekarang yang membuat hal itu menjadi bagian ke sepersekian ratus dari daftar yang harus ia lakukan dalam hidupnya.
Tak lama setelah ia berkutat dalam pikiran kecil nya, Felix kemudian mengeluarkan semua peralatan belajar dan meletakkannya di atas meja, sekarang adalah pelajaran fisika yang dimana guru mereka adalah Wali kelasnya sendiri yaitu Bu Frisca yang sekarang menjadi wali dari Felix juga.
Waktu yang bergulir akhirnya membuat Bell pertama berbunyi dan tak lama kemudian Bu Frisca masuk dan memulai pelajaran pagi seperti biasanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Uus Supriatna
seru
2023-02-18
2
nohtc
nama mc nya kaya aku anjjir
2022-11-23
1
mr. Lucifer
o
2021-09-03
0